Minggu, 30 Oktober 2011

Nasib Tragis Mantan Atlet


Seorang yang berbakat, terampil, dan berprestasi adalah milik seorang atlet dan sebuah cita-cita yang didambakan para pendatang baru yang terjun ke dunianya masing-masing. Setiap atlet yang memberikan prestasi mendunia untuk bangsanya akan mendapat pujian  setinggi langit, bak pahlawan sepulangnya dari menjuarai suatu kejuaraan dia akan disambut meriah dan dibangga-banggakan. Namun masa kejayaan mereka yang telah berlalu dan termakan usia yang tidak bisa dipungkiri, maka akan ada masa sulit bahkan tragis bagi kehidupan mereka.  Kadang masa sulit itu membuat mereka hanya tersisa nama saja, dan tak dikenal lagi bahkan menjadi begitu tak berharga bagi bangsanya. Prestasi-prestasi mereka yang segudang tak nampak hilang tertelan waktu. Saat semuanya tak lagi berarti maka kemasyurannya hanya setitik kecil yang jadi tak berharga. Dan inilah kisah tragis mantan atlet dunia, pahlawan yang terbuang:

1.       Ellyas Pical (juara tinju dunia kelas bantam yunior versi IBF)
Petinju yang lahir di saparua-ambon, 24 maret ini merupakan juara dunia dan petinju profesional pertama dari indonesia yang membuat bendera indonesia dikenal pertama kali di dunia internasional. Pada tahun 1985-lah dia merengkuh gelar juara pertamanya yang mengharumkan nama bangsa indonesia. Sejak usia tiga belas tahun dia sudah menggeluti dunia tinju namun karena mendapatkan tentangan dari orang tuanya akhirnya dia memutuskan untuk berlatih sembunyi-sembunyi. Petinju amatir yang bermain dikelas terbang kerap menjadi juara dimulai dari tingkat kabupaten sampai dengan kejuaraan piala presiden telah dia juarai. Karir profesionalnya dimulai tahun 1983 dalam kelas bantam junior dan sejak saat itu banyak prestasi tingkat dunia dia miliki. Dan dialah petinju profesional pertama yang meraih gelar juara di luar negeri. Dan karir profesionalnya dia telah meraih rekor 20 kali kemenangan, 11 K.O, 1 Seri, dan 5 kali kalah. Langkahnya akhirnya terhenti terserah menyerah pada petinju thailand dengan K.O pada ronde 14 pada tahun 1987. Sejak saat itulah akhirnya sedikit demi sedikit dia menyingkir dari ring tinju, setelah pensiun sangat mengenaskan dia yang tidak sampai tamat SD harus bekerja sebagai petugas keamanan disebuah diskotik sungguh memprihatinkan seorang juara dunia akhirnya jatuh ke dalam keadaan yang tak sempat terlintas dipikirannya. Karena kasus narkoba sang juara mendekam di penjara selama 7 bulan, Namun karena kesabaran dia menjalani kehidupannya ketika dibebaskan, dia diterima bekerja di KONI pusat sebagai asisten Agum Gumelar.
2.      Rahman (juara tinju nasional)


Petinju berbakat asal sulawesi utara ini menjalani hidup penuh dengan cobaan sampai tiba klimaksnya dia mengakhiri hidup dengan bunuh diri di rumah pamannya di palembang. Rahman merupakan kandidat kuat sebagai juara dunia dari indonesia pada masanya namun keluar-masuk penjara karena narkoba dan kasus penganiayaan membuat karirnya hancur tak tentu arah. Karena kasus itu juga dia mendapati julukan sebagai ’litle tyson’. Pada 22 februari 2007 Petinju berdarah manado-palembang ini ditemukan tewas dikusen pintu rumah pamannya. Kematiannya dikarenakan depresi yang berlebihan, ketergantungan narkoba, dan juga msalah perceraian kedua orang tuanya sejak dia masih muda juga menjadi penyebabnya, hingga rahman tidak lagi mampu menjalani kehidupan seperti biasanya. Calon juara dunia itupun berakhir dengan kisah sedih kematiannya.

3.      Yuni Astuti (atlet bulutangkis nasional)
Pebulutangkis era 80-an ini telah menggondol banyak prestasi dan puncaknya pada tahun 1985, yuni yang mewakili DKI di PON ke-11 mendapatkan medali perak pada cabang bulutangkis ganda. Karena prestasi gemilangnya ditahun 90-an presiden soeharto sempat menawarkan padanya beasiswa POLWAN. Kegemilangan hanya tinggal cerita dan kenangan saja semuanya hancur karena sebuah insiden yang menyebabkan kaki kanannya lumpuh dan menghilangkan seluruh impian masa kecilnya selama ini. Karena insiden itupun yuni menyadari jika kehidupan ini layaknya roda selalu berputar terkadang ada diatas tapi ada saatnya kita juga berpijak ditanah. Tidak mungkin lagi kembali kedunia bulutangkis akhirnya yuni memaksimalkan bakatnya yang lain yaitu bernyanyi, seorang juara mengakhiri kisahnya menjadi pengamen. Sungguh Naas.

4.      Ray William (mantan pebasket NBA)
Ray William telah bermain untuk enam tim yang berbeda di NBA, setelah itu dia memutuskan untuk pensiun dari dunia basket pada tahun 1987, dia memutuskan pensiun lebih awal dan mendapatkan pesangon sebesar 200 ribu dolar atau sekitar 2 miliar rupiah. Usai pensiun william terus mengatasi krisis finansial dalam kehidupannya dan karena itu juga dia harus merelakan kehilangan keluarganya. Berbagai pekerjaan dia jalani menjadi apartement pemeliharaan manusia yang kompleks, pelatih basket perempuan paruh waktu hingga menjadi tukang roti, dia juga mendapatkan menerima hibah dari asosiasi pemain NBA pensiunan sebesar 100 juta rupiah tapi semua itu sama sekali tidak bisa memperbaiki kehidupannya. Selama setahun william sempat menghabiskan hidupnya menganggur dan menjadi tuna wisma di Florida. Akhirnya dia mengambil posisi sebagai spesialis reakreasi di kota New York pada 2010.

5.      Zhang Shangwu (atlet senam China)
     Nasib tak pernah ada yang tahu kapan akan berubah begitulah yang dirasakan oleh pesenam muda china ini. Sebelumnya dia sempat digadang-gadang akan menjadi pesenam terbaik china setelah mendapatkan dua medali emas pada universiade, olimpiade untuk mahasiswa. Tapi cedera telah membunuh karirnya sebagai pesenam, ditahun 2002 dia pensiun. Tingkat pendidikan yang rendah membuat zhang hanya menjadi pelayan restoran, pekerjaan itu tak bertahan lama dia berganti pekerjaan di panti jompo lagi-lagi cedera yang menghentikan zhang. Biaya hidup yang serba mahal membuat zhang tak punya cara untuk mencukupi sampai akhirnya dia ditangkap karena mencuri dan dipenjara selama 5 tahun. Tidak memiliki cara apapun lagi untuk bekerja akhirnya zhang memutuskan turun ke jalanan untuk menjadi pengemis. Tapi permainan nasib kembali ditunjukkan, seorang penggemarnya mengenali wajah zhang saat memamerkan kebolehan senamnya dipinggir jalan, detik itupun dimulailah kisahnya dimuat di berbagai media. Setelah itu dia mendapatkan banyak tawaran kerja bahkan dari seorang pengusaha terkaya negeri tirai bambu itu.
6.      Zou Chunlan (atlet angkat besi wanita China)
     Atlet angkat besi china ini setelah pensiun terpaksa harus menjadi pembersih wc umum untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Zou rela meninggalkan bangku sekolahnya saat usia 13 tahun demi menjadi atlet angkat besi profesional ditahun 1980. Dia juga tidak pernah berpikir tentang kehidupan setelah pensiun sebagai atlet nantinya, kenyataan memang begitu pahit. Pengorbanannya mengharumkan nama bangsa dengan empat medali emas dan beberapa medali lagi tak ada artinya setelah dia pensiun. Setelah pensiun dia hanya bisa menekuni pekerjaan yang menggunakan kekuatan fisik saja misalnya, bekerja didapur angkat besi tim putri, membawa karung di perusahaan konstruksi, menjual kebab domba di pinggir jalan, sampai menjadi pemijat di sebuah pemandian umum yang hanya memberikan penghasilan sebesar 500 yuan perbulan. Zou menetap di sebuah kamar yang berukuran 5 meter persegi bersama suaminya. Kehidupan zou semakin diperparah disebabkan oleh penyakit yang diderita, penyakit yang membuat tubuhnya berubah seperti laki-laki misalnya suaranya yang berubah, lalu rambutnya yang menjadi kasar, tumbuh bulu kumis dan jenggot yang membuat dia harus sering-sering bercukur itu semua disebabkan karena terlalu sering menggunakan obat-obat penambah stamina saat masih menjadi atlet. Keberuntungan masih menaunginya dia mendapatkan bantuan dari salah satu LSM untuk membuka usaha pencucian pakaian.


7.       Sergio Lopes Segu ( mantan pemain Barcelona ) 
Sergio merupakan gelandang sukses barcelona di tahun 80-an, dia pernah membawa barcelona menjuarai        piala winner tahun 1989. Sergio yang harus pensiun dini karena cedera yang dia derita membuat dia merasa depresi berlebihan kemudian ditambah lagi dengan kehidupan rumah tangganya yang hancur berantakan membuat sergio sulit menjalani kehidupan secara normal. Sampai akhirnya dia nekat menabrakan diri pada sebuah kereta yang sedang melaju kencang. Dan diusianya yang ke-39 kehidupan sergio berakhir.




Tidak ada komentar: