Rabu, 08 Februari 2012

SAKIT HATI


LUKA

Cinta’, maka banyak arti sampai kapanpun tidak akan pernah usai kita rangkai untuk menerjemahkannya. Dan aku masih terlalu merah untuk membahasnya tapi aku juga pernah mencicipi apa itu cinta? Bagi aku dan beberapa kawan yang duduk seperjalanan denganku cinta itu yang bernama “busuk” karena kami adalah yang terluka. Busuk mungkin karena mereka mati meninggalkan kita atau busuk karena mereka campakkan kita bagai sampah saat ada pilihan terbaik untuknya.
Aku sama dengan ABG lainnya terpaku pada cinta yang hanya berarti mencintai lawan jenis, bukan cinta yang universal mencakup segalanya. Pertama memandangnya aku katakan kugenggam surga takkan pernah kulepaskan, aku berjalan pada waktu dimana tidak ada lagi mahkluk lain melangkah bersama.
Menghampirinya menimbulkan gempa yang mencapai 10 skala richter dipusat hatiku, jika tidak aku ungkapkan akan menyebabkan gemuruh katrina dijiwaku. Aku katakan pada bidadari yang tadi malam jatuh dihadapanku “salsa, aku begitu mencintaimu. Maukah kamu menjadi permaisuri yang duduk disinggasana bersamaku?” hanya sebuah anggukan, anggukan itu berhasil mengalirkan sungai susu dari firdaus kehalaman rumahku.
journey in love-kupun dimulai, lembaran pertama dari cerita cintaku begitu manis, semanis wajah gadisku, salsa humaira. Kencan pertama tubuhku masih bergetar tapi dia bisa melemaskan setiap ketegangan suasana disebabkan gemuruh-gemuruh tak menentu karena aliran darahku terganggu oleh virus cinta. Dia menggenggam tanganku erat tak ingin dilepaskan, tersenyum manja yang membuat aku terus memeluknya erat takkan pernah kubiarkan dia terbang bersama merpati lain. Semakin waktu berlalu semakin kami menjadi dan menjadi lagi. Ingin tidur aku ingat kecupan hangat darinya, yang membuat aku ingin dan ingin lagi, terus bersamanya.
Sebelumnya aku tak pernah percaya dengan kata-kata kawan yang duduk bersamaku jika cinta itu ‘busuk’, karena saat itu salsa humaira-ku membangunkan surga dunia untukku. Tapi saat salsa humaira menggeser surga itu menjadi neraka baru aku tahu cinta itu benar ‘busuk’. Dengan dua mata yang aku punya kulihat dia dengan anjing yang lain, duduk berdua, bercumbu mesra, merangkai asmara, semua yang dia hadiahkan padaku dia berikan juga pada anjing itu. Ternyata tidak cukup hanya aku yang menjadi penjaganya.
“brengsek” kupukul dengan bara-hati herder penjaganya itu. Tapi salsa humaira dia menatapku dengan tsunami amarahnya.
“sayang kenapa kamu malah marah padaku”
“ouh iya sayang’ kayaknya kita udah gak cocok lagi” dengan sinis dia katakan seperti itu dan berlalu. Aku berpura tegar bagai ksatria, tapi dibagian terdalam aku menangis semenangisnya. Setelah hari itu aku masih menatap awan yang sama dengan hari-hari yang sama, aku masih melewati jalan yang sama, tapi rasaku tak lagi sama.