Rabu, 27 Juni 2012

Ridho-mu bu!


                                                                                                            Jakarta, 12 juli 2011


Untuk Ibu,

Assalamualaikum, bu. Apa kabar bu? Baik-baik sajakan, semoga Allah selalu menjaga ibu. Ibu anakmu disini baik-baik saja jangan kau khawatirkan. Bu, Saat membaca surat ini mungkin ibu akan meneteskan air mata sama seperti aku saat menuliskan surat ini, dengan tinta dan airmata kerinduan aku tuliskan surat ini untuk ibu di seberang jauh. Aku mohon maaf atas dosa-dosaku.
Ibu, cintaku padamu tak cukup aku ungkapkan dengan tinta dan kata-kata karena ibu telah memberikan hidup pada hidupku. Membalas ibu dengan apapun bukanlah berarti namun hanya hembusan setitik usaha agar ibu bahagia. Bu, aku sedang menuntut ilmu disini, aku sedang berjalan dijalan Allah, mencari dan mencari ilmu-ilmu yang dia turunkan didunia ini. Alhamdulillah, aku sudah bisa membaca dan menulis Al-qur’an. Insya allah aku sudah bisa menjalankan shalat lima waktu dengan kesadaran sendiri bu, aku tak lagi seperti dulu untuk shalat aku seperti keledai yang terus-terus ibu paksa untuk melaksanakannya. Aku sadar akan kebutuhan shalat bagi kita, bu! Karena berada jauh dari ibu, karena rasa rindu juga yang menyadarkan aku bahwa setiap amarah ibu dulu itu selalu mengartikan sebuah makna untuk hidupku. Dalam belajarku seringkali tersisip kerinduanku padamu bu! Tapi jika aku pulang dengan tangan hampa tanpa hasil yang bisa membuatmu tersenyum apalah guna? Kuingin terus menuntut ilmu sampai aku merasa siap hadir dihadapan ibu nanti.
Ibu jika bisa aku ingin selalu berada disisimu dalam perjalananku ini, tapi banyak kemungkinan yang membuat kita tak bisa bersama. Walau jauh hati kita selalu akan bersama kapanpun dan dimanapun. Ibu disetiap tahajud-ku aku selalu berdo’a untuk kebaikan kita, untuk hidup kita, untuk mati kita semoga dapatkan surga diakhir nanti. Bu! Surat ini aku tuliskan dengan hati, dan disetiap kata yang tertulis adalah karyamu juga yang mengajarkan aku mengejanya. Ibu setiap aku terbangun dari tidur kukira ibu ada disamping-ku ternyata tak ada! Walau kadang airmata tumpah juga. Ksatria mana yang tak pernah menangis, bu! Akupun sama, bahkan jarak ini membuat aku menjadi manusia paling cengeng. Tapi beruntunglah aku didalam kecengengan-ku menghasilkan manfaat yang membuat aku tak luput untuk mengingatmu. Ouh iya, bu! Bagaimana kabar keluarga, semoga baik semua didalam lindungan Allah SWT. Sampaikan salam dariku untuk mereka semua bu. Aku merindukan mereka juga. Mohon pula do’a dari mereka agar perjalananku ini berhasil sampai ketujuan yang aku cita-citakan.
Cukup sekian bu yang bisa aku tuliskan. Ibu bukankah surga ditelapak kaki ibu, karenanya aku memohon do’a pada ibu agar aku bisa mendapatkannya. Dari seberang aku ingin menjadi manusia yang berguna, seperti disetiap do’aku pada Allah SWT. Ibu ridhokanlah anakmu ini, bukankah ridho-MU adalah ridho Allah juga, aku ucapkan maaf lagi atas dosa-dosaku yang bagai debu, ibu! Salam sayang untuk ibu tercinta.


Dari anakmu,

Putra Afriansyah