Kamis, 20 September 2012

Jalan-jalan ke Kebumen


Sekarang waktu perjalanan menuju jogja, saya mendapatkan kesempatan ini tanpa sengaja. Saya sangat ingin ikut pergi ke jogja dalam acara perpisahan kakak kelas namun berhubung sedang sakit kanker (kantong kering, ya:-)!!!) jadi saya memutuskan untuk tidak ikut, sayang sekali! Pikir saya dalam hati. Beruntunglah tuhan mendengar doa saya yang ingin berlibur ke jogja. Sehari sebelum keberangkatan kepala sekolah memanggil saya ke kantor dan dia langsung menawari saya untuk ikut ke jogja tapi saya mengatakan yang sebenarnya kepada dia jika saya tidak memiliki uang untuk membayar biaya perjalanan. Sungguh pucuk dicinta ulanpun datang pada saya, kepala sekolah mengatakan saya boleh bayar seadanya saya dan saya boleh ikut tapi saya diberikan tugas untuk menjadi MC (master of ceremonies, dalam bahasa inggrisnya) pembawa acara dalam bahasa indonesianya. Oh! Ternyata dia melihat saya saat menjadi MC saat acara maulid disekolah dan mengharapkan saya yang MC dadakan untuk kembali mengisi posisi pembawa acara yang masih belum terisi, alhamdulillah! Saya langsung menyetujuinya. Bersiap besok kita berangkat!
Pagi sekali saya sudah bangun bersama dengan beberapa kawan satu angkatan yang juga ikut dalam rombongan perpisahan ini kami langsung menuju sekolah, yang dijadikan sebagai pooll keberangkatan. Setelah semua peserta lengkap kami berangkat. Saya disini menjadi minoritas tapi tidak mengurangi keakraban dengan para kakak kelas, kita masih bisa bercanda bersama. Kami berangkat dengan empat bus dari jakarta, sepanjang perjalanan dibus saya suasananya begitu menyenangkan karena ada beberapa kakak kelas laki-laki yang bernyanyi dan memainkan gitar untuk meramaikan suasana yang lain ikut bertepuk tangan terbawa suasana. Saya juga ikut mencairkan suasana. Setelah beberapa saya langsung melihat keluar jendela, ternyata kami sudah sampai di bandung, sayangnya kami tidak berhenti dibandung. Karena sudah lelah saya tertidur didalam perjalanan.
Karena kaget saya terbangun dari tidur saya, seorang teman menjahili saya dengan cara berteriak untuk membangunkan saya. Keluar dari bus saya kira sudah sampai dijogja ternyata saya mendapati sebuah bacaan yang bertuliskan ‘pusat oleh-oleh tasikmalaya’. Sekarang kami sudah berada ditasikmalaya perjalanan memakan waktu 5 jam kami berangkat pukul 06.30 dan sampai pukul 11.30 di tasikmalaya. Kami berhenti disini untuk istirahat makan siang dan shalat zuhur, kami sudah disambut dengan hidangan prasmanan, kebetulan dan sangat kebetulan perut sedang dalam keadaan siaga satu. Saya langsung mengisi antrean yang kosong untuk segera menikmati hidangan yang ada. Mari makan! Walaupun malu tapi saya tetap makan banyak, katanya sih kalau malu nanti enggak bisa kenyang. Jadi kesimpulannya buanglah malu sejauh mungkin saat lapar! Setelah makan siang selesai saya langsung menuju mushala yang sudah disediakan untuk melaksanakan shalat zuhur.
Setelah kurang lebih 45 menit habis untuk  makan, shalat, dan bersantai kami melanjutkan perjalananan. Saya suka menikmati pemandangan disepanjang perjalanan banyak hal menarik yang saya lihat terutama persawahan yang tidak pernah saya jumpai ada dijakarta, jadi inilah saatnya melihat sepuasnya. Suasana kembali ramai karena para peserta yang tadinya lemas karena lapar kembali hidup karena baterainya sudah terisi kembali dengan makan siang. Mereka kembali ramai dengan permainan gitarnya atau candaan khas anak muda yang lebih jelas saling ejek dan olok namun dengan gelak tawa tanpa ada amarah. Dengan suasana yang seperti ini membuat perjalanan yang lama jadi terasa cepat dan tidak membosankan.
Tidak terasa kurang lebih lima jam sudah kami dalam perjalanan dan kali ini kami melalui jalan pedesaan yang sangat sempit saya tidak tahu kami akan kemana dan sepertinya ini bukan jogja, saya melihat keluar jendela disana terhiasi oleh area persawahan dan para petani yang terlihat lelah beranjak pulang dengan cangkulnya dibahunya. Bus kadang berhenti dan menepi bila ada mobil dari arah berlawanan datang karena jalan ini terlalu sempit untuk dilalui dua mobil. Beberapa saat kemudian kami sampai. Saya turun dan menemukan sebuah ucapan selamat datang di gua jatijajar. Ketika masuk ke area wisata ada hal menarik yang saya lihat, banyak orang berkumpul untuk melihat pertunjukkan dari beberapa bocah yang sedang memainkan musik hanya dengan air, mereka memukul-mukul air namun menghasilkan alunan suara yang enak didengar telinga. Setelah mereka selesai maka orang-orang akan melemparkan uang receh kedalam air dan mereka akan menyelam untuk mengambilnya, saya tidak mau ketinggallan saya juga ikut melemparkan uang receh dan bocah-bocah itu mendapatkannya. Cara mereka menarik, ini baru seni yang perlu dihargai.
Setelah saya cari tahu gua ini terletak di daerah kebumen tepatnya desa jatijajar. Gua ini terbentuk dari batu kapur mempunyai panjang pintu masuk ke pintu keluar sepanjang 250 meter, lebarnya 15 meter rata-rata, tinggi rata-rata 12 meter dan ketebalan langit-langitnya 10 meter. Gua ini memiliki mitos yaitu tentang sungai-sungai yang mengalir didalamnya, ada 7 sungai didalam gua ini namun saya hanya ingat empat sungai yang saya lalui pertama sungai puser bumi dengan mitosnya airnya mempunyai khasiat untuk mencapai segala macam tujuan yang diinginkan, yang kedua sungai jombor yang memiliki khasiat yang sama, yang ketiga sungai mawar yang apabila kita mandi dan mencuci muka maka kita akan mendapatkan khasiat awet muda begitu mitos yang pemandu katakan. Saya ikut mencoba untuk mencuci muka semoga saja awet muda (dalam hati saya berharap walaupun tidak serius J), dan yang keempat adalah sungai kantil memiliki mitos jika kita mandi dan mencuci muka disini maka niat dan cita-cita akan mudah tercapai. Begitulah mitosnya. Jalan didalam gua sedikit becek dan licin, jika tidak berhati-hati pasti ada yang terpeleset itu sudah terbukti salah satu kawan saya baru saja jatuh dan menjadi bahan tertawaan. Untunglah saya belum jauh (ada kemungkinan untuk itu).
Oh iya! saya lupa menceritakan asal-usul ditemukan gua ini, gua ini ditemukan oleh seorang petani yang bernama jayamenawi yang memiliki tanah diatas gua ini. Ceritanya saat dia sedang mencari rumput diatas gua ini tanpa sengaj dia terjatuh ke dalam lubang yang ternyata tidak lain adalah ventilasi dari gua ini. Pintu-pintu gua awalnya tertutup oleh tanah tapi setelah dibersihkan pintu-pintu itu bisa digunakan dan karena didepan pintu gua terdapat dua pohon jati yang berdiri sejajar jadilah nama gua ini ‘gua jatijajar’. Ternyata gua ini berhubungan juga dengan cerita lutung kasarung, didalam gua terdapat diaroma atau miniatur tiga dimensi yang mengisahkan tentang lutung kasarung tersebut. Dan satu hal lagi gua ini mulai digunakan sebagai objek wisata pada tahun 1975.
Saya sudah puas menikmati isi gua jatijajar yang bebatuan didalamnya menurut pemandu terbentuk dari endapan air hujan yang membentuk batu, seperti halnya gua lain disini juga terdapat banyak kelelawar atau kalong. Tapi beruntung waktu yang sudah gelap tidak berpengaruh terhadap gua ini karena didalamnya sudah ada pencahayaan listrik, gua ini dibangun dengan serius oleh pemerintah sekitar agar menjadi objek wisata yang menarik banyak peminat. Pembangunan terus berlanjut untuk mendapatkan hasil terbaik bagi tempat wisata ini.
Setelah sampai dipintu keluar saya menemukan banyak sekali pedagang-pedagang oleh-oleh khas kebumen, ada yang berdagangan kain batik, tas, dompet, replika lutung, replika candi prambanan dan borubodur juga ada, tidak ketinggalan jajanan yang berupa kue-kuean juga banyak disepanjang pintu keluar objek wisata ini. Hari ini gua tidak hanya dikunjungi oleh rombongan kami tapi juga banyak rombongan yang lain yang datang untuk menikmati objek wisata gua jatijajar ini. Saya berminat untuk semua aksesoris yang diperdagangkan namun karena membawa persediaan uang yang minim saya langsung menghilangkan minat tersebut dan langsung menuju pintu keluar.
Sepanjang pintu keluar saya kembali memperhatikan anak-anak yang masih saja memainkan musik air mereka, ada yang menarik dari mereka. Mereka anak-anak yang luar biasa berapa jam sudah mereka habiskan untuk berada didalam air, karena penasaran saya sempat menghampiri salah satu anak yang sedang beristirahat untuk sedikit bertanya, ternyata dia sudah mulai mengamen disini sejak sepulang sekolah pukul 12.00 bahkan katanya ada juga temannya yang tidak sekolah sudah mulai dari pagi sampai sore, hasilnya lumayan besar katanya bisa digunakan untuk makan keluarganya sehari-hari. Memang luar biasa anak-anak sd ini sudah mulai berpikir tentang beban hidup sejak dini, mereka rela berdingin-dingin didalam air yang membuat kulit mereka keriput demi membantu meringankan beban orang tua mereka.
Jadi selalu ada pelajaran untuk saya disetiap berwisata. Tidak hanya menikmati keindahan alamnya tapi juga kita juga bisa mencari tahu bagaimana sulitnya orang-orang sekitar yang mencari kehidupan dari tempat wisata tersebut. Saya cukup puas sudah bisa menikmati tempat wisata gua jatijajar ini. Setelah itu saya langsung menuju bus yang akan membawa kami ke perjalanan selanjutnya.

Bersambung..

Senin, 17 September 2012

Jalan-jalan ke BALI


Jakarta-Bali
Libur lebaran selama dua minggu, sayang bila tidak digunakan untuk berlibur dan mencari suasana baru yang lebih fresh. Liburan kali ini saya berencana untuk berangkat ke pulau lombok, sebuah pulau di nusa tenggara barat yang tidak diragukan lagi keindahan alamnya, yang paling terkenal dan yang paling sering saya dengar adalah gili trawangan. Saya ingin berangkat menggunakan kereta namun karena tiket kereta sudah habis sampai H+5, ini dikarenakan aturan baru dari PT KAI. Semua penumpang kereta mau bisnis ataupun ekonomi semua dapat tempat duduk tidak lagi ada tiket berdiri, jadilah semua orang menyerbu tiket kereta untuk pulang kampung, selain murah juga pelayanannya yang semakin membaik dan yang menjadi korbannya adalah saya seseorang yang memesan H-5. Tidak dapat tiket kereta akhirnya saya mencari alternatif lain, saya akan mencari tiket bus tujuan lombok, nama bus ini safari dharma raya. Setelah saya berangkat dan mengecek harga tiket ternyata sama saja, harga tiket bus tidak sesuai dengan isi kantong saya terlalu mahal. Tiket bus ini memasuki hari-hari mendekati lebaran menjadi Rp 750.000,- cukup mahal. Saya mulai berpikir untuk berangkat usai lebaran atau membatalkannya. Tapi disaat saya berpikir demikian seorang teman mendapatkan celah untuk berangkat menggunakan pesawat dengan tiket promo seharga Rp 420.000,- sampai bali dari sana rencana kita akan menyambung melalui jalur darat. Akhirnya kami temukan solusinya untuk berangkat ke lombok.
Pesawat kami akan berangkat pukul 07.00 kami sudah tiba dibandara pukul 04.30, saya berangkat bertiga dengan teman, teman ini adalah orang asli lombok jadi saya akan menumpang dirumah mereka nantinya. Dibandara kami menunggu cukup lama sampai akhirnya pesawat kami take off juga tepat pukul 07.00, meluncur ke bali!!. Didalam pesawat saya gunakan waktu yang ada untuk tidur, kebetulan mata masih mengantuk. Saya dibangunkan teman, saya lihat jam sudah menunjukkan pukul 09.00, pesawat sudah landing, tinggal menunggu untuk turun saja. Saat pertama kali menginjakkan kaki saya katakan pada teman “ini ngurah rai, akhirnya sampe juga dibali” teman saya tertawa mungkin tampak norak atau kampunganlah, ya begitulah! Karena menurut saya sesuatu yang luar biasa itu adalah ‘apapun yang kita lakukan untuk pertama kali maka dia akan tampak luar biasa’.
Kami akan dijemput oleh salah satu saudara teman kami ini, kebetulan saudaranya bekerja dibandara. Setelah menunggu tas dari bagasi, kami melangkah keluar dan mendengar panggilan yang ditujukan kepada kami, ternyata itu dia yang menjemput kami. Kami beristirahat di tempat kerja teman baru ini, lama kami berbincang. Dari perbincangan ini saya menyimpulkan jika taksi dibandara ini memasang tarif sangat mahal untuk turis luar negeri dan tidak kalah mahalnya untuk orang dalam negeri. Beginilah keadaan tempat wisata terkenal semuanya akan berubah menjadi mahal.
Monang-Maning
Akhirnya kami memutuskan untuk mencari taksi diluar bandara karena tarifnya lebih murah daripada taksi didalam bandara namun kami harus berjalan cukup jauh untuk sampai keluar bandara. Sekitar 15 menitan kami berjalan akhirnya kami sampai juga. Saya sempat kaget melihat para sopir taksi ini mereka tampaknya lebih pantas menjadi preman dibanding sopir taksi karena dikuping mereka ada tindikan, badan dan wajah yang garang juga mendukung mereka untuk jadi preman. Tapi rasa kaget saya berubah saat mendengar mereka bicara cukup lembut tak sesuai dengan dandanannya. Kami menemukan kata sepakat dengan sopir taksi, kami akan membayar seratus ribu sampai ketujuan kami di monang-maning. Diperjalanan ke monang-maning, saya tidak melepaskan pandangan keluar jendela, saya melihat banyak patung besar-besar juga menemukan rumah-rumah berarsitektur bali, banyak juga bule-bule yang menggunakan kendaraan bermotor berkeliaran dijalan-jalan bali ini. Kurang lebih 45 menit kami sampai, kami akan menetap dirumah paman salah satu teman kami. Pamannya sempat menawarkan minum dengan setengah bercanda, kami pun hanya membalas tertawa bertanda kami masih berpuasa. Setelah berbincang sekitar satu jam, saya langsung mengincar tempat empuk yang bernama kasur dan langsung terlelap.
Setelah saya bangun, salah satu teman kami sudah berangkat ke banyuwangi untuk mengambil motornya yang dikirim melalui jasa pengirimin kereta. Tinggallah kami berdua untuk hari ini sepertinya kami ingin beristirahat saja, lagipula saya melihat jam sudah menunjukkan pukul 15.00. saya langsung mencari kamar mandi untuk membersihkan badan dan bersalin, setelah itu kami berdua mencoba untuk berjalan-jalan sore disekitar rumah sekalian untuk mencari counter pulsa, saya melihat beberapa sekolah disini masih melaksanakan kegiatan sekolah, yang menarik adalah saya melihat selalu ada kumpulan bunga disetiap bangunan yang saya lewati termasuk beberapa sekolah tadi yang juga memiliki bangun dengan arsitektur yang sangat khas bali, sangat menarik andaikan jakarta bisa seperti ini, keren!! Saya juga menemukan satu taman bermain, taman ramai sekali sore ini banyak remaja sekolah berkumpul disini untuk sekedar duduk menikmati sore hari atau juga untuk bermain basket karena taman ini menyediakan fasilitas untuk itu.
Waktu sudah hampir malam kamipun langsung kembali kerumah tempat kami menetap sementara, ketika kami sampai kami sudah dihidangkan dengan bukaan puasa yang cukup lengkaplah. Aku lihat ada kue-kuean, es kelapa muda, beberapa makanan ringan lainnya, kemudian santapan untuk makan malam. Ada yang berbeda dari es kelapa disini, rasanya lebih bervariasi tidak seperti es kelapa umumnya. Selain kelapanya yang masih muda dan enak untuk dimakan, rasanyapun dibuat semakin unik dengan ditambahkan dengan jeruk nipis. Rasanya jadi lebih unik dimulut saja. Lalu kami lanjutkan dengan makan malam saya menemukan lauk yang bermacam-macam disediakan disini. Tapi yang paling saya sukai adalah cumi sambal, cumi yang sebesar jempol ini ditusuk lidi lalu digoreng dengan sambal rasanya sangat nikmat rasanya saya tidak ingin mengakhiri makan jika cumi ini belum habis tapi berhubung dirumah orang saya sedikit malu, makan malam saya sudahi kemudian saya shalat maghrib dikamar, mesjid dan mushala sangat sulit ditemukan dibali. Hanya tempat-tempat tertentu saja yang ada jadilah kami shalat lima waktu Cuma dirumah saja.
Malam ini saya akan pergi kerumah kakek teman, katanya disana tempat produksi pakaian sablon saya jadi tertarik untuk ikut kesana. Kami hanya butuh waktu 15 untuk sampai ketempat tujuan, setelah duduk dan disuguhkan dengan jajanan ringan serta teh manis hangat kami berbincang banyak. Saya bertanya tentang apa yang saya lihat sore tadi kenapa masih ada kegiatan sekolah disaat semua wilayah sudah mulai libur sejak beberapa hari yang lalu. Ternyata! Saya baru tahu karena bali mayoritasnya bukan muslim jadi sekolah-sekolah tetap menjalankan kegiatan belajar-mengajar, libur ada hanya untuk tiga hari saja tepat pada hari raya idul fitri saja. Dan ada beberapa cerita baru juga yang saya baru tahu jika didaerah denpasar ini jarang sekali ada orang yang menyewakan rumah paling ada mereka menyewakan tanah saja, jadi masalah pembangunan terserah penyewa saja. Makanya banyak tempat disini dibangun sederhana saja tidak terlalu mewah. Selain berbincang saya juga terus memperhatikan proses sablon ditempat ini. Disini dia memiliki sekitar 25 sampai 30 pekerja, mereka akan bekerja jika sudah ada perintah dari atasannya. Jadi tempat sablon ini merupakan cabangnya saja, tempat ini memiliki pusat yang akan memasarkan pakaian hasil sablonan dari tempat ini beberapa cabang yang lain. Untuk biaya hidup dibali ternyata tidak berbeda jauh dengan jakarta sama saja.
Karena malam sudah larut kamipun berpamitan untuk pulang karena dinihari nanti kami juga harus bangun untuk sahur lagi. Setibanya dikamar saya merebahkan tubuh sambil menyalakan televisi, waktu disini lebih cepat satu jam dibandingkan jakarta. Beberapa menit saya menonton langsung tertidur pulas.
Udaranya cukup dingin saya menggunakan jaket agar dinginnya tidak terlalu terasa, kami langsung menuju beranda rumah untuk makan sahur. Setalah selesai makan sahur, saya kembali masuk kekamar menyalakan tv sambil menunggu subuh. Setelah shalat subuh kantuk kembali menggoda, benar saja saya tergoda dan kembali menikmati tumpukan busa yang empuk ini untuk beberapa jam lagi.

Sanur
Saya membuka mata jam sudah menunjukkan pukul 08.00, saya langsung menuju kamar mandi. Setelah semuanya rapi saya dan teman berencana akan mengunjungi pantai sanur dan kuta hari ini. Paman teman ini tidak bisa menemani kami karena dia harus tetap bekerja jadi kami hanya pergi berdua saja, sebenarnya ada rasa tidak yakin karena kami masih buta dengan arah jalan dibali tapi karena paman menyakinkan kami jika jalan dibali ini mudah untuk dilalui akhirnya kami melanjutkan niat. Satu sepeda motor helm, lalu kami tancap menuju sanur terlebih dahulu aku sempat melihat peta jika sanur lebih dekat dari tempat kami saat ini, sambil membawa sepeda motor saya terus memperhatikan setiap ada petunjuk jalan karena takut tersasar, saya terus mengikuti petunjuk. Saya melalui beberapa titik padat di beberapa tempat menuju sanur namun tidak macet yang padat merayap seperti dijakarta. Cukup lama juga kami berjalan, entah saya tidak terlalu memperhatikan berapa lama kami menempuh perjalanan mungkin kurang lebih satu jam, kami sampai disanur. Dalam hati saya langsung mengatakan tidak salah banyak orang mengatakan jika bali itu pulau yang indah saat saya berdiri dipinggir pantai dan menatap jauh ketengah laut lalu terkena hembusan angin yang cukup kencang saya bisa merasakan keindahan dan ketenangannya. Saya menemukan satu saung kosong dan saya duduk sekitar tiga puluh menit untuk menikmati udara laut dari sini tepat tepi pantai. Saya melihat kesekeliling, saya temukan kumpulan speed boat yang akan membawa para turis ke pulau-pulau sekitar, ternyata ada juga yang akan membawa para turis ke pulau gili trawangan. Setelah lama duduk saya melanjutkan berjalan-jalan diatas pasir pantai, menyusuri pinggir pantai sanur saya menemukan banyak bule disini walau tidak terlalu ramai, mereka hanya duduk-duduk saja sambil menikmati seduhan kopi. Setelah saya sempat bertanya pada penjaga pantai perihal pantai yang agak sepi, pantai akan ramai sore nanti karena para turis lebih suka berada dipantai diwaktu sore, untuk warga sekitar juga karena mereka masih disibukkan dengan sekolah dan pekerjaan jadi hanya bisa datang kesini sore hari saja. Untuk bisa masuk kepantai ini hanya perlu membayar uang parkir sebesar dua ribu rupiah saja. Berbeda sekali seperti pantai yang pernah saya kunjungi ditegal yang harus membayar sebesar lima belas ribu rupiah.
Kuta
Saya rasa hari sudah cukup panas dan kami juga harus melanjutkan rencana selanjutnya untuk mengunjungi pantai kuta, saya langsung kembali memulai perjalanan dengan sepeda motor dengan cara yang sama saya tak pernah lepas dari papan petunjuk jalan untuk sampai ke pantai kuta, dalam perjalanan saya menemukan ada beberapa pura yang sedang melaksanakan peribadahan. Saya melihat mereka tampaknya sangat tenang sekali, mereka berpakaian dengan sopan, wajah-wajah santun terlihat dari aura mereka. Sebenarnya saya tertarik untuk melihat langsung prosesnya namun saya harus mencapai kuta terlebih dahulu. Saya merasa sudah terlalu lama didalam perjalanan seperti kami salah jalan, saya menepi sebentar untuk membeli minum sambil bertanya pada sang penjual, ternyata saya sudah terlewat. Seharusnya saat saya melewati patung dewa ruci dibundaran tadi saya mestinya saya belok ke kanan saya malah lurus, sekarang jadilah saya nyasar terlalu jauh, jika ingin sampai ya harus putar balik lagi.
Di tepi jalan saya banyak sekali menjumpai turis-turis luar negeri, mereka banyak juga yang berjalan kaki. Mudah saja jika ingin tahu bila ada tempat wisata diwilayah bali, jika banyak turis yang berjalan mengarah kesana maka kita akan menemukan tempat wisata itu. Kuta lebih banyak diminati para turis karena kuta jauh lebih ramai dari sanur yang saya kunjungi tadi. Ini waktunya saya masuk dan menikmati pantai kuta, memang tidak salah jika banyak orang mengatakan jika bali itu indah. Sekali lagi saya katakan memang bali itu indah, luar biasa! Saya banyak menjumpai para turis luar negeri sedang berenang dan berjemur diatas pasir putih yang luas, air lautnya juga terasa dingin dan cocok untuk tempat berenang, air yang jernih, bening, bersih, sangat cantik, ya semua pujian saya ucapkan karena saya belum menemukan yang lebih indah dari ini baru ini yang paling indah selama yang pernah saya singgahi,mungkin nanti saya akan mencari tempat yang lebih luar biasa dari bali.
Saya sangat menikmati pantai kuta, setelah berenang beberapa saat, saya berganti pakaian dan berkeliling tepi pantai kuta ini. Banyak sekali saya temui pedagang aksesoris pantai dari kain pantai, celana, baju, gelang, dan banyak lagi kerajinan tangan khas bali. Saya tertarik untuk membeli tapi saya menahan keinginan karena harus menghemat uang yang ada, waktu saya masih panjang. Karena matahari sudah terik saya memutuskan untuk kembali pulang, sebenar masih satu tempat lagi yang belum saya datangi yaitu renun yang katanya sebuah taman yang banyak berdiri patung-patung besar tapi karena sore nanti kami harus melanjutkan perjalanan, jadi kami harus memupuskan keinginan dan segera kembali. Ternyata tidak mudah untuk menemukan jalan pulang untuk menemukan monang-maning tidak semudah menemukan sanur ataupun kuta, jalur ini lebih rumit karena saya lupa jalan pulang. Kami harus meraba-raba lagi dan terus bertanya-tanya, kami sempat tersasar cukup jauh, dan berputar-putar dijalan yang sama, setelah terus bertanya disetiap kelokan akhirnya kami sampai juga dimonang-maning. Saya langsung berteduh didalam kamar dengan kipas angin, cuaca tidak terlalu panas karena kami berpuasa jadi hausnya cukup terasa juga, saya lebih memilih untuk memejamkan mata untuk menyegarkan tubuh.
Singgah di Kota Denpasar
Ketika mata saya terbuka, matahari sudah mulai condong, waktu sudah menunjukkan pukul tiga sore. Beberapa menit saya habiskan untuk mengemas barang dan mandi, karena sore ini juga saya akan berangkat kerumah salah satu saudara teman lagi. Setelah semua siap waktu sudah menunjukkan pukul lima kami berangkat. Saya selalu senang memperhatikan tepi jalan yang saya lewati, air kali disini masih terlihat bersih, jalanan satu arah ditepi kali ini banyak juga saya lihat sapi ternak sedang mandi atau diberikan makan sang pemilik, disisi jalan yang lain persawahan yang kadang diselingi dengan rumah warga tampak terlihat begitu tenang, enak dipandang mata. Sekitar kurang lebih 45 menit kami sampai ditujuan saya juga kurang tahu apa nama tempat ini detailnya yang jelas kami berada didenpasar. Waktu sudah masuk jam enam, matahari mulai tenggelam, saya dan teman asyik menonton tv untuk menunggu waktu berbuka tiba.
Waktu sudah gelap tapi kenapa adzan belum terdengar juga, seringkali saya keluar masuk rumah. Sang pemilik kemudian bertanya kepada saya kenapa mondar-mandir, saya menunggu adzan berkumandang. Sang pemilik rumah hanya tertawa saja, katanya saya tidak akan mendengar suara adzan disini, saya kembali bertanya kenapa, karena disini tidak ada mesjid. Oh iya saya lupa padahal kemarin sudah dijelaskan oleh sang kakek jika dibali ini sangat jarang ada mesjid. Karena matahari sudah tenggelam jadi kami langsung berbuka. Kami berbuka dengan es buah dan beberapa hidangan lain termasuk kurma, dan untuk makan malam kali ini ada sate, telur dadar, dan beberapa yang lain. Alhamdulillah akhirnya perut sudah kenyang, sang pemilik rumah harus pergi malam ini untuk bekerja karena dia kebagian jam kerja malam. Pemilik rumah berangkat kami tidak tahu harus berbuat apa? Yang ada Cuma tv ya sudahlah kami menonton tv saja sampai larut malam dan tertidur.
Kami bangun sahur sendiri dan menyiapkan makanan sendiri yang ada hanya telur dan mie, saya masak telur dadar dan mie yang ada untuk makan sahur. Setelah sahur dan shalat kami kembali ke tempat tidur seperti biasanya saja, sangat menyenangkan bermalas-malasan disubuh hari.
Taman Soekasada, Ujung Pesisi
Saya sudah selesai mandi pagi ini dan kami akan segera berangkat ke tujuan selanjutnya kata teman kami akan berangkat ke karangasem, katanya jarak lumayan jauh. Kami diantarkan ke sebuah halte, halte ini lebih mirip seperti halte trans jogja, ketika kami sampai tepat disaat bus tiba, kami tidak harus menunggu dan langsung masuk. Bus ini bernama trans sarbagita, bila dijakarta nama trans jakarta, di jogja nama trans jogja, kenapa dibali nama trans sarbagita bukannya trans bali ya? Saya masih bertanya dan belum dapat jawaban. Pemberhentian terakhir bus ini nantinya dibatu bulan tempat saya akan turun. Mungkin kurang lebih satu jam kami sampai diterminal batu bulan dari sini kami sudah ditunggu oleh saudar kawan, saya pikir kami sudah sampai di karangasem ternyata kami diarahkan ke sebuah bus yang lebih mirip kopaja dijakarta, bus yang akan membawa kami ke karangasem ternyata masih jauh! Saya duduk dikursi paling belakang, setelah bus cukup banyak penumpang kami langsung berangkat, jalur pinggir pantai sudah kami lewati, lalu melewati jalur perbukitan ditepi laut disini banyak sekali terdapat monyet-monyet dengan bebasnya berkeliaran banyak turis yang berhenti untuk sekedar berfoto dengan hewan lucu itu. Setelah empat jam perjalanan akhirnya kami sampai juga di ujung pesisi, karangasem. Kami sudah ditunggu oleh paman teman ini, dari tempat kami berhenti harus menempuh jarak lima belas menit perjalanan dengan sepeda motor untuk sampai kerumah paman ini.
Rumah ini terdapat dua kamar tidur, satu ruang keluarga, satu ruang tamu, rumah yang cukup ideal. Menariknya adalah didalam rumah ini banyak terdapat pajangan lobster yang sudah diawetkan, dan ada juga beberapa ikan langka yang dipelihara. Saya juga kurang tahu apa nama ikannya yang jelas katanya berasal dari perairan australia. Setelah melihat-lihat isi rumah! kami disuruh untuk beristirahat dan saya langsung saja merebahkan badan yang lelah setelah duduk empat jam didalam bus.
Saya bangun pukul 16.00 diikuti oleh teman, kami mandi bergantian setelah itu kami disediakan ikan mentah untuk dijadikan ikan bakar. Paman teman ini menyuruh kami untuk belajar membakar ikan yang benar. Setelah membuat bara dari serabut kelapa kami langsung mengoleskan minyak goreng pada ikan lalu langsung meletakkan diatas panggangan setelah itu seperti biasanya hanya tinggal dikipasi saja hingga matang dan jangan lupa dibolak-balik. ikan sudah matang tepat beberapa menit sebelum adzan maghrib, nah diujung pesisi ini baru kita bisa mendengarkan adzan karena saat datang tadi saya melewati salah satu masjid yang cukup megah. Kami berbuka dengan berbagai macam menu, ada es buah, teh hangat manis, kurma, berbagai kue ada, lalu untuk makan malamnya ada ikan bakar buatan kami sendiri, ayam sambal, sayur nangka bercampur daging, dan beberapa lauk lainnya. Malam ini kami akan makan besar! Setelah makan rasa seperti tidak bisa bangkit lagi, badan terasa sangat berat. Saya makan terlalu banyak, tapi saya harus pergi shalat taraweh malam ini. Shalat taraweh berhasil dilalui walaupun penuh kantuk namun saya tetap bisa berdiri dan memaksakan untuk shalat. Setelah taraweh saya langsung saja merebahkan tubuh untuk segera mencari mimpi diatas kasur yang empuk. Selamat malam!
Selamat pagi diujung pesisi, perkampungan yang berada tepat ditepi laut, perkampungan nelayan yang mayoritas muslim. Tepat diseberang perkampungan ini terdapat sebuah taman yang cukup indah, paman teman menyuruh kami untuk pergi melihat-lihat ditaman itu. Katanya rugi bila kami sampai disini tidak singgah ketaman itu, bule-bule saja sering datang kesini hanya untuk melihat-lihat ditaman itu. Hanya perlu waktu lima belas menit saya sudah sampai didalam taman, sebenar perkampungan dan taman berhadapan namun untuk melewati pintu masuk kami harus berputar terlebih dahulu. Taman ini sangat luas tidak tahu berapa hektar luasnya. Sungguh taman yang sangat mewah, hal pertama yang saya temukan di taman ini adalah kafe mungil yang beralunan musik khas bali, lalu saya lanjutkan berjalan yang saya temukan adalah ada beberapa orang yang mengurus sawah dan juga peternakan ikan, satu persatu tempat ditaman ini saya telusuri.
Setelah saya lelah berjalan-jalan kemudian saya duduk melihat ada beberapa petugas taman yang sedang istirahat dari pekerjaannya, ketika saya datang mereka sedang sibuk merapikan rumput-rumput ditaman. Saya menghampiri petugas taman untuk mengetahui lebih jauh tentang taman ini, saya pun langsung berkenalan dan mulai meluncurkan semua pertanyaan saya dan kesimpulannya adalah taman ini bernama soekasada dibangun pada tahun 1919 oleh kerajaan karangasem yang dipimpin oleh Raja I Gusti Bagus Jelantik yang bergelar Anak Agung Agung Anglurah Ketut Karangasem. Arsiteknya adalah van den hents dari belanda dan loto ang dari cina dan mulai digunakan pada tahun 1921. Taman ini sebenarnya difungsikan untuk peristirahatan raja dan juga untuk menjamu tamu-tamu raja yang berkunjung ke karangasem. Menurut sejarah taman ini adalah taman yang memiliki arstektur yang luar biasa karena bangunan menggabungkan antara arsitektur tradisional bali dan gaya eropa dan cina. Saya juga terperangah melihat bangunan-bangunan luar biasa yang ada disini, yang saya lihat banyak terdapat ukiran-ukiran khas bali didinding, tampak juga bangunan-bangunan khas belanda, dan gapura kedatangan, kolam segidelapan dan bale bundar yang bergaya china jadi taman ini sungguh kaya akan seni.
Petugas juga menceritakan tentang kampung muslim yang berada diseberang taman ini, ternyata rata-rata warganya berasal dari lombok, mereka berada disini karena jasa raja karangasem yang menempatkan mereka begitu kata petugas ini. Jadi wajar saja jika saya menemukan ada mesjid disini karena mayoritas muslim yang berasal dari lombok.



Jadi tidak ada salahnya jika anda tiba dibali untuk singgah sebentar saja menyaksikan keindahan penggabungan tiga arsitektur luar biasa yang terdapat ditaman ini. Setelah lelah saya dan teman menuju tepi laut dimana perahu-perahu nelayan berkumpul, bebatuan besar menghiasi tepi pantai yang banyak terdapat kepiting dan beberapa hewan kecil lainnya. Saya juga melihat beberapa bule sedang berfoto-foto, memang tepi laut ujung pesisi ini tak kalah indah dengan cover perahu-perahu nelayan yang membuat tempat ini tampak natural. Saya menyusuri tepi laut untuk sekedar melihat-lihat. Setelah lelah saya kembali ke rumah tempat kami beristirahat. Kami tinggal menunggu esok hari untuk perjalanan selanjutnya yaitu menyeberangi laut untuk segera menyusuri lombok.

Kamis, 06 September 2012

TRADISI BURUK


Tradisi dalam pengertian yang paling sederhana adalah sesuatu yang telah dilakukan untuk sejak lama dan menjadi bagian dari kehidupan suatu kelompok masyarakat, biasanya dari suatu negara, kebuadayaan, waktu atau agama yang sama. Hal yang paling mendasar dari tradisi adalah adanya informasi yang diteruskan dari generasi ke generasi baik tertulis maupun lisan, karena tanpa adanya ini, suatu tradisi dapat punah. Jadi tradisi adalah sesuatu yang sudah mendarah daging. Saya Cuma mau bertanya tentang mengapa negara kita menjadi negara yang paling korup? Mengapa negara kita menjadi negara yang sulit bersatu? Jawabannya adalah karena tradisi, tradisi yang sudah menjamur. Kenapa harus menyalahkan tradisi karena memang karena tradisilah semua itu menjadi sulit hilang dan generasi penerus ini begitu mencintai tradisi ini dan tidak pernah ingin merubah tradisi ini bahkan mereka melestarikannya.
Jika tidak percaya liriklah napak tilas negara ini sejak beratus-ratus tahun yang lalu, dua tradisi buruk yang terus dipertahankan oleh negara ini. Jika bukan korup maka mereka berontak dalam segala hal. Kedua hal itu selalu berjalan seiring dan seirama selalu bersama untuk mencapai kehancuran yang diinginkan. Kita kembali ingat sejarah kemerdekaan negara ini, kita akan selalu bangga pada para hero negara ini yang telah memerdekakan negara kita dengan bambu runcing tapi nampaknya kita tidak pernah ingin membangun negara ini menjadi lebih baik bahkan senang dan masih tetap percaya pada bambu runcing sekalipun dunia sudah menuhankan tehknologi. Itu bukan masalahnya tapi saya selalu ingin mengatakan jika boleh saya iri dengan negara-negara tetangga yang mereka mendapatkan kemerdekaan hasil pemberian dari inggris mereka semua menjadi negara persemakmuran negara persaudaraan dengan inggris. Mereka dijajah secara cerdas bukan seperti kita dijajah dengan pembodohan yang sangat jelas. Setiap negara jajahan inggris selalu bisa bangkit dan mampu untuk maju. Sedangkan kita negara yang dijajah secara bodoh lihat saja hingga kini bekal itu masih ada dan tidak bisa hilang kita masih suka menggunakan kebodohan itu.
Belanda menjajah kita dengan cara membodohi bagaimana tidak sepasang saudara bisa bertengkar, ayah dan anak bisa menjadi musuh, kerajaan yang damai bisa rusuh, lihat cara politik mereka yang membodohi. Saya tidak pernah menyalahkan belanda namun generasi kita yang salah sudah sadar namun tidak pernah ingin menyadarkan diri kita akan semua kesalahan itu. Karena tradisi yang ditanamkan belanda itulah negara kita terbentuk, meskipun kita sudah merdeka dari penjajahan sadarkah bila kita belum bersih dari bayang-bayang sisa kotoran masa suram itu. Coba kita tilik ke masa kini tentang korupsi dan anarkisme yang ada dinegeri ini merupakan bekal lama yang abadi. Kenapa begitu? Tengoklah kebelakang bagaimana kerajaan-kerajaan yang ada dinegeri kita ini hancur karena perilaku belanda, dengan mudahnya mereka mengimingi kita dengan tahta dan harta lalu menghancurkan kerajaan-kerajaan yang ada. Demi tahta bunuh ayah sendiri, demi harta lakukan perang terhadap saudara sendiri. Kebersamaan, persaudaraan, peratuan bukanlah hal terpenting sejak dulu disini, yang paling penting adalah ambisi pribadi, nafsu pribadilah yang menjadi penguasa jadi apa bedanya dengan apa yang ada sekarang.
Sejak dulu hingga sekarang bukankah korupsi itu sudah ada? Untuk apa kita pusingkan bukankah kita terbiasa dengan hal itu, kenapa sekarang kita harus gusar dan panas dengan semua itu. Lihatlah dari bawah, seorang anak diperintahkan untuk membeli sebungkus gula, harga gula lima ribu karena si anak sedang tidak punya uang dia katakanlah harga gula enam ribu dia mendapat uang seribu. Saat ibunya bertanya bukankah harga gula lima ribu, jawabannya mudah ia diwarung yang itu diwarung yang sana enam ribu setelah itu ibunya dengan mudah percaya pada anaknya. Sama cara kerjanya dengan yang diatas setiap ada lebihan uang selalu hilang entah kemana saat ditanya maka mereka selalu bisa berkelit dengan jawaban yang simple dan kita mudah percaya. Sejak dari kecil kita sudah terbiasa dengan yang namanya korupsi bahkan menjadi hal yang biasa itu lumrah bahkan dianggap sebagai strategi yang jitu untuk mengeruk kekayaan.
Apakah kita sadar cara-cara penjajahan masih sering kita gunakan terhadap negeri sendiri? Jika kita sadar akan kepentingan bersama maka kita akan bisa bangkit untuk sama-sama memajukan negara ini. Selain korupsi yang menjadi tradisi negara ini adalah anarkisme, tengok saja banyak hal sepele yang menjadi sangat berharga. Di negara kita jika boleh bertanya mahal mana antara membuat spanduk dengan satu nyawa? maka jawaban adalah mahal membuat satu spanduk, mahal mana uang parkir dengan satu nyawa? maka lebih mahal uang parkir. Itulah dari hal sepele sudah tampak jika kita tidak pernah bisa menggunakan kepala untuk menyelesaikan masalah. Cara-cara kekerasan merupakan solusi handal dinegara kita. Jika dari bawah saja dari hal kecil saja sudah tampak perpecahan bagaimana dengan hal besar.
“berbeda tetap satu” itu tidak berarti untuk kita. Mungkin banyak yang sadar akan hal itu tapi lebih banyak lagi dan sangat banyak lagi yang tidak sadar. Sudah jelas dalam sila kita diperintah untuk bermusyawarah tapi kenapa kita lebih senang dengan memilih. Karena memilih itu tidak pernah menjamin sebuah kesatuan, memilih itu selalu ada dua atau lebih pilihan yang masing-masing akan terus mendukung pilihannya. Sebenarnya memilih itu tidak salah andai semua berpikir dewasa hanya saja 67 tahun tidak pernah membuat kita semakin dewasa. Kita lihat dalam memilih dinegeri ini kita tidak pernah menemukan kedewasaan didalamnya setiap orang selalu ingin pilihannya yang menjadi terbaik. Disaat gagal kita tidak pernah memiliki jiwa pemenang, kita selalu berusaha untuk menang setelah semuanya gagal. Cara paling utama untuk mempertahankan pilihan kita adalah dengan kekerasan, dengan semua itu kita pikir semuanya bisa kita miliki. Membuat orang lain takut dengan kita adalah cara kita untuk menangkan pilihan, tapi sadarkah karena hal itu kita tidak pernah bisa bersatu.
Mudah saja untuk siapapun yang ingin menghancurkan kita, dengan hal sepele saja kita bisa berantakan. Contohnya saja Cuma dengan kata-kata kita bisa membunuh, bukankah kata-kata itu bisa diluruskan, bisa diperjelas, kadang banyak kesalahpahaman didalamnya hanya saja kita tidak pernah bisa menahan dan mengatur temperatur emosi kita. Kenapa kita mudah marah? Berpulang lagi dengan tradisi kita, saat politik adu domba belanda kita bisa dihancurkan dengan kata-kata, karena sejak dulu jiwa kita sudah terkurung dalam emosi yang berlebihan. Kita tidak pernah bisa mendengarkan kata-kata dengan kepala dingin. Kita mudah panas sejak dulu, jadi kenapa sekarang kita masih seperti ini. Karena tradisi yang tidak pernah hilang, tradisi yang terus dipertahankan. Saya tidak pernah bisa menjawab cara menangulanginya. Saya hanya bisa terus bertanya? Terlalu banyak kepentingan didalam semuanya!

Rabu, 05 September 2012

Jalan-jalan ke ANYER (1)




Setiap liburan seringkali kita menghabiskan waktu untuk berwisata ke berbagai tempat misalnya saja untuk kita yang berada diwilayah jakarta, maka pilihan wisatanya ada ancol, kebon binatang ragunan, TMII, Monas, dan beberapa tempat lainnya. Tapi warga jakarta tidak hanya akan berlibur dijakarta saja tapi mereka juga akan pergi berlibur keluar daerah misalnya kepuncak bogor, ke anyer banten, dan daerah-daerah lainnya. Berwisata merupakan tradisi yang menyenangkan karena waktu liburan dihabiskan bersama sanak saudara, menikmati waktu luang yang jarang dimiliki orang-orang yang terus-menerus disibukkan oleh aktivitas kerja.
Kali ini saya hanya ingin menuliskan tentang perjalanan saya ke pantai anyer. Saya dan kawan-kawan sudah merencanakan perjalanan ini sejak jauh-jauh hari ketika hari H tiba, banyak kawan yang tidak siap. Rencananya kami akan berangkat 5 sepeda motor namun karena beberapa sahabat berhalangan maka yang siap hanya dua sepeda motor saja, kami tetap berangkat. Kami memutuskan untuk pergi ke anyer disaat hari kerja untuk menghindari kepadatan dijalan.  Stratei kami  selanjutnya untuk menghindari kemacetan di jakarta maka kami memutuskan untuk berangkat pagi dini hari. Tepat pukul 03.00 kami berangkat dari jakarta, dari tempat kami yang berada di cawang jakarta timur benar saja jalanan sangat lengang namun ketika kami sampai dikuningan terjadi hambatan hujan turun, kami berhenti sejenak di POM bensin sekaligus mengisi bensin, setelah lama menunggu hujan tak kunjung reda kami memutuskan untuk tetap melanjutkan perjalanan meskipun berhujan-hujanan. Saya dan kawan-kawan berpikir hujan akan berhenti dalam beberapa jam saja.
Hujan tak kunjung berhenti kami sudah sampai diwilayah tangerang, ada satu kebingungan diantara kami semua karena gelap kami kesulitan membaca arah jalan, karena kami pemuda semua maka dengan nekat kami tetap melanjutkan perjalanan walaupun tak tahu arah. Kami ikuti saja petunjuk arah yang mengarah ke serang. Sampai akhirnya kami benar-benar buta arah ditambah lagi hujan yang tak kunjung berhenti, karena kedinginan kami berhenti disebuah watung kaki lima untuk memesan beberapa gelas kopi dan makanan ringan untuk mengisi perut yang keroncongan. Karena tidak tahu harus kemana maka kami coba bertanya kepada pemilik watung. Dia menyuruh kami terus mengikuti jalan hingga tembus ke legok katanya dari sana kami disuruh kembali bertanya. Kami mengikuti saja kata pemilik warung kami terus mengikuti jalan yang diarahkan sampai kami tiba dipermukiman BSD, selanjutnya kami terus mengikut petunjuk jalan. Rasanya kami hanya berputar-putar saja dijalan kecil yang ada.
Hujan tidak kunjung berhenti juga sedikit lagi kami akan mencapai serang setelah berjalan dalam waktu yang sangat lama. Kami memutuskan untuk berhenti disebuah warung kopi karena sudah tidak tahan lagi dengan udara dingin, tubuh saya menggigil tak kuat menahan hawa dingin yang ditimbulkan oleh hujan. Kami semua memesan kopi hangat dengan mie rebus sebagai temannya. Sekitar lima belas menit kami berhenti untuk menghilangkan dingin dan mengganti pakaian kami, hujan nampak akan reda karena Cuma tersisa rintik-rintik. Kami melanjutkan perjalanan namun memang kami sedang bernasib sial hujan kembali turun, ya sudahlah! Perjalanan harus diteruskan. Akhirnya kami tiba juga diserang. Dalam perjalanan dari serang menuju pandeglang akhirnya kami bisa merasakan hangat udara karena hujan berhenti juga.
Mulai memasuki pandeglang kami sudah mulai merasakan ketenangan dan keindahan tempat ini, kami melalui persawahan, dan kami juga sering menemui tempat pengembangbiakan yang juga menjual ikan-ikan. Walaupun matahari mulai terik  tapi kami tetap merasakan udara yang sejuk. Saya sempat melihat sebuah turunan yang sangat tajam yaitu turunan saketi namanya kami tidak melewati turunan itu karena disini jalanannya dibuat satu jalur dan turunan itu hanya untuk digunakan sebagai turunan saja. Saya melihat jam pada handphone saya sudah menunjukkan pukul 10.30 perjalanan masih terus berlanjut. Rencananya kami akan menginap dirumah salah satu dari kami, jalur yang kami lalui cukup menyenangkan karena dikiri kanan masih banyak sekali pepohonan hijau, jalanan yang berliku-liku menanjak juga membuat perjalanan ini tidak membosankan. Akhirnya kami sampai juga ditujuan, kami berhenti dilabuan. Kami akan menginap disini. Sesampainya disini kami semua merasa sangat kelelahan apalagi berhujan-hujanan selama kurang lebih lima jam. Kepala rasanya pening, setelah menyalin pakaian kami semua tertidur dengan pulas.
Ketika mata saya terbuka waktu sudah menunjukkan pukul 15.30. ketika saya bangun makanan sudha terhidang ada lele goreng dengan sambalnya serta beberapa lauk lainnya.  Dengan perut yang sangat lapar saya sangat bersemangat untuk hal yang satu ini, sudah tigakali saya nambah nasi dan lauk karena perut yang memang sangat lapar. Akhirnya kenyang juga udara masih saja terasa dingin karena saat ini sedang musim hujan, kami semua menyedu kopi yang ada. Sambil duduk-duduk kami berpikir tentang jadwal kami, hari ini kami tidak pergi kemana-mana untuk mengistirahatkan badan yang lelah. Kami memilih untuk bermain playstation disalah satu rumah kerabat teman saya ini. Sampai larut akhirnya kami memutuskan untuk tidur. Udara dingin sangat terasa malam ini, kami harus menggunakan jaket dan sarung untuk menghilangkan dingin.
Subuh hari saya sudah terbangun karena mendengar adzan subuh berkumandang, saya memutuskan untuk shalat subuh dulu. Setelah karena udara dingin yang mendatangkan kantuk yang begitu menggoda akhirnya saya terbawa untuk kembali menikmati empuknya kasur dipagi hari. Saat terbangun kembali seperti kemarin saya sudah menemukan hidangan sudah tersedia untuk sarapan kami ditambah dengan teh hangat saya merasa sangat berterimakasih dengan semua ini. Teman-teman saya sudah siap untuk menyantap semua yang terhidang. Saya pun tidak mau ketinggalan setelah kekamar mandi dan mencuci muka saya langsung menyerang semua yang ada di hidangan pagi ini. Setelah kenyang dan menghabiskan teh hangat yang ada waktu sudah menunjukkan pukul 09.00, saya dan kawan-kawan bersiap untuk pergi kerumah kakek teman kami untuk bersilaturahmi, setelah semua siap kami berangkat ke tujuan. Saya kurang tahu apa nama tempat ini. Tapi rumah kakek teman kami ini letak sangat dekat dengan laut hanya sekitar 300 meteran kita bisa langsung menuju laut. Sampai pukul 15.30 kami disini sambil berbincang-bincang.
Kami berpamitan dan ingin langsung melanjutkan perjalanan, selanjutnya kami akan menuju pantai untuk berenang dan bermain-main disana, dalam perjalanan saya begitu menikmati perjalanan ini. Disebelah kiri saya laut dan disebelah kanan saya banyak persawahan, jadi memandangi keduanya secara bergantian merupakan hal yang menarik. Sekitar 45 menit dengan kecepatan yang sedang akhirnya kami tiba dipantai pasir putih, kami hanya perlu membayar parkir sebesar Rp 5000,- untuk bisa menikmati dan berenang dipantai pasir putih ini. Setelah menyalin pakaian dan menyewa papan renang kami langsung menikmati air asin yang sudah tersedia. 
Hingga senja menjelang kami terus bersenang-senang, karena bukan hari libur tidak banyak orang berkunjung disini. Suasananyapun cukup mendukung untuk menikmati deburan ombak dan hembusan angin. Pantai pasir putih cukup baik hanya saja masih banyak sampah yang tidak dibersihkan dengan baik seperti kayu-kayu dan plastik bekas makanan ringan. Kami sudah merasa puas kami menuju kamar mandi sebelumnya kami harus membayar Rp 2000,-/orang baru kami bisa menggunakan kamar mandinya. Setelah semua selesai saya ingat jika saya punya saudara didaerah banten, saya mencoba menelpon dan mendapat jawaban dari seberang sana. Katanya datang saja kerumahnya. Rumah terletak di Mancak katanya dekat dengan pasir putih. Kebetulan kami sedang dipasir putih.
Bulan sudah mulai datang langit menjadi gelap kami memulai perjalanan, kami melalui jalan pinggir laut sepanjang jalan yang ada hanya pepohonan dan suara deburan ombak yang mengenai bebatuan. Ditengah perjalanan ternyata lampu salah satu motor tidak bisa menyala, sebuah masalah karena dijalur ini tidak ada bengkel dan warung yang buka karena sudah malam. Kami tetap melanjutkan perjalanan dengan motor yang lampunya mati dituntun oleh motor yang lain, karena jalur ini banyak lubang yang membahayakan jika tidak melihat dengan benar maka kita akan masuk kelubang itu. Kami tidak bisa memacu kendaraan dengan kecepatan maksimal seperti siang hari karena dijalur ini samasekali tidak ada penerangan. Sudah lama kenapa kami belum juga menjumpai mancak katanya dari pasir putih sudah dekat, setelah bertanya ternyata disini ada dua atau tiga nama pantai pasir putih, dan ternyata pasir putih dekat mancaklah yang saudara saya maksud bukan pasir putih tempat kami berenang tadi. Tiga jam sudah kami berjalan kali ini kami sudah menemukan tempat ramai yang banyak penduduknya, kami juga belum tahu detailnya daerah mancak, saya coba bertanya ternyata mancak sudah tidak jauh lagi hanya sekitar setengah kilo lagi kami akan sampai dia menyuruh kami belok kekanan saat menemukan pasar. Saya kira ini sudah dekat setelah kembali bertanya ternyata untuk sampai diprapatan mancak harus melalui kurang lebih duapuluh tanjakan katanya. Saya dan kawan-kawan memulai lagi benar saja kami harus melalui kurang lebih duapuluh tanjakan dan turunan. Kami kembali bertanya dimana letak prapatan mancak, akhirnya kami sampai. Saya kembali menelpon saudara saya agar dia segera menjemput, kami disuruh menunggu sebentar karena dia sedang dalam perjalanan menuju ketempat ini. 
Dia datang juga setelah saling bersalaman kami langsung menuju rumahnya, ternyata ini belum selesai jalur yang kami lalui bukan jalan beraspal tapi jalan tanah yang banyak bebatuan besarnya. mancak ini mungkin seperti puncak sepertinya dia ada diperbukitan. Kami hanya bisa menikmatinya saja walaupun ada kawan yang mengeluh melalui jalan sulit ini, tapi untuk sebuah pengalaman bukan sebuah masalah. sekitar 20 menit akhirnya kami sampai. Duduk beberapa saat kami mendapatkan suguhan teh dan makan malam. Kami bersyukur karena tidak perlu mengeluarkan uang untuk urusan makan disini. Saya melihat waktu sudah menunjukkan pukul 22.30, saya memutuskan untuk tidur duluan karena teman-teman masih asyik berbincang-bincang.
Selamat pagi di mancak, udara pagi yang hampir mirip dengan pegunungan, saya coba melihat keluar banyak pohon kelapa dan pepohonan lainnya. Kami disuruh mandi oleh sang pemilik rumah dan salah satu teman ingin buang air ternyata kamar mandi untuk mandi dan kamar mandi untuk buang air terpisah, yang sama hanya kita harus mengambil air dari sumur sendiri. Ini memang suasana desa yang kami cari, setelah semua selesai mandi kami sudah dihidangkan dengan sarapan yang sangat berharga disaat perut lapar. Sarapan dengan menikmati gosip pagi selebriti bukan hal yang membosankan. 
Akhirnya kami harus berpamitan karena waktu kami sudah habis, salah satu dari teman kami harus kembali kerja esok hari jadi hari ini kami harus segera pulang. Jam ditangan sudah menunjukkan pukul 09.00, kami lanjut lagi perjalanan ini. Kami diantar sampai ke jalan besar setelah itu kami kembali mengikuti jalur semalam, ternyata jika dilihat siang hari jalur ini sangat indah lautan lepas dan persawahan yang dicoveri oleh pegunungan sangat indah. Kami harus kembali kerumah salah satu teman kami ini untuk mengantarnya pulang karena dia tidak ikut kami kembali ke jakarta hari, dia akan menyusul beberapa lagi sekaligus kami juga ingin berpamitan pulang, teman-teman juga memutuskan untuk kembali ke jakarta dimalam hari saja agar tidak mendapati kemacetan. 
Kami memulai perjalanan dari labuan tepat pukul sembilan dan sampai dijakarta pukul 02.15 ternyata jika kami tidak berputar-putar kemaren kami hanya perlu menempuh perjalan lima jam-an saja. Tapi ini akan menjadi pelajaran untuk perjalanan berikutnya.Selamat menikmati perjalanan untuk kalian yang akan pergi ke Anyer. 

SAAT TERAKHIR(4)


Setahun sudah gua menjalani kehidupan disekolah tapi tanpa hasil, gua lebih sering menjalani sekolah dengan perasaan gundah. Apa yang gua rasakan selama setahun ini sangat membosankan datang ke sekolah mendapatkan ejekan dan olokan sebagai anak bodoh, dicap sebagai anak nakal, dan anak miskin yang tidak berguna. Selama sekolah gua enggak pernah punya sepatu, jangankan sepatu sendal aja gua enggak punya. Buku tulis Cuma punya satu-satunya, apapun pelajaran disekolah hanya dicatat dalam buku itu saja. Aku memang bodoh tapi aku butuh orang-orang yang membantu aku agar jadi lebih cerdas bukan semakin menenggelamkan aku kedalam kebodohan yang lebih lagi. Gua sudah bosan dengan kehidupan yang seperti ini, satu-satunya teman gua Cuma pohon mangga mungil yang ada didepan rumah gua itu aja. Saat gua menaiki dahannya lalu terhempas hembusan angin maka disitulah gua bisa bercerita dengan keluhan-keluhan. Walau tak sepuas bercerita dengan manusia setidaknya ada tempat berbagi tentang rasa sakit yang gua rasakan. Siapa yang tahu tentang rasa gua ini, tidak ada.

Hari ini atong mengajak gua pergi kepelabuhan kecil bersama ayahnya untuk pergi memancing dilaut, gua sudah siap dengan semua peralatan untuk memancing.
"ian ayo sudah ditunggu ayahku" gua langsung loncat dari rumah panggung ini walaupun ada tangga, gua sangat bersemangat karena sangat jarang kami bisa pergi memancing ke laut. Menggunakan sampan ayah atong kami mulai berangkat, ayah atong sangat kuat dalam urusan dayung mendayung. 

sampai juga akhirnya, gua dan atong sangat bersemangat langsung turun dari sampan mencari posisi. Menaruh umpan dikail lalu melemparkan kailnya ke laut. Selama menunggu  hasilnya aku lebih suka diam menatap ke air laut yang sangat banyak terdapat ikan julung-julung yang sangat besar. Dan beberapa jenis ikan lainnya. Kami hanya memancing dipinggir pelabuhan saja. Kalau ayah atong dia memilih memancing ditengah laut dengan sampannya tak jarang dia terganggu dengan banyak kapal feri yang lalu lalang. Setengah hari memancing perut terasa sangat lapar, untunglah tadi mama memberikan bekal untuk kami. Lebih baik istirahat dulu baru lanjutkan lagi.
"ayah makan dulu!" teriak atong sangat kencang karena ayahnya berada lumayan jauh. karena berkali -kali berteriak tak juga didengar oleh ayahnya atong menggunakan gerakan tubuh. Dengan gerakan seperti orang makan ayah langsung mengerti lalu menganggukkan kepala.

"gimana yan-tong sudah banyak tangkapan kalian?"
"ya cuma segitu kita dapatnya"
"ya sudah nanti cari lagi yang banyak biar nanti malam kita bisa bakar-bakar ikan" udang sambal buatan mama memang sangat enak, apalagi jengkol baladonya ini tak ada duanya. Dengan lahap kami semua makan bersama.

Sudah hampir seharian kami duduk mencari ikan, gua dan atong tak banyak mendapat ikan Tapi ayah atong mendapatkan banyak sekali ikan. Kami memutuskan untuk menyudahi hari ini, dan segera untuk pulang sebelum matahari benar-benar tenggelam. Lumayanlah tangkapan malam ini.

Malam sudah tiba, keluarga gua dan keluarga atong berkumpul. Sesuai rencana kami akan bakar ikan tangkapan siang tadi. Api sudah siap tusukan untuk ikan juga sudah siap, bumbu juga sudah mama siapkan. Tinggal yang membakarnya abang-abang gualah yang punya tugas kadang juga bergantian dengan ayahnya atong. Banyak sekali lelucon yang dibicarakan sambil menunggu ikan-ikan itu selesai dibakar. Malam ini kami isi dengan canda dan tawa yang sangat lepas, satu waktu memang kami perlu waktu seperti ini, waktu dimana kami bisa menikmati tertawa lepas. Setelah semuanya matang dengan tikar pandan yang sudah disediakan kami makan bersama. 

Kenyangnya perut ini, malam sudah larut perlahan kami menyudahi malam ini. Gua juga sudah tak bisa lagi menahan kantuk karena perut yang sangat kenyang. Gua langsung masuk rumah lalu ke kamar masuk dalam kelambu melepas semua pakaian, inilah kebiasaan gua tidur tanpa sehelaipun pakaian. Kalau ada pakaian ditubuh rasanya sangat gerah jadi gua tak pernah mengenakan pakaian saat tidur.

**************************

“ian renang yuk!” atong datang mengajak aku pergi berenang disungai. Dengan segera gua turun dari pohon mangga mungil ini. Satu lagi sahabat terbaik gua dialah atong, sahabat yang selalu ada bersama gua, seorang yang tidak pernah memandang aku sebagai anak tak berguna. Dengan gembira dan riangnya kami berlari menuju sungai menanggalkan baju dan celana kami lalu byyyurrr mungkin ini salah satu obat untuk menghilangkan rasa bosan yang menggelayuti gua. Gua dan atong biasa berlomba siapa yang lebih cepat menyelam untuk melewati gerombolan kelapa yang terapung yang disanggah dengan bambu-bambu, tak tahu untuk apa? Aku selalu menjadi pemenang, aku tak pernah kalah, mungkin inilah satu-satunya kemenangan gua dari satu orang, kemenangan dari seorang atong, kemenangan berenang sambil menyelam tercepat melawan satu orang saja gua juaranya. Tidak masalah dengan begitu gua tetap bahagia! Disaat kami tengah asyik berenang para warga berkumpul, hari ini mereka semua akan menangkap udang dan ikan-ikan bersama-sama disungai. Kalau sudah seperti ini banyak sekali warga dari berbagai kampung berkumpul, mungkin Cuma saat inilah mereka semua bisa berkumpul tanpa ada halangan oleh kesibukan masing-masing. Pertama-tama beberapa orang dewasa menggunakan sampan akan mengeruhkan air sungai setelah air keruh maka udang-udang akan muncul ke permukaan saat itulah mereka bisa ditangkap hanya menggunakan tangan saja udang bisa ditangkap, para petugas pengeruh air dengan sampan akan melangkah perlahan. Sepanjang sungai akan ditelusuri oleh seluruh warga untuk mencari udang sebanyak-banyaknya.
“hei ada ikan haruan besar cepat tangkap!” seorang warga berteriak, beberapa orang dengan serokan berusaha menangkapnya tapi tak ada yang kunjung dapat. Semua warga ribut ingin menangkap ikan itu tapi masih saja tidak dapat. Sampai akhirnya kakak perempuan gua yang sedang mencari udang dengan serokannya tanpa sengaja menangkap ikan itu. Dengan sekuat tenaga kakak perempuan gua menahan ikan itu, ikan terus meronta-ronta, beberapa orang datang membantu menjaga ikan itu agar tidak lepas kembali, berhasil juga ikan dibawa ke darat. Kami dapat ikan haruan besar yang panjangnya mungkin selengan orang dewasa. Ukuran yang sangat besar.
“akhirnya aku yang dapatkan” kata kakak gua dengan bangganya, sebagai adiknya gua juga bangga walaupun dia mendapatkannya tanpa sengaja. Setelah itu aku tidak tahu ikan besar itu dijadikan apa, mungkin dijadikan lauk oleh mama.
Hari sudah senja, matahari mulai menguap dia ingin berpindah ke ufuk lain. Kami menyudahi renang hari ini dan kembali kerumah masing-masing, gua berjalan dengan perasaan yang sedikit lega. Sesampainya dirumah gua lihat ada sebuah sepatu orang dewasa sangat bagus bentuknya gua tidak pernah melihat sepatu seperti ini ada yang punya disini atau disekolah. Ada tamu rupanya dirumah ini, gua menaiki tangga rumah panggung ini. Rumah melayu tempat gua berteduh, rumah dari susunan papan yang beratapkan tumpukkan daun kelapa, rumah tradisional orang melayu. Didalam rumah gua melihat semua anggota keluarga sudah berkumpul, tiga kakak dan dua abang gua sudah duduk dengan rapi begitu juga mama gua, tampak masih ada sisa airmata bahagia diwajahnya. Siapa yang membuat mama menangis bahagia seperti itu? Ternyata ada satu tamu dirumah ini, siapa dia gua enggak pernah ngeliat dia sebelumnya atau bertemu.
“sini nak duduk sama mama” gua yang polos masih sedikit takut bertemu dengan orang baru langsung berlari menuju kepangkuan mama. Sambil memeluk dan mencium kepala gua mama bicara tentang siapa orang itu.
“nak ini abang engkaulah, abang sam kau ini.” Oh iya aku ingat. Ternyata dia yang mengirimi mama surat terus menerus setiap waktu hingga menumpuk dikamar mama, dia mama tunggu terus kepulangannya, dia abang tertua gua yang baru datang dari perantauannya. Dia tersenyum lalu mencubit pipi gua dengan gemasnya, tetap saja gua belum terbiasa dengan orang baru. Walaupun dia abang gua tapi dia tidak pernah ada disini bersama kami.
Sudah seminggu abang gua tiba dari perantauannya, dia banyak bercerita tentang ibukota jakarta, tentang pulau jawa, tentang perjalanannya. Menurut cerita yang pernah gua dengar, mungkin ini seperti dongeng yang tak pernah ada yang menjamin kebenaran termasuk gua sendiri, begini cerita tentang abang gua

‘ dia pergi dari rumah dengan ijin ingin kerumah kakek kami, berhari-hari dia sudah pergi tapi tak pulang juga. Setelah dicari-cari ternyata dia tidak ada dirumah kakek kami. Semua keluarga mencarinya tapi tidak juga ada, setelah lama tidak ada kabar akhirnya dia menuliskan surat untuk mama. Dia bilang kini dia sudah lumayan bisa cari uang sendiri untuk hidupnya walaupun hanya menjadi penjaga toko baju pinggir jalan, atau pelayan toko, ceritanya terus berlanjut dari tempat satu ketempat yang lain dia bertualang, jambi, bengkulu, lampung, banten, sampai akhirnya didepok apapun dia lakukan untuk bisa bertahan hidup tanpa modal apapun. Setelah bertahun-tahun merantai dan merasakan asam-garamnya perantauan baru lah dia pulang saat ini’ gua juga tidak tahu benar tidaknya tapi gua yakin cerita ini benar.’ Selamaya perantauannya dia terus memberi kabar ke mama dari waktu ke waktu.
Gua sudah mulai akrab dengan dia, dia sering menceritakan tentang sepeda, sepeda motor, mobil, kapal, kereta, pesawat, dan banyak hal, semua itu seperti mimpi buat gua untuk bisa melihatnya. Gua disini tak pernah bisa melihat semua itu, jika pun ada paling hanya pesawat yang lewat. Gua sangat bermimpi untuk bisa menikmati semua itu tapi mana mungkin gua sudah tercipta untuk terus menjadi anak hutan seperti ini, tidak mungkin gua bisa mencapai semua itu. Keluarga kami silih berganti mendatangi rumah untuk berjumpa dengan bujang yang baru pulang dari perantauan. Rumah ini jadi terasa ramai setelah kepulangan abang sam. Kita semua menjadi lebih sibuk untuk menyiapkan makanan untuk tamu-tamu yang datang.

Dua minggu sudah abang sam ada disini, kami sudah akrab apalagi dia sering membelikan aku mainan-mainan yang bagus-bagus. Tanpa disangka ternyata beberapa hari lagi akan datang bulan ramadhan, bulan yang dirindukan semua ummat muslim diseluruh dunia, abang sam pulang mungkin untuk menikmati bulan ramadhan bersama keluarga disini.
Kami menjalani hari-hari yang lebih berwarna setelah abang sam pulang, dia menjadi imam kami sekarang, dia sering mengajak kami shalat berjamaah, padahal sebelumnya hanya mama seorang yang menjalankan shalat lima waktu sedangkan yang lain asyik dengan dunia masing-masing apalagi gua, gerakan shalat aja gua engga tahu. Gua puasa hanya setengah hari tapi abang sam dan mama selalu memberikan pujian, katanya gua hebat bisa puasa setengah hari. Saat berbuka kami semua duduk bersama berkumpul lalu disediakan hidangan-hidangan yang sangat nikmat. Gua paling suka es sirup yang ditambahkan kelapa muda dan timun suri, oh iya untuk mendapatkan es saja kami harus berjalan berkilo-kilo kerumah penjualnya. Semuanya sangat sulit dipedalaman seperti ini, makanan ringan seperti indomie atau jajanan ciki dan yang lainnya tidak pernah ada disini, gua aja menjumpai jajanan seperti itu hanya disekolah. Tapi semua tetap terasa nikmat karena kita semua masih bisa merasakannya walau tidak setiap waktu.
Sebulan sudah kami berpuasa maka akan tiba saatnya hari idul fitri, dimalam idul fitri mama memberikan gua pakaian baru, dan mainan ‘selamat ulang tahun katanya’ gua lahir tepat pada malam idul fitri. Jadi mama selalu mengingat ulang tahun gua diidul fitri saja. Semua orang begitu semangat pada malam ini, semua anak-anak dikampung ini kata berkumpul disatu mesjid yang sangat jauh jaraknya, atong juga mengajak aku untuk pergi. Dia sudah datang dengan pelitanya dan beberapa anak perempuan tetangga atong,

“ian ayo kita jalan takbiran” mendengar suara atong aku melihat ke mama lalu dia tersenyum memberikan izin memperbolehkan aku pergi dimalam ulang tahun gua. Gua akan selalu bangga jika idul fitri tiba karena semua orang akan merayakan hari ulang tahun gua dengan gembira. Pada hari ulang tahun gua enggak pernah ada orang yang bersedih, semua menyambutnya dengan gembira. Kami sampai juga disebuah mesjid disini sudah berkumpul banyak orang , dari anak-anak, remaja, bahkan ada juga orang tua. Para remaja sudah menyiapkan bedug untuk digunakan sebagai pelengkap takbir kami nanti. Malam ini kami akan berkeliling ke perkampungan-perkampungan yang ramai untuk bertakbir bersama.

Hari ini gua merasa sangat bahagia, ini hari ulang tahun gua yang keenam. Tidak ada umat muslim yang bersedih hari ini semua merasakan kebagiaan dihari kemenangan ini, hari idul fitri. Gua paling suka dengan hari ini karena mama membuat banyak kue untuk dinikmati sanak keluarga atau tetangga yang datang untuk saling bermaaf-maafan. Kue yang paling aku suka adalah kue bolu dilapis kulit telur khas buatan mama, kue ini sangat nikmat, ada juga kue semut gua kasih namanya begitu soalnya kue itu berlubang-lubang kecil seperti lubang semut. Kami sekeluarga berjalan bersama mengunjungi rumah atong, dan beberapa rumah didekat kami, lalu bersama-sama berjalan setengah kilo lebih untuk mencapai perkampungan lain, begitulah seterusnya kami tidak pernah merasa lelah berjalan sangat jauh karena sudah terbiasa dengan kehidupan yang seperti ini. Jika kami ingin kerumah sanak keluarga yang sangat jauh, sampan menjadi kendaraan paling berharga disini.

Dengan sampan gua dan keluarga juga pergi ke sebuah pelabuhan tempat salah satu saudara kami tinggal, rumah-rumah mereka berdiri diatas kayu-kayu yang tersusun rapi diatas lumpur laut jika air laut pasang maka rumah mereka terlihat seperti berdiri diatas laut. Disekitar rumah ini juga sekali terdapat pepohonan tidak tahu pohon apa namanya tapi mereka berdiri dengan sangat rapi seperti sudah disusun dengan baris-baris yang sama.
“ian mau lihat monyet ga ?” tanya seorang sepupuku yang sudah duduk dibangku SMA
“memangnya ada kak?” aku sudah sering melihat monyet tapi menarik saja ditempat seperti ini ada monyet.
“ayo ikut!” dia mengajak aku kepinggir susunan papan yang menjadi daratan untuk mereka. Aku lihat banyak sekali monyet-monyet bergelayutan dipepohonan yang tersusun rapi itu, mereka tak merasa takut dengan ada perkampungan diatas laut ini, mereka tetap hidup biasa.
“lihatnya nanti monyet-monyet itu bisa berkumpul disini” dia membawa sesisir pisang lalu melemparkannya ke arah monyet-monyet yang ada dipepohonan itu. Jarak antara pohon dan daratan papan ini hanya sekitar lima meter. Setelah itu dia meletakkan pisang-pisang itu dilantai dengan cara disebar. Benar saja banyak sekali monyet yang datang untuk mendapatkan makanan favorit mereka. Aku tertawa riang bisa menyaksikan monyet yang sangat banyak datang untuk mendapatkan pisang-pisang itu, mereka semua tampak sangat lucu.
Lebaran memang menjadi momen yang paling membahagiakan untuk anak-anak seperti gua, hari ini gua mendapatkan banyak THR dari para orang tua yang rumahnya gua kunjungi. Mungkin hanya setahun sekali gua bisa memiliki uang sebanyak ini, bahagianya hati ini. Sudah kenyang dapat uang pula, belum lagi pakaian baru yang dibelikan mama dan kakek-nenek.
                                                                ************************
Sudah dua minggu lebaran berlalu semua kembali seperti biasa, gua kembali sekolah seperti biasa menjadi anak nakal dan bodoh lagi. Semua jadi seperti biasa gua sangat benci menjalaninya tapi inilah hidup, hidup mereka bukan hidup gua yang tidak punya hak yang sama.
Hidup dicong-cong perkampungan yang dikelilingi hutan dan perkebunan serta dialiri sungai-sungai dan parit-parit. Lingkungan yang masih alami tanpa cedera sedikitpun. Pohon-pohon kelapa yang diatasnya banyak sarang burut pipit, hutan pandan-pandan besar yang dijadikan bahan untuk anyaman tikar, perkebunan pisang yang didalamnya banyak sekali binatang yang berkunjung jika tidak monyet, ada burung-burung dari berbagai jenis, seringkali juga ada ular, dan binatang-binatang lainnya. Jika ingin bertualang melalui sungai dengan sampan kita akan sampai dilaut disana kita bisa melihat beberapa jenis burung pemangsa ikan sedang mencari kehidupannya, ingin melihat pemandangan yang indah lihat danau yang sedang berdiri diatas akar-akar pepohonan dipinggir laut. Ada juga pohon-pohon yang akarnya berada didalam air disana akan banyak terdapat siput-siput yang menempel, bisa juga dijadikan sebagai makanan yang sangat enak.
“de sini abang mau kasih tau ade” abang sam memanggil aku yang baru saja tiba dirumah usai sekolah.
“kenapa bang”
“ ade mau lihat mobil ga?”
“yang bener bang. Bisa lihat mobil?”
“bener ade ian mau ga?”
“mau bang, mau banget. Kapan kita liat mobil?” gua udah ga sabar mau lihat mobil secara langsung tak melulu melalui tv hitam putih milik nenek.
“oke kalau begitu besok kita lihat mobil ya.” Kata abang sam. Gua langsung loncat-loncatan kegirangan sangking senangnya. Sepertinya gua bakalan mewujudkan mimpi gua untuk bisa ngeliat mobil secara langsung. Semoga saja ini bukan sekedar mimpi, ya tuhan semoga ini menjadi kenyataan. Abang lalu tersenyum, tapi saat abang tersenyum gua liat mama tampak sangat sedih menatap gua yang sedang sangat senang akan bisa mewujudkan impian gua. Kali ini wajah sedih mama tidak seperti pertama kali abang datang sedihnya saat ini bukan sedih bahagia tapi sedih duka.
Malam ini gua enggak bisa tidur, sepertinya gua ingin mata ini tetap terbuka. Anehnya malam ini sepertinya gua merasa sangat ingin terus berada didekat mama, malam ini gua tidur tepat dipelukan mama dia memeluk gua sangat erat sepertinya dia sangat menyayangi gua dan tak ingin berpisah. Gua juga merasakan hal yang sama gua enggak ingin berpisah dengan mama.

BERSAMBUNG...........

TRADISI DI INDONESIA



Ramadan (bahasa Arab:رمضان; transliterasi: Ramadhan) adalah bulan kesembilan dalam penanggalan Hijriyah (sistem penanggalan agama Islam). Sepanjang bulan ini pemeluk agama Islam melakukan serangkaian aktivitas keagamaan termasuk di dalamnya berpuasa, salat tarawih, peringatan turunnya Alquran, mencari malam Laylatul Qadar, memperbanyak membaca Alquran dan kemudian mengakhirinya dengan membayar zakat fitrah dan rangkaian perayaan Idul Fitri. Kekhususan bulan Ramadan ini bagi pemeluk agama Islam tergambar pada Alquran pada surat Al Baqarah ayat 185 yang artinya:

"bulan Ramadan, bulan yang di dalamnya diturunkan Alquran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda. Karena itu, barangsiapa di antara kamu hadir di bulan itu, maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu..."

Nah! semestinya didalam bulan ini kita habiskan hari-hari kita untuk beribadah, untuk menjalani kehidupan beragama yang sebaik-baiknya sebagai bekal kita untuk setahun kedepan. Di indonesia ramadhan itu bulan suci atau bulan tradisi? tidak ada yang salah bila tradisi itu membawa kita ke dalam kebaikan yang membawa kita menuju surga Allah SWT. Tapi kenyataan di negara kita ini bulan ramadhan adalah bulan tradisi. Tradisi macam apa? Tradisi yang menhamburkan nikmat Allah! bukankah masuknya bulan ramadhan diperuntukkan untuk kita semua agar bisa merasakan kehidupan orang-orang yang dalam kesulitan, orang-orang yang hari-harinya menahan lapar, mereka yang tidak seberuntung orang-orang yang memiliki. Tapi kenyataannya malah terbalik sudah menjadi tradisi untuk kita menghidangkan buka puasa yang berlimpah, memakan-makanan yang serba enak setiap makan malam dan sahur, puncak tradisi penghamburan adalah ketika lebaran, entah mengapa kita semua ingin memperlihat semua barang baru di hari itu, harusnya kita sadar setelah sebulan penuh berusaha merasakan kehidupan orang-orang yang tidak punya tapi mengapa kita malah semakin parah saja. Kita semakin lupa terhadap mereka yang tidak beruntung, semua yang dapat kita beli maka kita habiskan seluruh uang yang kita punya hanya untuk kepuasan semata dihari yang suci, dihari kemenangan.

Kedua adalah tradisi malas, seharusnya kita semakin semangat untuk beribadah dan beramal shaleh pada bulan yang penuh berkah disetiap detiknya ini. Tapi yang ada hanyalah kita-kita yang menjadi semakin malas, kita-kita yang menjadi pemalas. Membaca Al-Qur'an selembar dua lembar kita sudah diserang kantuk. Dibulan suci ini kita bukannya meningkatkan semangat kita tapi kita lebih sering menghabiskan waktu untuk tidur, tidur kita lebih panjang dari pada aktivitas kita. Mungkin karena ada yang mengatakan tidur pada bulan ramadhan juga ibadah, tak berarti dalam setiap waktu kita hanya dihabiskan untuk tidur semata. Bukankah banyak waktu yang bisa kita habiskan untuk melakukan amal ibadah. Kita malah jadi semakin malas saja! kita tengok Sepuluh hari pertama ramadhan semua berbondong ke masjid untuk shalat berjamaah untuk shalat taraweh. Lalu masuk sepuluh hari kedua mulai banyak yang sibuk dengna masing-masing aktivitas mulai kendor semangatnya, datang bila sempat saja. Dan sepuluh hari terakhir tidak lagi ada semangat yang terbersit hanya Lebaran dan THR.

Ketiga adalah tradisi lalai, pada bulan ramadhan yang bisa kita isi dengan berbagai aktivitas-aktiivitas yang berguna tapi malah tumbuh tradisi lalai. Membaca Al-Quran sebentar saja kita sudah terserang kantuk tapi, menikmati acara tv seharian, bermain game seharian, berjalan-jalan ditempat hiburan seharian, duduk bergosip berjam-jam kita sanggup. Bulan yang mesti kita manfaatkan dengan sebaikmungkin tapi kita malah melalaikannya. Bulan yang datang setahun sekali, kita menunggunya selama setahun lallu dihabiskan dengan banyak kelalaian yang sia-sia. 

Tradisi pulang kampung, untuk apa harus menunggu bulan ramadhan jika hanya ingin pulang kampung! tidak ada yang salah jika kita ingin merayakan hari yang bahagia dengan berkumpul dengan sanak dan saudara, yang salah adalah setiap ramadhan datang kebanyakan hanya menunggu lebaran saja. Ramadhan tiba yang ditunggu hanya pulang kampung dan THR-nya saja. Niat dalam diri kita kemana? Niat kita apa? Ingat kembali Ramadhan ini datang untuk apa? bukankah tak hanya sekedar untuk pulang kampung.

Mari kita sama-sama intropeksi diri bisakah ramadhan kali ini kita maksimalkan tradisi ramadhan menjadi ibadah yang membawa kita ke surga!




*Tulisan ini yang saya rasakan