Sabtu, 05 November 2016

AKSI 411, KAMI TURUN MENGAWAL HUKUM!!! MANA MUNGKIN MEMBENCI KALIAN???

411, masih terngiang dikepala. Buat yang tidak mengerti jangan banyak bicara! Jangan menerka-nerka! Jangan berburuk sangka! Biar seorang yang turun ini menjelaskan sedikit, jika salah maka benarkan! 411 tujuan kami hanya meminta bapak Presiden Joko Widodo meluangkan waktu sedikit disaat jam istirahat makan siangnya agar mendengar isi hati umat muslim Indonesia yang gerah karena prilaku anaknya emasnya.

Tujuan kami turun ke jalan ditengah hari itu, untuk meluruskan hukum yang hanya mengincar mereka-mereka yang kecil, mereka-mereka yang tidak istimewa, mereka-mereka yang tidak berkuasa. Kami turun hanya meminta 1 orang penista agama yang jelas sudah salah, yang jelas bersalah untuk diproses sesuai hukum yang berlaku, hukum yang kita banggakan selama ini, hukum yang sama yang telah menjerat Jessica berbulan-bulan lama prosesnya, hingga menjadi sinetron kejar tayang di tv-tv kami. Hukum yang telah memenjarakan seorang nenek pencuri kayu, hukum yang telah memenjarakan seorang pencuri sendal, hukum yang telah memenjarakan teroris-teroris yang "kalian bilang", hukum yang telah menjerat pencopet-pencopet imut, pencuri nakal, pembunuh, pemerkosa, hukum yang telah memenjarakan mereka semua.

Kami turun untuk melihat hukum yang kita banggakan bersama, hukum di negara ini tegak. Bukan hukum yang pilih kasih, katanya si penista telah meminta maaf maka maafkanlah. Agama kalian mengajarkan itu. Benar!!! Tapi apa seorang pencopet, pencuri, perampok, pemerkosa dan pembunuh yang telah meminta maaf kalian bebaskan? Ada proses yang harus diikuti. Cobalah sejenak buka mata hati, sesaat..... Saja!

Kami turun bukan membenci non-muslim, ingat!!! Kami tidak pernah berlaku dzalim kepada non-muslim. Buktinya kami membiarkan katedral tetap berdiri kokoh, masih tampak indah pada tempatnya, tidak lecet sedikitpun. Jika kami membenci non-muslim, untuk apa kami membiarkan adanya demokrasi? membiarkan hal ini terjadi, bisa saja sejak lama kami bangkit, tapi bukan itu yang diajarkan pada kami oleh agama kami. Kami turun bukan untuk membuat kerusuhan, ingat!!! Sampah sekecil apapun kami pungut, sisa-sisa koran shalat Jumat kami rapikan lagi, taman yang sebelumnya media besar-besarkan rusak karena pendemo, utuh tak rusak sedikitpun. Jadi naif benar bila ada yang membuat kerusuhan saat Aksi Damai kami, berpikir jernihlah akan hal itu. Kami berpakaian putih dengan celana rapi, duduk tenang, berdiri santai, mendengarkan orator-orator kami membakar semangat agar kami tetap  berdiri untuk membela kitab suci kami yang dinistakan, kami berdiri kokoh hingga malam hari menunggu pemimpin negeri ini yang lari, kami terus menanti, sesekali,

"Allahuakbar... Allahuakbar... Allahuakbar" takbir kami kumandangkan agar hati kami tenang tidak tersulut emosi, agar kemarahan, dan kebencian diletakkan pada tempat yang tepat. Tapi entah bagaimana bisa ada penyusup-penyusup yang nampak jelas memperkeruh keadaan, memanfaatkan suasana. Agar kami dicap sebagai agama yang brutal, agama yang anarkis, agama yang hobby membuat kekacauan. Komandan kami adalah ulama kami, komandan kami berdiri paling depan memasang badan, menjadi tameng dengan jantannya melindungi prajurit-prajuritnya. Mana mungkin ulama kami memerintahkan untuk membuat kericuhan disaat mereka terus memberikan ketenangan di hati kami dengan shalawat dan takbir. Kami turun untuk aksi damai,

Tapi untunglah saat ini mata-mata kalian sendiri sudah faham akan hal itu, hati kalian menyadari itu, walaupun mulut kalian terus mengungkirinya dengan kalimat kebencian. Sebenarnya kalian faham jika mereka yang rusuh bukan bagian dari kami, yang memulai bukan kami, kami tidak berlaku demikian. Tengoklah ulama-ulama kami, maka kamipun demikian. Karena kami mempercayai ulama kami. Kini terimakasih pada hati-hati kalian yang telah mengakui kebenaran meskipun mulut kalian terkurung pada gengsi yang dituhankan, pada uang di puja-puja, pada jabatan yang dibangga-banggakan, terimakasih hati kalian telah menyadarinya. Kebenaran adalah kebenaran, hati tidak mungkin menolaknya. Ingat akan hal itu. Kami turun untuk mengawal fatwa MUI, dan mengawal agar hukum di negeri ini berjalan sesuai dengan yang seharusnya!!

Tidak ada komentar: