Senin, 14 November 2016

SIAPA BILANG KAMI BENCI ORANG CHINA & AGAMA LAIN???

Kalau ada yang bilang kasus Ah*k sebagai isu SARA, kepentingan politik, cara merebut kekuasaan, penghancur persatuan bangsa, maka mereka telah salah paham. Mereka telah gagal paham!!! Justru Ah*k lah yang telah lebih dulu mengangkat isu SARA dalam kepentingan politiknya, justru Ah*k lah yang merusak persatuan dan kerukunan yang sudah kita jaga sejak zaman kerajaan, sejak masa penjajahan, bahkan selama 71 tahun kemerdekaan bangsa ini. Kami hanya ingin menjalankan apa yang kami yakini, dan menginginkan keadilan yang tertera pada sila ke-2, Pancasila! Itu yang kami harapkan terjadi pada hari ini!

Perlu di ingat kami tidak membenci orang Kristen dan kami tidak membenci orang China!!! Camkan, kami hanya membenci Ah*k yang telah menganggu, ingat hanya mengganggu dan tidak sampai merusak, karena kerukunan kami sampai saat ini masih terjaga. Saya adalah orang yang hampir setiap hari bergaul dengan orang Kristen dan orang China, camkan!!! Sekali lagi kami tidak membenci agama apapun, ras apapun!!!

Pemilik Lapak yang mengajarkan kedisiplinan waktu dan kebersihan

Saya menyewa sebuah lapak, pemiliknya adalah orang China -  Kristen. Hubungan kami berjalan dengan sangat baik bahkan si pemilik mengajarkan banyak hal, terlebih dia memahami kami sebagai orang Islam. Saya menggunakan kata 'orang' agar lebih dekat dan mudah memahaminya. Saya akui saya bukan orang yang disiplin waktu, bersih dan rapi  dalam bekerja. Tapi si pemilik selalu mengingatkan setiap hari, ketika pagi dia datang agar saya mematikan lampu, setiap pagi dia datang mengingatkan saya membersihkan halaman agar pelanggan senang melihatnya, setiap pagi dia datang menanyakan perkembangan usaha saya, dan setiap pagi dia datang saat usaha saya masih sepi dia selalu memotivasi "jika semua harus dimulai dari awal dan tidak mungkin langsung menjadi besar".

Satu kalimat yang begitu menyentuh hati dia pernah mengatakan,

"Lu harus jaga kebersihan kamar kalau kamar Lu kotor gimana Lu mau shalat, ibadah itu harus ditempat yang bersih." Saya merasa malu sebenarnya, karena terlalu sering shalat di kamar dan tidak berjamaah ke masjid, saya memberi kesan yang salah saat itu(mohon maaf, semoga bisa berubah) dan si pemilik memperhatikan.

Pada hari Jum'at, saya mau berangkat ke masjid sedang hujan deras. Si pemilik langsung mengeluarkan payung miliknya, menyuruh saya menggunakan untuk berangkat shalat Jum'at agar tidak terlambat. Bisakah kalian memahami perhatiannya, sifat baiknya. Bisa? Apa saya membenci orang China? Apa masih mau mengatakan kami membenci orang Kristen? Kami hidup rukun, jadi Ah*k jangan jadi penganggu kerukunan yang sudah ada. Si pemilik bahkan selalu bangga mengatakan jika ibunya berasal dari Sunda, hati sudah sangat Indonesia.

Kebiasaan setiap pagi itu akhirnya, membuat saya jadi berubah secara perlahan. Walau kini dia tidak datang lagi setiap pagi, saya masih mematikan lampu saat matahari terbit, membersihkan halaman, merapikan dagangan, menutup jendela kost setiap ingin keluar. Bekerja keras hingga larut untuk mendapatkan sebuah hasil yang diimpikan. Kebiasaan itu memberikan saya sebuah perubahan dan rasa percaya diri yang lain untuk jadi lebih baik. Maka patutlah saya berterimakasih pada orang China-Kristen ini, apa saya membencinya tidak bahkan sampai kasus Ah*k menguak ke permukaan dibesarkan lagi oleh media hubungan kami baik-baik saja, kerukunan tetap terjaga sebagai Indonesia yang satu.

Pemilik Grosir Acceaories yang Baik, Ramah, dan Berhati Indonesia

Setiap dua hari kami selalu berjumpa untuk kepentingan jual-beli barang-barang Accesories, setiap kali datang orang China - Kristen pemilik toko grosir selalu tersenyum dengan ramah, menyapa, lalu menanyakan saya mau minum apa? Pelanggan yang duduk lama walaupun hanya membeli satu barang saja selalu di sediakan air putih. Dari sinilah saya belajar menghargai pelanggan, belajar banyak cara berdagang. Mereka selalu buka pukul 10 pagi dan tutup jam 9 malam, setiap hari, konsisten, hanya libur pada hari-hari besar. Kita patut belajar tentang konsisten pada mereka.

Kami berasal dari daerah yang sama di Sumatra, kami mengobrol akrab dan membahas kisah masa kecil luar biasa dikampung. Dia bahkan tidak berbeda dengan orang Indonesia lainnya, dia suka bermain di laut, makan siput, kami menyebut siput untuk kerang yang menempel di pohon-pohon bakau direbus dan cara makannya dengan menggunakan peniti, apa yang dia ceritakan, sama persis dengan yang saya alami, ini jadi nostalgia kampung halaman yang manis untuk masa kecil kami.

Sempat sekali di tengah pembicaraan seorang user pribumi datang dengan cara yang tidak sopan untuk protes barang. Si kokoh datang menawarkan sebuah pilihan terbaik, saya pedagang dan saya mengerti jika pilihan yang diberikan adalah yang terbaik bahkan saya jarang memberikan pilihan itu. Tapi si pembeli yang tidak sopan menggunakan, kata 'dasar China' pada salah satu kalimatnya, bahkan saya sendiri merasa marah dan malu. Kenapa harus menggunakan kata tersebut, kata yang tidak tepat.

Terang saja si kokoh protes, saya hanya bisa diam. Ingin membela takut menambah kekisruhan karena si pembeli sangat emosional. Kokoh memilih mundur dan mengalah sedang pembeli semakin menantang. Sampai akhirnya pembeli pergi dan tidak mendapatkan pilihan apapun dan barangnya rusak begitu saja.

"Maaf koh, saya jadi malu. Cuma segelintir aja yang seperti itu, yang lain tidak." Saya langsung meminta maaf atas sikap pembeli tadi

"Iya gapapa, tapi Kenapa dia harus menggunakan kata China, bapak saya, Kakek saya, sudah lama tinggal di Indonesia mereka nelayan, saya berjuang sampai seperti ini jauh merantau dari Sumatra, saya orang Indonesia juga, hati saya Indonesia juga jadi Kenapa harus pakai kata China, Kitakan sama semua, punya suku masing-masing di Indonesia yang beragam ini." Kokoh benar.

Kami selalu berjumpa setiap dua hari sekali, kami tetap akrab. Saya pribumi dan muslim, dia China dan Kristen. Biasa saja, semua berjalan dengan baik, hubungan kami sangat akrab. Lalu siapa yang mengadu domba? Jelas Ah*k yang ingin merusak hubungan kami yang sudah harmonis, yang tidak merusak bhinneka tunggal Ika.

Veteran Perang yang Mengingatkan untuk Selalu berdoa Meminta kepada Tuhan agar Usaha Lancar

Salah satu pelanggan yang datang ke toko adalah seorang veteran Angkatan Laut. Beliau juga merupakan penulis sebuah buku dengan judul "Bangkit & Pantang Menyerah"

Beberapa wejangan yang beliau berikan, bahkan kami baru saling kenal pagi ini. Kami sudah akrab dan beliau berkisah tentang banyak hal, cobaan hidup, proses mencapai kesuksesan hingga beliau pensiun dari semua aktivitas yang kini hanya disibukkan sebagai pengajar di sebuah universitas. Beliau adalah orang china yang menjadi angkatan laut Indonesia pada masanya, beliau juga seorang pebisnis, dan pendidik yang telah menghasilkan banyak orang hebat di negeri ini.

Walau belum sempat membaca buku karyanya dari bahasa yang dia sampaikan menunjukkan sebuah kisah yang menarik. Menjadi orang China diantara pribumi di angakatan laut pada masa itu amatlah sulit bagi dirinya. Dia juga memberikan sebuah pesan penting untuk saya,

"Usaha itu seperti bayi yang baru lahir, pertama lahir kita akan berusaha mengenal sekeliling. Mengenal pasar, pelanggan, dan sebagainya tapi perlahan kita akan berjalan, barulah mencapai sebuah kesuksesan. Tugas kita adalah berusaha, dan mintalah kepada Tuhan dengan sungguh-sungguh apapun yang kita inginkan. Percuma saja kita bekerja keras, berusaha sekuat tenaga tapi kalau yang diatas tidak berkehendak semua akan percuma." Sepanjang pembicaraan dia selalu menonjolkan betapa pentingnya doa, doa, dan doa.

Saya hanya ingin mendengar pendapat beliau tentang Ah*k, beliau adalah orang China dan Kristen. Beliau mengatakan jika program kali bersih bukanlah program Ah*k melainkan sudah ada sejak zaman Foke memimpin. Tapi pencitraan yang berlebih membuat masyarakat buta akan kenyataan. Kami akrab, saya tidak membenci orang China dan Kristen.

Malam hari saya datang ke Opung, seorang veteran tentara baik hati nya, santun bicara, tegas sikapnya. Beliau pemilik kost-an yang sudah bertahun-tahun kami tempati silih berganti kami datang menempati kost milik Opung. Rencana kedatangan adalah untuk sewa tempat buat usaha. Tapi Opung menceritakan sejarah, perjuangan, perbedaan masanya dengan masa kini, mengingatkan betapa pentingnya pemuda yang memiliki semangat juang untuk merubah diri jadi lebih baik.

Jika zaman dulu Opung bilang, perjuangan untuk mendapat pendidikan yang layak sungguh luar biasa beratnya. Tapi masa kini pendidikan yang layak mudah didapat namun pemudanya sungguh lemah dan pemalas. Opung menekan betapa pentingnya membaca dan menuntut ilmu.

"Ingat!! ilmu itu datangnya dari Tuhan yang maha kuasa maka berdoalah, meminta lah pada sang pemilik ilmu. Tidak akan jadi apa-apa kita jika Tuhan tidak berkehendak, jika yang diatas tak memberi." Opung juga mengingatkan agar bekerja keras dalam usaha nanti, jangan mudah menyerah. Opung akan memberikan bantuan apapun jika ada pemuda yang serius ingin merubah nasib. Di meja Opung terdapat banyak Injil tersusun rapi, serta buku keagamaan lainnya yang saya tidak paham apa isinya. Opung adalah seorang Kristen yang taat, Opung terlahir dari seorang ibu muslim dan ayah Kristen.

Sudah belasan tahun kami mengenal Opung, selama itu juga dia selalu ramah pada anak-anak kost nya. Dia selalu tampil santai mengerjakan semua pekerjaan sendiri. Opung membuat kami kagum, bisa saja dia menghabiskan hari tuanya dengan bersantai menggunakan tunjangan pensiunnya tapi Opung membagikan tunjangan pensiunnya kepada bawahannya. Masa menjadi tentara beliau memiliki pangkat yang cukup tinggi.

Dari beberapa cerita diatas apakah kami membenci ummat agama lain? Apa kami membenci orang China? Kami hanya membenci Ah*k seorang si penista agama, tidak dengan yang lain!!! Kami hanya membenci Ah*k seorang si penganggu kerukunan bangsa ini, tidak yang lain!!!

Jumat, 11 November 2016

JANGAN KAU GANGGU, INDONESIAKU

Tanah air ini, sejak pertama aku telah jatuh hati
Dia yang pertama memberi kesempatan menatap dunia
Merasakan udara pagi
Tempat kaki berpijak dalam riang tawa bersama Mama

Tahukah kamu seberapa aku cinta padanya?
Datanglah buat satu masalah saja dengannya
Aku siap berdiri untuk mati demi membela
Aku siap memasang badan, sebagai tameng hidup yang nyata

Aku sematkan hati sejak pertama berjumpa di tanah ini
Terimmakasih Tuhan, terimakasih ibu pertiwi, aku terlahir pada negeri penuh keindahan
Ketenangan laut yang nyaman, pegunungan yang damai
Kemanapun melangkah yang aku temukan kebahagiaan

Jangan biarkan satu orangpun, mengusik apa yang sudah berjalan
Apa yang mengalir dengan bhineka tunggal Ika
Tetaplah jadi Indonesia biasa, walau terus berganti zaman
Jangan ganggu, jangan berani kau ganggu, Aku sudah bahgia

Kamis, 10 November 2016

ENGKAU SAMA DENGAN AKU, JIWA MUDA!!!

Jiwa muda, engkau sama dengan aku
Jiwa muda, malas mendengar saran, kuat pada pendirian
Obsesi berlebih bisa menjadi abu, sia-sia akan menjadi debu
Kita sama kuat bertahan, terlalu yakin pada kesalahan

Aku faham, didada kita ada api yang membara
Memandang pada sisinya, melakukan pembelaan berdasarkan isi kepala saja
Kita bisa berdiskusi, tapi soal agama tak ada kompromi
Aku muda, engkau muda, kita jiwa muda, ingat soal agama tak ada kompromi

Kita sedang berada dimasa manusia suka bermain kata
Menyusun kalimat demi pembenaran bukan kebenaran
Kita ada pada masa dimana hukum yang selaras pada uang, harta semata
Kita ada pada masa, jiwa muda mudah terprovokasi media-media pengalih perhatian

Kita jiwa muda, mudah teradu domba
Padahal sandiwara sedang dimainkan si sutradara jahanam
Kita jiwa muda bisa berpegang tangan bersatu pada tujuan yang sama
Membela agama dari para manusia yang gagal paham

Maka mari genggam tanganku, dengarkan ulama, merekalah wajah terakhir yang dapat dipercaya
Yang tidak bersandiwara, yang berperan sesuai kodratnya
Kobarkan api yang membara didada
Kobarkan lagi hingga ia membakar, mari melangkah bersama, kobarkan lagi, ini saatnya membela agama

Rabu, 09 November 2016

Arogan Sekali Anda, Tuan!!!

Arogan sekali anda, tuan!
Nama Anda dicoret setitik, penegak hukum turun, perintah bertubi, penjara, siksa
Tapi ketika ayat Allah dinistakan
Anda diam tak bertaji, berpura bodoh, tak tahu arah pulang, bersembunyi dibalik semu bayang-bayang dusta

Anda terlalu kuat melampaui yang Anda bayangkan
Sampai Anda sendiri lupa dimana berpijak
Di tanah yang  merdeka karena pekikan takbir para pahlawan
Disana tempat anda beranak

Arogan sekali Anda, tuan!
Bermain dengan Tuhan seolah lupa
Lupa bila mati sedang menanti-nanti dipintu depan
Sekantong buah busuk yang kami cari ternyata satu gudang yang anda tunjukkan sendiri, Salah Anda telah salah mengira!

Kami selama ini menonton sandiwara yang Anda perankan
Bukan kami tidak paham
Tapi Anda terlalu jauh malam mengambil peran yang salah
Sehingga buat jiwa, raga, hati kami marah

Siapa Anda? Arogan sekali, tuan!
Kemari hampiri kami, yang didalam cerita Anda sebagai emas
Di kehidupan nyata Anda pada 4 November  jadi sampah jalanan
Sebegitukah, sebegitukah ketakutan Anda akan peran yang terbongkar, sebegitukah Anda cemas!
Arogan sekali Anda, tuan!!!

Sabtu, 05 November 2016

AKSI 411, KAMI TURUN MENGAWAL HUKUM!!! MANA MUNGKIN MEMBENCI KALIAN???

411, masih terngiang dikepala. Buat yang tidak mengerti jangan banyak bicara! Jangan menerka-nerka! Jangan berburuk sangka! Biar seorang yang turun ini menjelaskan sedikit, jika salah maka benarkan! 411 tujuan kami hanya meminta bapak Presiden Joko Widodo meluangkan waktu sedikit disaat jam istirahat makan siangnya agar mendengar isi hati umat muslim Indonesia yang gerah karena prilaku anaknya emasnya.

Tujuan kami turun ke jalan ditengah hari itu, untuk meluruskan hukum yang hanya mengincar mereka-mereka yang kecil, mereka-mereka yang tidak istimewa, mereka-mereka yang tidak berkuasa. Kami turun hanya meminta 1 orang penista agama yang jelas sudah salah, yang jelas bersalah untuk diproses sesuai hukum yang berlaku, hukum yang kita banggakan selama ini, hukum yang sama yang telah menjerat Jessica berbulan-bulan lama prosesnya, hingga menjadi sinetron kejar tayang di tv-tv kami. Hukum yang telah memenjarakan seorang nenek pencuri kayu, hukum yang telah memenjarakan seorang pencuri sendal, hukum yang telah memenjarakan teroris-teroris yang "kalian bilang", hukum yang telah menjerat pencopet-pencopet imut, pencuri nakal, pembunuh, pemerkosa, hukum yang telah memenjarakan mereka semua.

Kami turun untuk melihat hukum yang kita banggakan bersama, hukum di negara ini tegak. Bukan hukum yang pilih kasih, katanya si penista telah meminta maaf maka maafkanlah. Agama kalian mengajarkan itu. Benar!!! Tapi apa seorang pencopet, pencuri, perampok, pemerkosa dan pembunuh yang telah meminta maaf kalian bebaskan? Ada proses yang harus diikuti. Cobalah sejenak buka mata hati, sesaat..... Saja!

Kami turun bukan membenci non-muslim, ingat!!! Kami tidak pernah berlaku dzalim kepada non-muslim. Buktinya kami membiarkan katedral tetap berdiri kokoh, masih tampak indah pada tempatnya, tidak lecet sedikitpun. Jika kami membenci non-muslim, untuk apa kami membiarkan adanya demokrasi? membiarkan hal ini terjadi, bisa saja sejak lama kami bangkit, tapi bukan itu yang diajarkan pada kami oleh agama kami. Kami turun bukan untuk membuat kerusuhan, ingat!!! Sampah sekecil apapun kami pungut, sisa-sisa koran shalat Jumat kami rapikan lagi, taman yang sebelumnya media besar-besarkan rusak karena pendemo, utuh tak rusak sedikitpun. Jadi naif benar bila ada yang membuat kerusuhan saat Aksi Damai kami, berpikir jernihlah akan hal itu. Kami berpakaian putih dengan celana rapi, duduk tenang, berdiri santai, mendengarkan orator-orator kami membakar semangat agar kami tetap  berdiri untuk membela kitab suci kami yang dinistakan, kami berdiri kokoh hingga malam hari menunggu pemimpin negeri ini yang lari, kami terus menanti, sesekali,

"Allahuakbar... Allahuakbar... Allahuakbar" takbir kami kumandangkan agar hati kami tenang tidak tersulut emosi, agar kemarahan, dan kebencian diletakkan pada tempat yang tepat. Tapi entah bagaimana bisa ada penyusup-penyusup yang nampak jelas memperkeruh keadaan, memanfaatkan suasana. Agar kami dicap sebagai agama yang brutal, agama yang anarkis, agama yang hobby membuat kekacauan. Komandan kami adalah ulama kami, komandan kami berdiri paling depan memasang badan, menjadi tameng dengan jantannya melindungi prajurit-prajuritnya. Mana mungkin ulama kami memerintahkan untuk membuat kericuhan disaat mereka terus memberikan ketenangan di hati kami dengan shalawat dan takbir. Kami turun untuk aksi damai,

Tapi untunglah saat ini mata-mata kalian sendiri sudah faham akan hal itu, hati kalian menyadari itu, walaupun mulut kalian terus mengungkirinya dengan kalimat kebencian. Sebenarnya kalian faham jika mereka yang rusuh bukan bagian dari kami, yang memulai bukan kami, kami tidak berlaku demikian. Tengoklah ulama-ulama kami, maka kamipun demikian. Karena kami mempercayai ulama kami. Kini terimakasih pada hati-hati kalian yang telah mengakui kebenaran meskipun mulut kalian terkurung pada gengsi yang dituhankan, pada uang di puja-puja, pada jabatan yang dibangga-banggakan, terimakasih hati kalian telah menyadarinya. Kebenaran adalah kebenaran, hati tidak mungkin menolaknya. Ingat akan hal itu. Kami turun untuk mengawal fatwa MUI, dan mengawal agar hukum di negeri ini berjalan sesuai dengan yang seharusnya!!

Jumat, 04 November 2016

SALAM UNTUK PEMIMPIN KAMI YANG HILANG

Bapak Presiden Joko Widodo Anda punya waktu blusukan pada tukang sayur di pasar, Anda punya waktu datang jauh ke Papua untuk mendengar suara rakyat "katanya", Anda punya waktu ke sawah-sawah berkotor-kotor ria, Anda punya waktu kemana-mana untuk blusukan, yang katanya pro rakyat. Mereka yang berada ditempat yang Anda datangi hanya segerombolan saja. Apa anda menyimpulkan sesuatu berdasarkan pendapat segerombolan orang saja? Naif sekali.

Kemarin 411 kami datang dari seluruh wilayah indonesia tanpa terkecuali, dengan dana pribadi, hanya Allah subhana wata'ala yang jadi penyokong hati, agar kami kuat melangkah menuju rumah Anda, istana Anda!! Kami datang dari tempat-tempat blusukan Anda. Tapi Anda menghilang entah kemana? Apa anda sudah mulai bosan mendengar aspirasi rakyat? Apa anda hanya mau mendengar orang yang Anda datangi saja bukan yang mendatangi Anda?

Katanya Anda pro rakyat? Lalu kami yang datang memenuhi Jakarta, memutihkan Jakarta untuk didengarkan oleh Anda? Kami ini apa? Apa kami bukan rakyat? Apa kami bukan manusia? Apa kami cuma setumpuk sampah? Sehingga Anda menghina kami dengan menghilang saat berjuta tamu hadir untuk anda? Siapa kami ini bagi Anda?

Kami hanya butuh didengar, kami hanya ingin Anda ada, hanya ingin 1 anak emas Anda di adili karena telah menyentuh SARA, MUI kami tidak pernah masuk ranah politik, sementara anak emas Anda malah masuk ke ranah agama demi ketamakannya dalam kekuasaan. Kami tidak pernah mengusik siapapun, tapi kalau agama kami diusik maka nyawa sekalipun akan kami pertaruhkan.

4 November Anda telah membuat hati kami semakin sakit, semakin perih, semakin tidak mempercayai janji yang Anda ucapkan di atas kitab suci Al-Quran. Ingatkah Anda akan janji itu? Terbuat dari apa hati Anda? Apa sebegitu cepat Anda melupakannya? Sadarkah pertanggungjawaban seorang pemimpin jauh lebih besar di hari akhir nanti.

Baiklah kami hanya meminta 1 orang perusak kesatuan bangsa ini diadili sesuai hukum yang berlaku di negara yang Anda pimpin ini. Kalau Anda tidak bisa bagaimana kami mempercayakan berpuluh-puluh juta masalah yang sedang kami hadapi?

Terimakasih, salam hormat dari kami yang dhaif


Kamis, 03 November 2016

Jakarta Putih

Hari ini, putih itu putih
Hitam jelas hitam
Kita bisa memandang tanpa terhalang kepulan asap kebohongan, yang selalu buat mata perih
Permainan dalam sangkar kaca, tidak mampu membendung kebenaran

Hembusan satu ayat, menampakkan apa itu esa
Apa yang hanya satu, tiada dua
Kesombongan, keangkuhan, keserakahan bukan milik manusia
Hanya titipan semata, manusia hanya hamba

Hari ini, mulut kita terasa ringan
Hati begitu ikhlas, badan tanpa beban
Mata memandang jelas, nafas berhembus deras, mengikuti irama yang berhembus mulut berujar
Allahuakbar Allahuakbar Allahuakbar

Hari ini, putih itu putih
Hitam jelas terlihat
Hari ini, Kebenaran mutlak  pulih
Jakarta putih, benar adalah hakikat

Bernafaslah ditengah terik
Melangkahlah dengan pekik
Bertakbirlah, bertakbir
Allahuakbar Allahuakbar Allahuakbar

Selasa, 01 November 2016

Seorang Pengusik Ketenangan yang Kami Banggakan

Kami tidak membenci siapa kamu?
Tapi marah karena caramu berprilaku
Kami tidak kesal darimana kau berasal?
Tapi kami bergetar karena caramu berujar

Bangkai itu tidak pernah menghasilkan aroma kasturi
Mana ada pohon busuk berbuah wangi?
Bila dilubuk bersih, maka tidak mungkin kotoran bertebaran keluar
Bila dilubuk suci, pasti mengerti cara berkelakar

Kita bukan salah paham, hanya kamu gagal paham
Kami suka ketenangan, itulah mengapa lama kami hanya berdiam
Tapi kamu senangnya bermain genderang
Bila panggilan datang, pedang kami selalu siap berperang

Jangan bermain genderang bila tak paham fungsinya
Atau kamu paham tapi sengaja memulai, mengusik indonesia
Kamu masih bisa melihat matahari terbenam senja ini
Tapi akibat perang, kamu tidak mengerti sulitnya menanti terbitnya mentari pagi hari

Jangan mulai merusak ketenangan, rasa damai yang kami bangga sejak merdeka
Jangan usik, isu-isu demi mengelap kotoran yang kalian buang
Kepala manusia ada di hati, hati tidak pernah membantahnya
Bila harus, genderang telah berbunyi kami siap ke medan perang

Selasa, 18 Oktober 2016

Berkilahlah dengan Lidah, tapi Hati Takkan Menolak Kebenaran

Ada orang yang tidak mengerti tapi bicara banyak, saya hanya mengerti sedikit dan saya ingin bicara sedikit saja. Orang yang tidak mengerti akan mengatakan,

"Coba kita saling memaafkan, itu jauh lebih baik. Dia hanya khilaf. Jangan lihat kesalahannya, coba lihat kebaikannya yang sedikit." Tidak ada yang salah dengan kalimat ini, semua benar saling memaafkan adalah prilaku terpuji. Tapi ada pengecualian maaf pada hal-hal tertentu yang tidak dia pelajari, mendapatkan maaf mudah saja tapi konsekuensi dari kesalahan itu harus tetap diproses.

Apa bisa setelah membunuh minta maaf lalu urusan selesai? Apa bisa setelah memperkosa meminta maaf urusan selesai? Apa bisa? Bukankah jika ada laporan maka sudah semestinya diproses karena kita punya perundang-undangan, kita punya hukum. Semuanya memiliki aturan jika dilanggar ada sanksi yang harus diterima.

Sekarang mari berhitung berapa kali dia buat kesalahan? Berapa kali dia buat kebaikan? Kenyataannya kesalahan lebih banyak, berapa banyak kami sudah memaafkan? Tapi ada kesalahan yang bisa saja menerima maaf tapi tidak bisa mendapat maaf. Kalian mengimani apa yang kalian imani, kami muslim mengimani apa yang kami imani. Ketika kalian mau menyamakan cara kalian mengimani dengan cara kami beriman maka jelas berbeda. Walau sebenarnya aturan kita sama datangnya dari tuhan yang Esa Allah Subhana Wata'ala.

Kasus yang sedang ramai saat ini adalah penistaan terhadap kitab suci Al-Qur'an, walau satu ayat tapi itu sudah menistakan seluruhnya. Cukup berhenti sampai kasus ini saja, jangan sampai muncul kasus baru jika kasus ini tidak ditindak. Kemarin hukum Allah telah dilecehkan jika tidak ditindak hukum negeri ini artinya juga sudah diinjak-injak.

Cerdaslah dalam berpikir, berbicara, dan memutuskan. Kalian mungkin bisa berkilah dengan lidah jika semua itu hanya kesalahan semata, kekhilafan saja. Tapi apa kalian mampu berkilah dengam hati? Bukankah apa yang keluar dari lidah itu juga yang sebenarnya tertanam dalam hati, jadi cepat atau lambat, kini atau nanti semua akan terlihat.

Hati kita tidak mungkin menolak suatu kebenaran terlebih kebenaran tersebut datangnya dari Allah subhana wata'ala. Jangan sesekali mengingkarinya, jika tidak ingin batin tersiksa. Kami sudah memaafkan bila maaf itu benar-benar tulus, tapi maaf itu nampaknya hanya sandiwara. Maafkan hamba yang maha pemberi maaf, bila berprasangka buruk. Nampak terlihat dari kasus taman rusak, jika memang maaf itu tulus tidak perlu lagi bersandiwara dengan hal kecil yang dibesar-besarkan untuk menutupi hal besar dari demo tersebut untuk dikecil-kecilkan.

Apa maksud dari semua ini bukankah perbuatan tersebut untuk berkilah atau melarikan diri dari kasus yang sudah berjalan. Kebenaran itu akan tetap tegak walau badai sekencang apapun menerpa, dan untuk kalian yang masih mendukung atau sengaja mengorek-ngorek kamus sampah-sampah kata yang digunakan dan didaur ulang menjadi kalimat pembelaan atas kesalahan pada kasus penistaan, kalimat yang tepat hanya satu.

"Hati kalian tidak mungkin menolak sebuah kebenaran, sekalipun mulut kalian berbusa-busa menyusun kalimat untuk berkilah dari kebenaran tersebut."

Senin, 17 Oktober 2016

Kita Masih Muda

Hakikatnya kita sama, pada tujuan akhirnya
Berdasi atau tidak, berkopiah atau tidak
Berakhirnya pada tempat yang sama
Tanah galian, pada bidak-bidak

Tapi dunia, kemana tujuannya?
Kita sama hanya butuh sebuah pengakuan
Atau diakui, pengakuan atau diakui
Jiwa muda memang suka membara

Memang suka membara, itulah mengapa perlu penenang
Biarkan meledak-ledak semaunya,
Tapi perlu cara agar terarah, tak tenggelam pada gamang
Jiwa muda biarkan bergelora, bergerak semaunya

Mengapa juga ada siang, jika terik tak terasa
Mengapa ada malam, bila gelapnya tak ada
Karena panas itu semangat teruji,
Karena gelap itu gemerlap bintang ada

Kita masih muda, salah itu biasa
Tapi jangan marah dalam hati
Melawan kenyataan itu melelahkan
Sakit hati itu tak bisa basi

Kamis, 13 Oktober 2016

Tandusnya Hukum Di Negeri Ini

Saya tidak pintar, tapi saya percaya ulama, karena mereka yang lebih mengerti tuntunan hidup yang nabi ajarkan. Saya, siapakah saya? Hanya seonggok hamba yang mengharap surga walau berlimpah dosa setiap harinya. Jaman ini jaman yang tidak bersahabat untuk kita, anak kita, dan penerus bangsa ini. Jaman dimana kenyataan seperti dongeng, dongeng seperti kenyataan. Ada orang-orang yang melakukan kesalahan kemudian mengaku khilaf dalam kepalsuan, urusan selesai. Ada orang yang marah karena memang teraniaya lalu di tuduh mencemarkan nama baik, isu SARA, merusak persatuan bangsa, teroris, dan sebagainya seenak mereka menyebut panggilan-panggilan miring untuk orang-orang yang dikucilkan.

Bagaimana ulama tidak dihargai sebagian orang, mereka mengolok-olok ulama, hanya untuk kepuasan dalam berpolitik. Saya belum juga puas membahasnya karena ada dongkol dalam hati, tapi saya berusaha untuk tidak membenci, kalau bisa negara ini bersatu dan saling menghormati sesama. Jangan malah dirusak oleh sebagian kecil-kecil orang yang hati buntu, telinganya tuli, matanya buta, sifat manusianya hilang. Sebagian orang yang menghalalkan segala cara hanya karena syahwat politik, yang menghancurkan Bhinneka Tunggal Ika untuk kepentingan pribadi kelompoknya. Hukum tidak mampu mengadili, tajam kebawah tumpul keatas, media menuntun kita pada opini yang bukan kenyataan, lalu apa yang menjadi patokan informasi kita. Media sosial sering kali Simpang siur.

Kala Muslim yang mengekspos kesalahan orang lain, seenaknya saja disalahkan sebagai pencemar nama baik, lalu dijadikan tersangka. Sementara penghina agama, kitab suci, ulama, ummat, bahkan uu negara ini, dibiarkan bebas belum dicokok. Lucunya negeri ini, lucunya! Lalu kiri-kanan pendukungnya mulai mengorek-ngorek alasan untuk pembenaran. Bagaimana bisa yang salah dibenarkan dan yang benar disalahkan? Pertanyaan ini berlaku 50 tahun yang lalu, sedangkan hari ini semua bisa. Rasanya keadilan itu bisa dilelang berdasarkan harga, menyakitkan.

Jika semua ulama' sudah menyatakan sikap Seiya dan sekata pada satu keputusan, masihkah kita meragukan. Tapi masih saja saya menjumpai pembelaan-pembelaan yang akhirnya malah memperolok-olok ulama', perih rasa hati ini. Tapi siapakah saya yang tidak bisa membuat keputusan atau memutuskan. Mereka si pembuat keputusan hanya menonton? Jaman macam apa ini? Jaman yang sungguh tak bersahabat.

Skenario yang mereka bangun kadang buat orang seperti saya jadi tidak cerdas dalam melihat. Sutradara politiknya sungguh luar biasa, membutakan mata-mata kami yang tidak pandai memilah. Dibohongi itu menyakitkan, saya bertanya mafia macam apa yang sedang berkuasa sampai-sampai harimau tergarang cuma jadi anggora dalam kandang. Saya cuma bertanya mafia macam apa yang berkuasa sampai-sampai

MUI, Ulama, Ustadz, petinggi agama kini dilecehkan oleh orang-orang haus akan kekuasaan yang hanya sementara mereka bertakhta. Silahkan saja berkuasa tapi tetaplah mengikuti aturan yang Allah Subhana Wata'ala berikan, bukan malah melawannya dengan mulut-mulut kotor, tulisan-tulisan menjijikkan, perilaku binatang yang ditunjukkan. Tapi hari ini bahkan hukum Allah Subhana Wata'ala saja sudah berani dilawan, kita hanya perlu menunggu azab apa yang akan ditimpakan pada kemungkaran yang sedang terjadi.

Kering benar kebenaran dan keadilan di negeri ini, kita bisa merasakan betapa tandus nya hukum yang sedang berjalan. tapi apa yang bisa kita perbuat, diam, menonton, melawan, dilengserkan, benar, dipelesetkan, tidak ada lagi kita temukan bibit-bibit hijau yang mau tumbuh di tanah tandus ini. Marilah kita berdoa agar seluruh ummat atau pelaku-pelaku penistaan tersebut bertaubat dan kembali pada jalan yang benar.

Aku Takut Pada Diri Sendiri

Aku, takut pada diri sendiri
Paham satu sering bicara lima
Syahdu memang didengari
Padahal disana ladang dosa

Aku, takut pada diri sendiri
Indah di mata, busuk di hati
Menelisik pada tiap pagi, jika diri adalah taman bunga
Menjerit dimalam hari menyesali siang tadi hanya sandiwara

Aku, takut pada diri sendiri
Mati-matian mengejar harta, tertipu dunia
Padahal satu yang pasti, besok aku mati
Setelah habis harta untuk lari dari mati, aku mau hidup di dunia selamanya
Tapi satu yang pasti lusa aku mati

Aku, takut pada diri sendiri
Seringkali hilang arah, lupa jalan kembali
Pulang pada ketenangan, pinta hati
disana selamanya, dunia hanya sehari
Aku takut pada diri sendiri

Minggu, 09 Oktober 2016

Serakah dalam Rasa

Kelihatannya mudah sekali jatuh cinta
Bukan ini hanya coba-coba
Bila beruntung memilikinya bila tidak,
Hati sudah lama kapalan, mari rasa

Kalau kamu cuma mau bermain, mari kemari
Kita mainkan rasa-rasa senyap itu, setelahnya kita Pulang ke masing-masing dahan
Kalau takut atau sekiranya ngeri
Tetaplah dalam perih dan coba bertahan

Masing-masing kita haus dan serakah dalam percintaan
Meminta lebih lalu lebih sampai membazir rasa yang tercipta
Kita belum dalam ikatan,
Bisa jadi, tapi kita memang serakah dalam rasa-rasa

Kemarilah, Ayuk bermain rasa
Henpas nafsu serakah cinta kita
Setelahnya bisalah kita Pulang
Kembali rebahan padanya, sayang

Sabtu, 08 Oktober 2016

Penguasa yang Terpeleset Lidahnya

Kesalahan Seorang pemimpin yang tidak mengerti Al-Quran kemudian membantahnya dengan kata-kata "bodoh",  penguasa tersebut menganggap jika ayat Al-Quran yang menjadi kewajiban untuk ditaati bagi muslim itu layaknya ucapan manusia yang dituliskan ke media untuk memprotes dirinya. Berulangkali kata-kata lawan politik berhasil dia patahkan, dia kalahkan, dia buat bertekuk lutut. Sebuah prestasi yang luar biasa, tapi satu hal yang telah membuat dia tenggelam dalam lubang yang beliau gali sendiri, keangkuhan, kesombongan, merasa paling benar sendiri diantara yang lainnya telah mencelakakan dirinya sendiri. Pada akhirnya beliau terpeleset juga oleh lidah yang sepanjang dirinya berkuasa banyak mengeluarkan kata-kata kotor, menyalahkan orang lain, tidak pernah sekalipun kita mendengar pengakuan akan kesalahan dirinya.

Al-Maidah ayat 51, akhirnya blunder yang dilakukan seorang penguasa telah membukakan mata ummat muslim tanah air untuk mempelajari Al-Quran walau hanya satu ayat, penulis pun merasakan hal yang sama. Sadarilah jika sudah terlalu banyak perbuatan yang melenceng dari aturan maka akan ada peringatan yang datang dengan berbagai cara dan beginilah salah satu cara Allah mengingatkan kita,

"Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang Yahudi dan Nasrani menjadi pemimpin-pemimpin (mu); sebahagian mereka adalah pemimpin bagi sebahagian yang lain. Barang siapa di antara kamu mengambil mereka menjadi pemimpin, maka sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang lalim." Ayat ini telah menjadi tembok besar yang menghalangi jalan akan hausnya si penguasa terhadap kekuasaan. Mungkin dia berpikir bisa melawan tembok besar tersebut dengan lidahnya, sayangnya manusia itu hanya hamba yang diperintahkan untuk bersujud dan meminta. Dia lupa bila dirinya hanya manusia biasa, dia lupa akan kodratnya.

Kita diingatkan karena telah lama jauh dari Al-Quran, maka blunder penguasa itu memaksa kita untuk mengkajinya. Jika masih ada ummat muslim yang memilih penguasa tersebut nantinya, maka patut dipertanyakan dimana ketaatannya kepada Allah Subhana Wata'ala, Allah yang telah memberikan kesempatan kita untuk bernafas sepanjang hari, menyediakan rezeki-rezeki dimuka bumi dengan bebas kita memetiknya sepanjang waktu. Kita pertanyakan hati-hati mereka?

Beberapa hal yang bisa kita pelajari dari surat Al-Maidah ayat 51 yang belakangan jadi perbincangan khalayak dan menyebabkan tertimbunnya sebuah kesombongan seorang penguasa, dia salah mengira dan terlalu menganggap remeh firman Allah Subhana Wata'ala.

Yang pertama, hapus kesombongan dalam diri kita. Sombong akan memberikan kita akhirnya yang pahit, dihindari banyak orang, bahkan dimusuhi manusia lain. Murka Tuhan juga akan turun, kesombongan pada titik akhirnya juga akan menjadikan si pemiliknya merasa lebih tinggi dari Tuhan, seperti yang telah Fir'aun perbuat di masa lalu.

Yang kedua, kita yang perlahan menjauh dari Al-Quran diingatkan untuk kembali membacanya, mengkajinya, menjadikannya kembali sebagai pedoman hidup. Al-Quran seringkali sampai lusuh dan berdebu di dalam rumah-rumah kita, akibat lama tidak tersentuh. Bahkan ada juga rumah-rumah yang didalamnya tidak kita temui Al-Quran, miris rasanya. Kini anak-anak kita lebih gemar melafalkan nyanyian daripada mengucapkan ayat-ayat suci Al-Quran. Mereka terlena dengan segala kegiatan yang berleha-leha, padahal ujungnya hanya sebuah kesia-siaan.

Yang ketiga, kita jadi faham tatacara memilih pemimpin dalam Islam. Selama ini banyak tukang ojek, pedagang kaki lima yang tidak mengerti agama saling berdebat tentang si penguasa yang lidahnya baru saja terpeleset. Mereka yang membela berkobar-kobar membeberkan prestasi-prestasi tanpa menengok kesalahan pujaannya, sedangkan orang yang membantah tidak begitu kuat dengan argumen-argumennya, sehingga tidak ada penyelesaian dari perdebatan yang berakhir dengan kesia-siaan.

Seringkali diantara mereka terjadi pertengkaran, dan hari ini sudah seharusnya perdebatan dan pertengkaran mereka berakhir karena Allah Subhana Wata'ala telah menunjukkan kebenaran. Menunjukkan cara memilih pemimpin yang benar. Syaratnya yang jelas sudah dibuka sendiri orang si penguasa yang baru saja terpeleset lidahnya, jangan kita memilih pemimpin dari golongan yang lain selain Islam, karena mereka adalah pemimpin untuk golongannya. Kalau masih ada yang mendukung maka hati mereka benar-benar telah digelapkan oleh tipu daya dunia.

Maka pantaslah kain kafan disematkan pada tubuh mereka seperti ucapan Buya Hamka,

"Jika GHIRAH telah hilang dari hati, gantinya hanya satu, yaitu KAIN KAFAN tiga lapis. Sebab hilangnya GHIRAH sama dengan mati." begitulah yang Buya Hamka sampaikan, sekarang marilah kita mulai berpikir dan merenungi bagaimana hati kita tidak tersentuh sedikitpun saat kitab suci kita, agama kita, keyakinan kita dilecehkan. Mari cerdas, mari kembali kepada Al-Quran sebagai pedoman. Mari munculkan kembali GHIRAH dalam hati kita.



Jumat, 07 Oktober 2016

(M) Mari Menangis

(M)mari sini, menangislah sepuasmu, dibahu ini
Biarkan hari berlalu, waktu jangan jadi alasan
Waktu bukan alasan, waktu memang begitu
Hari, apa yang berjalan dan tidak kembali

Mari kita bersiap menerima, menerima apa yang akan di sesali
Langit senja dilantai 6 itu terasa perih
Dia bercerita tentang gelap malam nanti
Ruang-ruang kosong, yang harus siap kita tempati

Aku siap berlari kencang, aku sudah berlari
Aku mau mengisi kekosongan, aku ingin, lalu bagaimana denganmu saja?
Mari angkat kedua belah tangan, pandang langit
Mari berpaling dari senja, kita cari sajadah
Sujud kemudian ayo mengadu dalam sesak

(M)Aku siap menggali hari, menjadi bahu jalanmu
Mari angkat kedua bilah tangan, pandang langit
Kemari, sini menangis lah bersamaku
Cengenglah di bahu ini sampai engkau mampu
Letakkan bebanmu disini bila mau, aku sudah siap menghapus kelabu
Angkat kedua tangan kita,

Kamis, 06 Oktober 2016

Ada Orang yang Tak Sadar, Bunuh Diri

Kemarin ada orang yang merobek wajah sendiri
Sementara dia mengira telah menyiksa orang lain
Dia mencabik-cabik diri sendiri
Tanpa sadar, dia kira bunuh manusia lain

Dia berkaca kemudian menuduh bayangannya
Dia berjalan pada terik, bayangan yang bersamanya pergi menjauh
Siapa dirinya? Siapa dia? Siapa sebenarnya?
Sungguh kasihan, dia yang berjalan pada ranjau yang ditaruh sendiri

Ranjau itu kapan saja akan makan tuannya
Sudah terlalu rabun pandang matanya, sampai ranjau sendiri tak terlihat
Sudah terlalu pikun dirinya, sehingga ranjau sendiri dia lupa
Ada orang yang tak sadar dirinya telah membunuh diri sendiri


Rabu, 05 Oktober 2016

Siapa Anda sebenarnya? Beraninya Menyikut Keyakinan Kami!

Saya hanya ingin bertanya, sebenarnya apa yang Anda kejar dari sebuah jabatan? Kekuasaan atau harta? Atau sesuatu yang lebih besar yang sedang dalam perencanaan? Mengapa selama Anda menjabat lebih banyak sensasi dibanding hasil? Saya hanya seorang pemuda yang doyan memperhatikan meme-meme lucu di Instagram dan medsos lainnya. Bahkan meme lucu ini lebih mendidik dibandingkan dengan cara Anda bertingkah, apakah hati Anda sudah terlalu gelap sehingga menyinggung sebegitu banyak masyarakat Jakarta hanya untuk sebuah kekuasaan yang terus Anda kejar hanya lima tahun ke depan yang tidak abadi, maaf bukan masyarakat Jakarta saja yang tersinggung, Indonesia, bahkan Muslim dunia.

Hari ini adalagi ucapan baru Anda yang menggegerkan pemberitaan, saya cuma mampu menulis jadi saya menulis, dan saya tidak suka anarkis. Kalau saya anarkis Anda bilang teroris, kalau saya anarkis Anda pasti bilang,

"Katanya agamanya mengajarkan kedamaian terus kenapa anarkis?" Anda sekalian mengerti akan ajaran agama kami yang damai, tapi kenapa melarang menjalankan perintah agama kami yang lainnya untuk memilih pemimpin Muslim? Bukankah itu sudah mencampuri apa yang seharusnya jadi batas yang tidak Anda lewati? Kalian hanya suka meletakkan air dingin dimeja kalian sedang membiarkan kami haus ditengah gurun, bukan begitu?

Ini memang kompetisi untuk menjadi yang nomor 1 di Jakarta, tapi Anda jangan menyakiti hati orang lain untuk sifat haus kekuasaan Anda. Janji Anda yang manis untuk membangun itu tidak memberikan sebuah kesejahteraan. Membangun dalam kamus Anda tidak diselipkan kata sejahtera bagi masyarakat Jakarta, oleh karena itu banyak orang yang sakit hati. Orang-orang itu, jika mereka tidak legowo maka ada banyak sumpah yang bertebaran menghampiri Anda. Sejak kemarin saya tidak suka menulis tentang politik apalagi membahas Anda gubernur DKI, tapi Anda sudah menyinggung hati saya dengan kalimat ini,

"Kalau Bapak ibu ga bisa pilih saya, karena dibohongin dengan surat Al Maidah 51, macem macem itu. Kalo bapak ibu merasa ga milih neh karena saya takut neraka,dibodohin gitu ya gapapa" Anda bilang begitu ketika berkunjung ke Kepulauan Seribu dan diunggah ke youtube pada senin (26/9/2016). Apa surat Al-Maidah ayat 51 telah membodohi Muslim? Saya bertanya balik kapan Anda lahir ke dunia? Sudahkah Anda mempelajari seluruh ilmu yang ada di jagat raya ini? Apa pencapaian terbaik anda? Siapa Anda sebenarnya? Sehingga begitu berani menentang kitab kami!

Sensasi Anda sudah berlebihan, cukup Anda menggusur masyarakat miskin lalu membela orang kaya yang membangun rumah ditepi laut, itu sudah cukup menyikut hati bapak Jokowi bukan? yang tahu rasa sakitnya menjadi korban penggusuran, itu tidak masalah karena Anda beralasan itu tanah milik negara. Tapi ketika kalimat yang Anda ucapkan di kepulauan seribu kemarin, kalimat itu sangat menyakitkan kami masyarakat muslim, Anda mungkin tidak mengerti tentang Al-Quran bisakah setidaknya menghormati. Apa yang ada dalam Al-Quran adalah kewajiban kami untuk mentaati, saya jadi ingin bertanya Anda ini sebenarnya siapa? Pejabat publik, penggusur, preman yang Anda sendiri minta juluki, atau musuh Muslim, dengan beberapa kalimat yang mulai membuktikan itu? Anda siapa?

Saya juga mau bertanya pada teman Muslim,

"apa kalian memakan babi?"

"Haha, Haha, ya jelaslah tidak! Itukan haram." Kalian akan menjawab seperti ini sambil menganggap ini pertanyaan bodoh yang tidak perlu lagi dilontarkan. Iya dalam Al-Quran ada empat ayat yang melarangnya. Kita Muslim mampu mentaati sepenuhnya, hebat luar biasa.

"Lalu kenapa kalian memilih pemimpin non-muslim?" Sebagian kalian akan terdiam membisu menyadari kekeliruan tapi terhalang kepentingan, sebagian yang lain akan mencaci-maki, ada juga sebagian yang akan terus mengorek-ngorek logikanya untuk mencari pembenaran, begitu bukan? Ada lima belas ayat, bukan, empat ayat yang melarang kita untuk tidak memilih pemimpin non-muslim. Empat ayat bisa ditaati sepenuhnya oleh seluruh Muslim lalu mengapa lima belas ayat yang jelas hampir empat kali lipatnya tapi ada banyak yang menentang, terlalu sulitkah lari dari kepentingan dunia sampai-sampai menggadaikan perintah Allah Subhana Wata'ala.

Sekali lagi saya ingin bertanya siapakah anda Bapak Gubernur yang terhormat? Begitu berani menyikut keyakinan kami! Takkan ada asap kalau tak ada api Bapak Gubernur! Sebisa mungkin kami berusaha tidak anarkis agar kami tidak dianggap teroris. Biarkan kami dengan agama kami, dan Anda dengan agama Anda! Mari kita saling menghormati dan menghargai!

Senin, 03 Oktober 2016

Apa itu Egois?

Kali ini gua ingin menuliskan sebuah tulisan yang menampar diri sendiri. Duduk seorang diri di bangku tunggu PGC karena gua datang terlalu cepat, mall ini belum buka. Disela menunggu terbersit dalam kepala tentang sifat yang gua sendiri membencinya bagaimana orang lain. Kesadaran diri sesungguhnya ada tapi penyakit satu ini mudah kambuh bahkan menjadi candu. Menjadi yang terbaik itu hebat tapi memaksakan dengab segala cara agar jadi yang terbaik itu harus dipertanyakan? Pantaskah?

Oke, penyakit itu adalah Egois, sebuah kata yang berasal kata ego yang artinya struktur psikis berhubungan dengan konsep diri diatur oleh prinsip realitas, ditandai kemampuan menoleransi frustasi. Ego lebih pada keseimbangan, ini positif, sedang apa yang gua miliki adalah egois.

Egois tidak hanya gua temukan pada diri sendiri banyak juga gua temukan pada orang lain bagaimana sifat ini menjelma jadi sifat yang menjengkelkan bahkan dibenci orang lain. Sayangnya hanya teman dekat yang berani mengungkapkan kejujuran keegoisan kita sedangkan orang lain akan lebih banyak diam, jadi penonton dan menggerutu dalam hati.

Egois gua rasakan seperti sebuah sifat yang menempatkan diri gua ditengah satu tujuan tanpa peduli tentang orang lain. Sifat ini sudah lama menjangkiti diri gua, tapi semakin dewasa gua semakin memahami sifat ini sehingga perlahan gua berusaha berubah walau seringkali kambuh.

Egois bisa mengarah pada kesombongan, keangkuhan, dan terlalu mencintai diri sendiri. Bicara besar padahal aksi kecil, membanggakan diri sendiri didepan orang banyak secara berlebihan, seolah paling tahu segalanya padahal bermodalkan cerita. Dalam setiap renungan gua menyadari ternyata gua telah salah dalam menempatkan diri dalam dialog dengan orang lain. Jika sudah sampai tahap itu gua akan menahan diri untuk jadi pendengar yang baik.

Orang pintar itu sedikit bicara tapi kena hasilnya, tapi orang egois banyak bicara kosong isinya. Gua faham betul akan hal itu, gua pernah menjalani pada posisi itu.

Bukan hanya hal diatas bagian dari sifat egois, jika diperingatkan selalu membantah dan merasa paling tahu. Mencari pembelaan kadang sampai menembus batasan, bahkan melewati apa yang sudah jelas dilarang oleh agama. Jika salah sulit mengakui, semaksimal mungkin mencari pembenaran. Menghasut orang lain, menjelek-jelekkan mereka yang benar padahal sudah jelas orang lain tahu siapa yang benar dan siapa yang salah. Hanya beberapa yang respek dan sepaham saja yang akan menyetujui kata-katanya kadang juga karena memang terpaksa, jika dimentahkan orang tersebut mengerti dia akan menjadi sasaran Selanjutnya untuk sebuah kebencian yang akan disebarkan ke orang lain.

Gua sudah berusaha melewati masa itu, gua sempat berpikir jika sifat egois sering juga disebabkan dengan hati yang menyimpan kebencian, hati yang terdapat bintik hitam, semakin diperingatkan semakin tidak mau mendengarkan kebaikan karena bintik hitam itu terus bertambah sampai benar-benar menutupi hatinya. Sehingga tidak satupun perkataan orang lain yang mau dia dengar.

Gua menyesali saat itu, bagaimana banyak sekali perkataan orang lain yang gua mentahkan kemudian gua menemukan banyak kegagalan. Beginilah cara Allah mengingatkan untuk sadar dengan ke-egois-an yang gua pelihara dalam hati. Watak ini mendarah daging jika dibiarkan.

Banyaknya kegagalan dan kekesalan orang lain yang menyerang diri gua mengajarkan gua bahwa egois telah mencelakai gua. Gua harus berubah walau sulit, jadilah pendengar yang baik.

Minggu, 02 Oktober 2016

Mari Bertukar Rasa

Bisakah kau bertukar rasa berang sedikit saja
Aku yang minta pada akhir perjumpaan
Tapi justru jadi jeruji kemudian hari
Aku tidak bisa beranjak dari manisnya kesan yang engkau sematkan

Lingkaran kenangan ini mengelilingi langkah maju
Kemana melangkah dia berkelakar, jika aku tidak mampu berpaling
Berhenti memenjarakan aku, tolong berhenti
Tapi engkau sudah lama pergi, tidak bertanggung jawab lagi tuk hari ini

Kesan manis itu nyatanya juga ranjau yang meledak tiap kali salah melangkah
Mendung menakutkan dalam perjalanan
Engkau hujan, bagaimana aku bisa lari darimu
Tiap tetesan merupakan panah kenangan,

Sesekali lupa kala sedang bermain dengan merpati putih
Tapi engkau mawar merah durinya masih terasa
Buat aku terus terdesak untuk mengingatnya
Bisakah barang sebentar kita duduk, lalu bertukar posisi tentang rasa sakit

Sabtu, 01 Oktober 2016

Itu Yang Benar

Masih, aku bersemayam dibalik kelambu malu
Aku bertanya pada sebuah janur di sisi jalan
Apakah gagah itu berdasarkan dasi yang dikenakan?
Atau dompet yang diayun-ayunkan?

Jika iya, maka aku bukan kegagahan itu
Jika tidak, mindset itu sudah tertanam melekat
Keheningan bukan solusi, temaram hati tiap pagi rasa pilu
Menjauhlah hari-hari pekat, kelabu itu jelas menyengat

Ada yang berlomba-lomba menyudahi masa lajang
Ada yang bersabar dalam keraguan
Ada yang tidak tahu arah dalam tujuan
Ada prinsip-prinsip yang memaksa bertahan lebih lama

Kata orang, kata orang, orang memang terus berkata
Tapi kita dipaksa mendengar
Gerah, gelisah, ada resah mendesah halus ditelinga
Mengalir berkata lembut, menikahlah itu yang benar

Mahar termurah itu surga terindah
Berjuang bersama itu cinta
Membesarkan bayi-bayi merah kelak jadi surga
Bukan bermewah-mewah pada akhirnya sengsara
Menikahlah itu yang benar, katanya

Jumat, 30 September 2016

Wajahmu Itu

Hei, hei melihat wajah mu
Ada kesepian yang menghujam
Betapa perihnya rongrongan hati yang terusir
Seringkali datang, berjuang kecil, lalu ditendang

Hei, hei wajahmu itu, menyesakkan hembusan nafas
Tiap kali bersua, mengapa denyut nadi tidak biasa?
Mendung hari ini bukan karena cuaca tapi engkau tertawa dengannya
Senyumanmu terlalu banyak engkau semai, buat banyak yang salah sangka

Hei, deruan pagi tidak berembun ini begitu sesak
Aku diibukota yang lega, kau tau betapa mewah dan bergairahnya kota?
Tapi aku lunglai di sekumpulan puntung rokok, Sampah jalanan,
Sesak memang, habis sudah kata-kata, hati sepi, berlari dengan deru kendaraan pagi

Senin, 26 September 2016

Buon compleanno il capitano TOTTI

Menyebut nama salah satu klub ibukota Italia, 'AS Roma' hanya ada satu nama yang akan terbersit dihati seluruh penggila bola hari ini Francesco Totti. Sang pangeran yang belum habis, terus memberikan konstribusi bagi kekasih hati yang tidak sekalipun ia selingkuhi selama 23 tahun bersama. Selamat ulang tahun pangeran Roma, walau mendapat kado pahit kekalahan dari Torino. Tapi 250 goal jadi sebuah pencapaian istimewa bagi sang pangeran itu menjadikannya pencetak terbanyak serie A dibawah silvio piola dengan 274 goal.

Tidak mudah bagi seorang pesepakbola bertahan pada satu klub sepanjang karirnya terlebih dengan menjaga stamina serta kualitas permainan yang membuat dia terus jadi pilihan utama. Totti melakukan itu, terbukti dengan beberapa goal yang dia hadiahkan dalam beberapa laga terakhir untuk memberikan rasa nyaman dihati para fans agar percaya jika pangerannya belum habis. Tapi usia perlahan tetap memaksa dia sedikit menurun, tidak lagi segarang dulu.

Ada yang menilai sang pangeran bodoh dan salah mengambil keputusan untuk terus bertahan di klub ibukota, saat florentino perez menyuguhkan cek kosong untuk memboyong Totti ke Real Madrid. Andai saat itu pindah mungkin berbagai gelar telah dia raih, tapi kesetiaan itulah yang termahal bagi siapapun. Tidak mudah jadi kekasih yang tidak sekalipun berpindah kelain hati. Kesetiaan itu juga yang menjadikannya pangeran dan legenda yang terus terkenang dihati para pecintanya sampai hari ini. Pertandingan Roma tanpa Totti seperti cinta yang bertepuk sebelah tangan. Entah bagaimana cara mengakhiri cinta keduanya? Apakah semua siap menerima jika sang maestro yang jadi pahlawan kota Roma selama ini harus dihentikan oleh usianya sendiri. Bagaimana mengakhiri cinta ini? Apa fans Roma siap jika kisah cinta Francesco Totti dan Roma harus berakhir? Selamat ulang tahun Francesco Totti...

Rabu, 21 September 2016

Cara Melawan Kebencian Orang Lain

Seorang teman datang, kemudian kami duduk bersama. Berbicara banyak hal ditemani dengan berbagai canda-tawa. Sampai pada tema dimana suasana jadi serius tak ada lagi tawa,

"Hei kemarin ada yang ngomongin lu kaya gini, bla bla bla...." Gua menanggapi dingin meski sedikit terpancing. Memang gua butuh mendengar kritik orang lain disatu sisi orang lain terlalu keras dalam mengkritik membuat gua seringkali terpancing untuk meluapkan balik kritikan tersebut, dulu memang namun sekarang gua sudah berusaha untuk mengambil keputusan cerdas dari kritikan serta omongan dibelakang yang seringkali menghancurkan optimisme yang telah gua bangun.

Beberapa hal yang akan gua lakukan untuk membalas kritikan serta omongan buruk dibelakang,

Pertama, ketika berjumpa gua selalu memberikan senyuman termanis, wajah terakrab. Setiap perjumpaan gua lakukan hal tersebut agar mereka melakukan hal sama meskipun dalam sandiwara. Mudah-mudahan mereka lupa jika sedang bersandiwara baik ke gua, sehingga muncul kebaikan yang tulus.

Kedua, awalnya memang gua terpancing untuk marah namun sesaat setelahnya gua berpikir jika gua marah kemudian membongkar balik atau menebarkan kebencian serta mengajak lawan bicara untuk membencinya juga. Lalu apa bedanya gua dengan dia yang membenci gua mungkin juga membenci orang lain? Kalahkan kebencian mereka dengan prestasi terbaik. Gua terus membangun diri, merubah diri jadi lebih baik dan lebih baik. Bungkam mulut-mulut mereka dengan apa yang mereka takutkan, yaitu salah dalam menyampaikan keburukan kepada banyak orang. Perlahan jika kita sudah sukses mereka akan datang mengendap berpura lupa lalu menjilat. Kamu akan paham jika suatu saat mencapainya nanti, gua pernah melihat beberapa kejadian pada orang-orang sukses. Apa yang orang bilang jika benar maka gua harus insropeksi diri jika salah biarkan itu terhitung fitnah, yakinlah jika kebenaran akan terlihat jika tidak sekarang maka besok, tidak besok maka lusa.

Ketiga, jika memang omongan tersebut sudah benar-benar membuat gua gerah. Gua hanya perlu menghampiri si pembaca berita keburukan diri gua. Lalu berbicara empat mata permasahannya, maka yakin 100% dia akan jadi salah tingkah lalu pergi menjauh dari peredaran. Menjaga jarak karena rasa bersalahnya sampai waktu yang tidak ditentukan. Biarkan saja, gua tidak perlu meminta maaf telah membuat dia menjauh. Tapi dia tidak akan pernah minta maaf karena gengsi yang digenggam erat. Gengsilah yang menghancurkan diri. Maka benar kata Alm. Bob sadino, bergayalah sesuai isi kantong.

Keempat, acuhkan saja omongan mereka karena ketika kita menanggapinya berapa banyak waktu yang bisa kita gunakan untuk menggapai sebuah kesuksesan terbuang percuma meladeni mereka yang tidak penting. Biarkan mereka asyik dengan kedengkiannya, perlahan akan tenggelam pada kegagalan, penyesalan, kekecewaannya sendiri. Biarkan mereka berenang dalam lautan kata kebencian, disaat yang sama kita sedang meniti tangga yang melelahkan. Biarkan tetesan keringat menjawab lautan kata yang percuma.

Pada intinya mereka yang terlalu banyak membicarakan orang lain adalah mereka yang kurang aktivitas sehingga mengisi waktu luang dengan menebarkan kebencian. Salahnya disini, seharusnya waktu luangnya diisi dengan kebaikan sayangnya jika sekali terjebak hal itu akan menjadi candu asal tahu penyakit ini bisa saja menular. Waspadalah, tahan diri lalu berpikir cerdas.

Selasa, 20 September 2016

Ketika Orang Awam Bicara Politik

Gua cuma bertanya-tanya dalam hati siapa yang salah dalam perjalanan politik negeri ini? Kenapa beberapa tahun belakangan begitu banyak keputusan-keputusan orang-orang penting negeri ini yang mengganjal hati. Perekonomian kacau, gaya hidup semakin bergeser, manusia semakin jelas terlihat menentang tuhan, dan sebagainya. Gua cuma anak ingusan yang mungkin baru bisa melihat segala hal hanya dari sebelah mata, apalagi menatap dengan mata hati.

Hemat gua, pada zaman pak harto dulu media tidak bisa bicara banyak, jadi pencitraan juga tidak banyak, penipu rakyat juga tidak banyak! Pindah ke zaman pak habibie semua masih berjalan tidak berbeda, ketika ada pemimpin cerdas, bersih, dan beriman seluruh negeri ini gerah. Keangakaramurkaanlah yang harus berdiri tegak dinegeri ini maka diturunkanlah beliau yang seharusnya bisa membawa negara menjadi berkembang pesat dengan ide brilliannya yang luar biasa dengan bukti begitu banyak paten ilmu atas namanya dirinya. Memang timor leste lepas pada masanya tapi jika diberi kesempatan lebih negeri ini bisa jadi semakin disegani dunia dengan tekhnologi yang canggih.

Ulama jadi pemimpin siapa yang tidak terkagum-kagum, beliau tidak menawarkan citra diri sebagai dagangan politik namun rasa hormat dari santri serta orang-orang yang memang telah menanamkan kepercayaan padanya, karena dia memang memiliki kemampuan tersebut untuk membawa bangsa ini jadi lebih baik terlebih kebosanan dipimpin oleh orang-orang biasa tanpa tingkat religius yang tinggi. Zaman Gus dur,  jadi masa paling menyenangkan buat gua dan anak-anak SD lainnya, kita bisa sebulan penuh libur diramadhan sambil bermain petasan.

Pindah pada zaman ibu Mega Pemimpin wanita pertama di tanah air ini, dinegeri yang di merdekakan oleh ayahnya. Menurut sejarah yang berseliweran ke telinga anak ingusan ini, jika dia telah membuktikan perkataan Ayahnya, jika perjuangan Ayahnya tidak terlalu berat karena hanya mengusir penjajah dari negeri ini sedangkan tugas kita adalah mempertahankannya. Tapi sang putri yang luar biasa, ini telah mengecewakan ayahnya. Dia telah menggadaikan negeri pada bangsa lain, begitulah ayah-ibu gua bercerita tentangnya sedang dia masih tampak manis dalam permainan politik negeri gua hingga hari ini.

Berpindah pada bapak SBY, presiden pertama yang memiliki nama tersingkat hanya 3 huruf tapi bisa menggeser pesaingnya untuk memimpin negeri ini, bahkan dua periode. Kehebatan dalam penguasaan bahasa indonesia serta bahasa asing buat dirinya tampak begitu cerdas. Postur serta pernah jadi pembela tanah air, menunjukkan sebuah ketegasan, kekokohan, kekuatan yang hebat untuk menjadi seorang pemimpin yang harus mengendalikan negeri serumit ini. Gua mengagumi pak SBY sebagai seorang yang mampu menampilkan tatacara berbahasa yang baik dan benar. Kepuasan akan kinerja untuk rakyat telah terbukti dengan dua periode dia masih berada disana, jika bisa tiga periode gua masih akan memilih.

Entah mengapa gua merasa kehilangan identitas diri gua, batin gua berkata, batin gua tidak mampu melihat jika pada pemilu  kemarin ada pemimpin diantara mereka yang menjadi calon. Dalam hati gua hanya ada keragu-raguan yang buat gua meninggalkan itu, seperti kata nabi tinggalkanlah keragu-raguan. Meski ada sedikit sesal tidak menuruti himbauan ustadz gua untuk memilih mereka yang mudharatnya sedikit.

Tidak maksud menyalahkan siapapun, menjatuhkan siapapun. Gua hanya anak ingusan yang berusaha melihat sebuah kenyataan yang ada. Di masa inilah dimana media bisa bebas berekspresi sebebas-bebasnya tanpa batas bahkan berhasil mengendalikan ratusan juta penduduk negera gua. Bagai hipnotis, dia datang, mengagetkan kemudian mengendalikan itulah media kala itu. Opini bertebar dimana-mana, media yang seharusnya netral bahkan semua orang tahu, anak bodoh seperti gua juga paham jika media itu harus netral. Tapi tidaj pada masa ini dimana media digenggam oleh mereka yang berkuasa, kemudian mengendalikan opini-opini kebaikan masing-masing pemiliknya. Pencitraan merupakan gaya hidup baru setelah selfie merajalela kala instagram muncul. Kita semua dibuat narsis oleh media, kalau tidak salah narsisius merupakan seorang pria tampan yang menolak seluruh wanita dan terlalu mencintai dirinya. Begitulah manusia pada masa ini, selain terlalu narsis pada dunia media sosial mereka juga narsis dalam berpolitik begitu juga para pendukungnya. Makna pendukung itu orang yang menyokong karena suatu hal positif atau satu paham. Tapi sekarang pendukung itu telah bergeser menjadi sebuah kata yaitu pemuja. Kalau pendukung itu ketika pemimpinnya membuat sebuah kesalahan, mereka mungkin saja berpaling sedangkan pemuja mau bagaimanapun pemimpinnya seberapapun kesalahan itu dengan mati-matian akan terus membelanya.

Gua cuma anak ingusan yang tidak mengerti, sedang berusaha melihat kenyataan. Menurut cerita media, bagaimana bisa seorang yang pernah menghina orang lain kemudian dengan cepat sepaham kemudian berubah pendirian, menjadi pendamping setia. Lalu mempermasalahkan speaker masjid, sebagai bocah ingusan yang tidak memiliki ilmu agama se-wah gus dur, eh terlalu jauh ustadz di mushola rumah gua. Gua mengerti jika speaker masjid itu digunakan untuk memanggil orang beribadah, menyampaikan ilmu serta mengingatkan manusia untuk meninggalkan kemungkaran. Speaker masjid tidak dibungkam saja, mushola rumah gua hanya ramai di maghrib dan menyedihkan di waktu lainnya. Peserta pengajian sedapatnya saja, orang-orang acuh tak acuh pada suara yang berkumandang. Apalagi dibungkam maka semakin butalah hati-hati mereka, sempat mendengar adzan saja sudah lumayan bagi manusia-manusia agar mengingat tuhannya meski jelas banyak yang meninggalkan karena alasan kesibukan.

Tinggalkan keputusan speaker pemberitaan lain juga memberitakan jika sebelum menjabat gubernur bapak jokowi bercerita betapa sakitnya menjadi korban penggusuran. Tapi saat dia pergi meninggalkan jakarta jadi presiden, bapak Ahok dengan slogan antikorupsinya, membuka luka lama bapak jokowi. Bapak Ahok dengan tangan yang ringan meratakan berbagai tempat kumuh yang jika ditanyakan aspek sejarahnya beliau tidak paham. Ambisius yang hanya melihat kedepan akan membuat kita buta dengan sejarah masalalu dan cara berjuang membela negara layaknya pahlawan yang beri kebanggaan tanpa menimbulkan kebencian dihati-hati rakyat kecil.

Bapak jokowi juga pernah berkata jika beliau jadi presiden banjir jakarta akan mudah diatasi, tapi balaikota sendiri terendam air. Entah jabatan mana lagi yang harus direngkuh agar banjir hilang. Aliran venice yang indah sempat terlihat di ufuk mata gua saat datang kelokasi banjir kala masih jadi relawan. Andai bisa diolah seperti venice pada masa lalu, ciliwung adalah wisata yang akan menjadi pemasukan jakarta. Tapi itu hanya pikiran singkat seorang anak ingusan lupakan. Yunani memperindah pulau-pulau mereka bukan membuat pulau baru seperti di kota gua hari ini, entah seberapa banyak pulau dikepulauan seribu yang akan menjadi pemasukan bagi jakarta terabaikan tapi malah dibuat pulau baru. Inilah ambisius yang hanya melihat kedepan dan sedikit melawan tuhan.

Lalu dollar yang menanjak perlahan menjadi pesat, gua melihat sebuah cuplikan video yang beredar jika bapak jokowi meyakinkan kami beberapa waktu lalu jika bulan kala gua menyaksikan video itu ekonomi indonesia akan menanjak layaknya roket tapi kenyataannya saat gua menyaksikan video dibulan janji pak jokowi dolar sedang gagah, dan menyiksa ekonomi tanah air. Gua yang membantu abang gua berjualan handphone, jelas merasakan bagaimana penjualan seperti masa pak SBY jadi sebuah kemustahilan. Ada rasa kecewa, tapi gua tak ikut andil pada pemilu kala itu maka tak ada peran gua atas kegagalan ini. Tapi ada sesal gua karena ketidak berhasilan ekonomi jadi lebih baik.

Pada bulan ramadhan bagaimana sebuah kericuhan harus dibuat dikala hati-hati muslim sedang berbunga-bunga menyambut bulan suci, berbeda dengan politik yang penuh kepalsuan. Dibulan ini bagaiman sebuah janji benar-benar nyata, didunia saja jelas terlihat keberkahannya. Gua yang pernah lama berkecimpung sebagai anak yatim serta pengurus anak yatim mempunyai keyakinan besar akan keberkahan seperti janji Allah dalam Al-Qur'an. "Orang berpuasa harus menghormati yang tidak berpuasa." entah pelafalan kalimat yang salah atau beliau sedang mengantuk. Gua tidak menanggapi akan hal ini disaat semua orang seperti kebakaran jenggot mencacimaki. Beliau manusia biasa wajar salah, kecuali kesalahannya berkali-kali artinya ada kesengajaan. Kalimat itu disampaikan menteri yang menjabat pada masa bapak jokowi.

Gua juga mau bertanya apa bedanya antara bantaran ciliwung dengan pinggiran laut PIK dan pantai mutiara? Pada pelajaran PLKJ saat SD gua sudah diajarkan untuk tidak membuang sampah dikali dan tidak mendirikan bangunan di bantarannya. Apa karena PLKJ hanya membahas kali seolah laut tidak penting. Seolah membuang sampah dilaut lumrah sehingga tidak ada pencemaran lalu mendirikan bangunan ditepinya tidak menimbulkan masalah atau lain sebagainya. Mungkin gua yang belum mengerti tekhnologi yang digunakan mungkin berbeda. Kenapa bapak Ahok tidak menggunakan tekhnologi untuk PIK dibantaran ciliwung, sehingga tidak ada penggusuran yang menyakiti hati bapak jokowi.

Gua melihat berbagai kebencian sedang berperang di media sosial tapi entah mengapa media besar serempak memuja ketidakadilan. Gua yang anak ingusan yang tidak paham ini ingin bertanya dimana sikap netral mereka. Bahkan gua sering geli setiap stasiun tv seringkali lebih sering mengangkat pemberitaan tentang artis-artisnya saja yang diberitakan distasiun tv mereka dan mengabaikan yang lainnya. Kecuali benar-benar ada berita heboh dengan rating tinggi baru mereka serempak mengeruk uang darinya. Apa cuma gua yang awam ini saja yang memperhatikan jika kepala-kepala kita sedang dikendalikan layaknya sebuah hipnotis. Batin berkata tidak tapi tubuh terus mengiyakan, apa karena speaker yang dibungkam sehingga hati kita semakin hitam kelam sampai-sampai tidak sedikitpun mendengar kebenaran nyata. Mata kita juga hanya bisa melihat apa yang disuguhkan tanpa memejamkan mata sesaat untuk merenungkan kebenaran lalu mengingat tuhan. Hipnotis yang begitu kuat membuat sebuah sandiwara, layaknya uttaran ketika satu episode terlewat ada kecewa. Sandiwara negera gua begitu hebat bahkan sanggup mengatur isi-isi kepala manusianya.

Muncul sebuah ketakutan dalam diri gua, karena hati-hati kita seperti dibuat buta oleh sebuah pencitraan. Media suka tidak adil, hanya mengangkat bagian positif tentang pujaannya. Menanamkan secara paksa pemahamannya pada orang-orang tidak berdosa, pada masyarakat kecil yang hanya suka mengangguk saja. Apa cuma gua yang merasakan batin menolak tapi badan terbawa arus, kini sebisa mungkin gua berpegangan pada ranting-ranting kenyataan. Kasihannya orang kecil yang dibuat hanya angguk-angguk.

Gua seorang muslim yang tidak terlalu pintar bahkan masih sering terkuring pada dosa-dosa sebagai hamba. Tapi sering merasa miris ketika ada muslim-muslim yang terlalu berlebihan meluapkan amarah serta kekecewaannya pada pemimpin jakarta. Ajaran kita memang memerintahkan untuk memilih pemimpin yang seiman, tapi apa dengan kebencian dia akan turun justru kebencian membuat respect sebagian yang lain yang sama tidak setuju semakin bingung. Mereka yang tidak mendukung pemimpin jakarta mendapati muslim-muslim justru melakukan kesalahan yang meluapkan kebencian tanpa kontrol. Bukankah sebaiknya kita harus tenang, berpikir jernih. Jika tidak setuju mari bersatu, dukung mereka yang pantas, dukung mereka yang tepat sesuai aturan yang kita yakini. Bukankah bersatu kita teguh bercerai kita runtuh. Mereka menang karena bersatu yang buat mereka teguh.

Gua tidak berani juga menyalahkan media karena tidak semua salah. Tapi entah siapa yang buat skenario sehingga semua yang ada dinegara gua layaknya simalakama. Tidak ada yang benar tidak ada yang salah. Pada masa ini benar kata baginda nabi, ada masa dimana antara benar dan salah akan samar!

Meremehkan Hari, Menyepelekan Waktu

Apa kamu pernah pergi kehutan belantara, kemudian bingung arah dan tujuan. Terperangkap pada kebingungan, ketidaktahuan, kamu sedang tersesat. Sekeliling kamu hanya ada pepohonan yang tidak mungkin kamu bicara dengannya. Bagaimana rasanya seorang diri tersesat dalam hutan yang tidak menawarkan tujuan? Kalau kamu pernah! Ini yang sedang gua rasain saat hari pertama masuk kuliah. Kalau kamu bertanya kenapa gua membandingkan hari pertama kuliah dengan hutan belantara? Dimana kesamaannya?

Jelas ada satu kesamaan, dimana gua seperti tidak tahu kemana harus mengarah, pada siapa menyapa, rasa canggung, kesendirian tidak seorangpun yang gua kenal. Ini kali kedua gua merasakan hal yang sama, teman-teman gua sudah menyelesaikan perjuangan mereka dengan gelar S,kom dibelakang nama mereka, kemudian gua masih terkungkung didalam sisa-sisa kelalaian gua yang meremehkan hari, menyepelekan waktu. Gua harus menyelesaikan 4 mata kuliah disemester 9. Lho? Bukannya S1 itu cuma perlu 8 semester, ya lu bener! Tapi special buat gua harus 10 semester untuk sebuah gelar S,kom yang sedang gua usahakan.

Gua datang ke kampus untuk masuk pertama kali setelah dua minggu jadwal kuliah dimulai. Hujan deras menyertai perjalanan gua, ditengah jalan gua teringat jika kelas gua hari ini S3D, di gedung mana kelas tersebut? Tu...t, tu...t, tut
"Iya tra kenapa?" Gua menepi kemudian menelpon irul,

"S3D itu gedung apaan ya rul? Ntar gua udah sampe di gedong, dia di rancho lagi." Gua coba menanyakan pada Irul setengah berteriak dan terburu-buru jam sudah menunjukkan pukul 18.25, mata kuliah pertama dimulai pukul 18.30. Irul merupakan mantan ketua kelas yang paling faham tentang segala hal tentang kampus, dia yang menyokong kami selama hampir 4 tahun kuliah, terimakasih irul. Tidak banyak orang yang akan berterimakasih berkat bantuan lu? Mereka akan mudah lupa jika setiap waktu mereka bertanya tentang banyak hal selama 4 tahun namun lupa seketika setelah semua selesai yang sebenarnya selalu ada peran irul dalam setiap moment kelas yang terjadi. Gua akan berterimakasih dengan cara membuat sebuah tulisan tidak penting ini.

"Tra, ruang itu pakai nomor. Sedangkan kelas itu seperti yang lu sebutin tadi." Suara datar irul terdengar dari seberang, dia punya suara datar yang berwibawa penuh ketenangan. Berbanding terbalik dengan gua,

"Oh iya, bodohnya gua. Efek terlalu lama tidak pergi kekampus." Gua menepok jidat, kenapa gua begitu bodoh. Disepanjang jalan gua kembali terpikir bagaimana caranya mengetahui ruangan. Gua terus berpikir apa mungkin gua harus mendatangi satu persatu kelas. Dulu selalu ada irul yang memberi tahu ruangan baru kami secara detail. Sekarang dia sudah selesai dan menjadi sarjana, bagaimana caranya?

Sesampai dikampus hujan sudah reda gua mengarah ke receptionist,

"mbak saya mau tanya bagaimana ya caranya saya tahu ruangan?"

"memangnya mas mahasiswa yang baru masuk?" Tanya perempuan cantik receptionist dengan suara medog khas jawa tengah. Gua mengangguk,

"mas coba ke TU aja, nanti disana ada kok daftar ruangannya." solusi cerdas, otak gua sudah terlanjur buntu menghadapi dunia perkuliahan. Gua meneruskan semua ini hanya untuk sebuah gelar, untuk sebuah kebanggaan, sebuah tanggung jawab karena gua sudah menghabiskan banyak uang abang serta kakak ipar gua selama 4 tahun untuk hasil kini terbengkalai.

"Pak,  saya mau tanya ruangan." Pada seorang pria gemuk berkacamata. Orang TU rata-rata semua jutek buat gua segan untuk banyak bertanya, apa mereka harus begitu. Coba sedikit ramah pasti menyenangkan pelayanan mereka. Beban kerja atau apalah buat mereka jadi seperti itu,

"S3D, S1G,S7A,S7L." gua langsung menyebutkan nama kelas yang gua tuju,

"441,641,411,431." Gua mencatat nama ruangan kemudian setengah berlari menuju gedung 4 lantai 4 ruang 1, jam 19.00 berlalu, gua sudah telat.

"Benar ini mata kuliah kalkulus 1 ya?" Gua bertanya pada seorang gadis yang sedang asyik mengobrol dengan teman-temannya.

"he-eh, eh bukan, kalkulus 3 ini." jawabnya. Gua salah berarti,

"Oke terimakasih." kemudian gua keluar kelas. Mengganti sendal jepit dengan sepatu karena hujan tadi. Gua kembali mengecek kertas jadwal lagi, ternyata memang kalkulus 3 di kelas S3D bukan kalkulus 1 besok baru kalkulus 1. Gua kembali masuk kelas,

"Oh iya ada nomor ketua kelasnya enggak buat tanya-tanya jadwal." Gua kembali bertanya pada gadis tadi.

"Boleh 0-8-2-x-xxxx-xxxx, namanya fidul." jawab gadis tersebut. Gua kembali berterimakah kemudian mencari kursi kosong bagian paling depan. Dosen belum datang, semua orang asyik bicara pada masing-masing temannya, sedang gua hanya duduk seorang diri dibangku bagian depan tanpa seorangpun menemani. Sepi ditengah keramaian, rasanya gua sedang berada disebuah hutan mereka hanya pepohonan sedang gua cuma bisa melirik sedikit kekiri dan kanan untuk melihatnya. Sekeliling begitu sepi. Gua mulai mengerti betapa penting teman-teman dikelas gua dulu, bersama mereka tidak kecanggunggan, tanpa mereka gua hanya sebuah butiran diantara yang lain.

Dosen datang, gua menghampirnya dosen muda untuk mata kuliah kalkulus 3,

"Bu saya ngulang di mata kuliah kalkulus 3," Gua langsung menyampaikan kehadiran gua dikelas ini.

"Nama kamu siapa?"

"Putra Afriansyah bu."

"Dosen sebelumnya siapa?"

"Siapa ya, lupa bu."

"Cewe atau cowo?"

"Mungkin cewe bu,"

"mungkin? yaudah oke kamu duduk aja." perintahnya, dosennya saja gua lupa. Disitu gua mulai terpikir betapa tidak seriusnya gua. Pelajaran dimulai sin, cos, tan, eksponen, dll apa ini gua tidak mencintai mata kuliah ini buat gua kesulitan menjalaninya. Gua berusaha membuka mata memperhatikan sejenak tapi apa ini? Hati sedikitpun tidak menyukai mata kuliah ini walaupun dosen kali ini rasanya lebih baik.

Sejam rasa seharian menunggu mata kuliah kalkulus 3 selesai. Gua memang tidak mencintai mata kuliah ini, jadi gua tidak memiliki kemampuan untuk berjuang menjadi bisa pada mata kuliah ini.

Akhirnya usai juga, selanjutnya adalah kelas S7A di ruang 411 untuk mata kuliah etika profesi, dimana gua mengikuti ujian susulan namun nilai tidak muncul. Ada rasa kecewa tapi mau bagaimana? Gua sudah berusaha menghubungi dosen, gua sudah berusaha mendatangi prodi, gua sudah berputar-putar dibuatnya kesana-kesini dengan hasil nihil. Entah siapa yang lalai? siapa yang salah? Kenyataannya gua harus mengulang mata kuliah tersebut hari ini.

Saat masuk kelas, dosen yang masih sama untuk mata kuliah yang sama. Gua kembali berjumpa dengan Bapak Ismaillah, dosen mata kuliah etika profesi disemester 7 yang lalu. Suatu kebetulan, sebelumnya gua terus menanyakan dikelas mana bapak ismaillah ditempatkan karena gua pasti lebih mudah mendapatkan nilai karena dia telah berjanji.

Perkuliahan dimulai mata gua malah tidak bisa berkompromi, gaya mengajar yang khas dari pak ismaillah ialah mengajak mahasiswa untuk berdiskusi serta saling lempar tanya kali ini temanya adalah filsafat etika. Mata tertutup, gua hanya mendengarkan materi secara samar-samar. Lelah rasanya, karena malam kemarin gua futsal sampai pukul 23:30, baru terlelap pada 01:00. Bangun pukul 5, ini hari pertama gua full buka pagi ada di counter. Wajar jika kantuk datang menyerang apalagi suasana mendukung.

"Kamu tampak lelah tadi." Sapa pak Ismaillah kala kami berjumpa diluar kelas usai mata kuliahnya.

"iya pak, enggak tau matanya ga bisa diajak kompromi."

"Pekerjaan kamu apa?" tanyanya lagi.

"Saya jaga counter pak,"

"usaha sendiri?" timpanya

"Alhamdulillah baru mulai pak."

"Artinya kamu tidak terlalu butuh nilai bagus untuk lulus bukan?" dia menebak, yang terpenting buat gua saat ini adalah lulus dan gelar sarjana itu saja. Gua mengangguk,

"Bagaimana kalau saya kasih kamu keringanan. Kamu boleh tidak hadir dimata kuliah saya agar kamu fokus kerja atau mengejar nilai mata kuliah lain syaratnya kamu harus dua presentasi sendiri dikelas. Sekali sebelum UTS, sekali setelah UTS bagaimana kamu berani?"  Gua mengangguk. Lumayan 11 pertemuan gua tidak perlu hadir. Boleh juga.

"Oke kamu punya whatsapp saya? Nanti saya kirim judul materi via whatsapp." Katanya lagi.

"Baiklah sehat dan sukses selalu putra." Diakhir pertemuan pak Ismaillah selalu mendoakan orang yang dia jumpai. Sebuah sikap positif, gua wajib menirunya.

Gua merapikan jaket, mengambil masker lalu ke parkiran. Menarik gas panjang untuk pulang.

Minggu, 18 September 2016

Nikah itu Mudah, Syarat Tambahan yang Menyulitkan

Besok hari libur, orang-orang akan bersiap untuk menyusun rencana weekend mereka. Membuat janji, mencari lokasi tujuan, dan persiapan lainnya. Sementara gua masih disini di warung pojok dengan segelas es susu teman terbaik untuk sore penat. Sales-sales masih ramai berkumpul di warung pojok, warung emak begitu kami menyapanya. Sejak kemarin gua berada dicawang, merapikan tempat yang akan dijadikan counter. Counter yang harusnya mulai beroperasi sejak tanggal 10 kemarin sampai tanggal 17 masih belum juga dimulai. Ada banyak uang yang terlewat, sedang tanggal 10 harus dibayar lagi.

Semua mulai berkumpul bang kipot, bang itur, bang olik, bang yud, gading, dan yang lainnya. Jika sudah kumpul maka tidak ada lain yang kami lakukan. Colokan panjang sudah dibawa, laptop sudah dibawa, stick ps juga sudah dibawa. Semua siap,

"Gelar-gelar jangan kelamaan." Bang kipot membuka pembicaraan sore ini ditengah, orang-orang yang sedang asyik dengan gadget mereka. Sales yang masih ramai buat kami bergeser ke bagian bawah warung tempat para calon TKI ngekost menunggu jadwal berangkat.

"yaudah ayo, ding pasang ding. Kita mulai langsung." Gua menyuruh gading menyambungkan colokan kedalam kamar kost untuk mendapatkan aliran listrik. Kami duduk pada tempat yang menampung tiga orang. Gua mengambil posisi untuk memulai pertarungan ini. Real Madrid dengan Ronaldonya ada klub favorit gua ketika main PS, bang kipot dengan PSG nya. Pertarungan sengit dengan sedikit psywar, gua kalah pada masa injury time. Mau tak mau gua harus bergeser meninggalkan singgasana kemudian bang olik mengisinya.

Malam menjelang teman-teman yang lain datang, bang Black yang lama tidak ada kabar muncul lagi dengan dandanan berbeda, keren abis. Tidak berapa lama, ada kawan yang lebih lama lagi tidak berjumpa. Bang Alung dia datang dari lombok lama sekali kami berpisah. Terakhir gua berjumpa saat berangkat ke lombok tahun pertengahan 2012 sedang kini sudah akhir 2016, empat tahun sudah gua tidak bertemu dan lebih 6 tahun kawan-kawan lain tidak berjumpa. Syem, ael, bang ahur, awi, bang enal dan yang lain perlahan merapat. Semakin malam semakin ramai, kami hampir lengkap. Jika semua sudah berkumpul bisa jadi ini reuni akbar.

"Gelar-gelar, sambil nunggu." Bang Itur membuka pembicaraan sekembalinya dia dari warung membeli kartu gaplek. Kali ini ada pemain baru yang mengisi posisi panas panggung gaplek kami, perkenalkan ini dia Bapak pemilik warung. Bapak yang sudah berusia 60 tahunan, denga rambut dan kumis putih. Posisi lainnya disini bang Yud dan Gua sendiri, kami memulai permainan yang berleha-leha dengan waktu. Gua sudah selesai shalat isya jika tidak sampai malam nanti kami tak akan sempat untuk shalat jika sudah duduk ditempat ini.

Bapak warung luar biasa hampir selalu dia yang menang dalam permainan malam ini. Sesekali gua mengisi posisi pemenang, kadang juga jadi pembagi kartu. Sampai pukul 10 bapak main kartu kemudian posisinya digantikan oleh ael,

"pakai helm ya, yang kalah pakai helm biar ada rasanya." bang Yud menantang kami, Bang enal asyik dengan stick ps ditangannya. Jika sudah berjumpa stick sejak bujang hingga saat kini sudah hampir punya anak dua, dia selalu bersemangat. Syem bersama bang Alung dan lainnya sedang bernostalgia tidak selalu mereka ada disini, seramai ini. Pekerjaan juga rumah yang berjauhan buat kami tidak seperti dulu lagi tiap hari bersama.

Bang awid rencana akan datang malam ini dengan proyektor buat nobar bigmatch chelsea lawan liverpool. Sejak tadi katanya OTW tapi sampai jam segini belum muncul juga. Dia pasti belajar dari bang kipot buat janji tapi selalu datang telat. Kami melanjutkan lagi permainan serta ngobrol ngalur-ngidul diwarung yang sudah tutup. Ael baru saja wisuda dia mengeluarkan uang selembar lalu. Menyuruh gading yang sedang menganggur untuk beli martabak, teh, dan kopi untuk menemani malam kami.

Gading sampai bersamaan dengan kak awid yang menggunakan Grab untuk sampai ke pojok. Waktu sudah hampir pagi, sahel dan afwan sudah menyiapkan tv tabung untuk disambungkan ke nextmedia dan ditampilkan ke proyektor nanti. Sayangnya saat akan dicoba ternyata colokan penghubung tv sudah rusak dan tidak bisa digunakan lagi. Jadilah kak awid mencari cara agar rencana nobar tetap berlanjut karena pertandingan akan segera dimulai. Kebetulan kak awid ada bolt yang digunakan untuk streaming pertandingan. Berhasil pertandingan juga sudah dimulai, pertandingan berjalan dengan sengit ael yang fans liverpool begitu berkobar. Apalagi kala lovren membawa liverpool unggul. Sayangnya ditengah babak kuota abis, gua jual pulsa coba mengirim pulsa bolt kak awid tapi jaringan kurang bagus. Akhirnya gua rebahan dibangku warung. Bang olik sudah lelap lebih dulu begitu juga dengan ael. Gua juga terlelap!! Selamat malam jakarta.

Tidur asal-asalan malam tadi buat gua tidak puas, mata masih menahan kantuk namun pukul 05:00 warung sudah mulai buka. Gua dan yang lainnya numpang subuh dikamar emak, kemudian kami kembali duduk dimeja yang sudah dirapikan. Pesan teh, susu, kopi pagi ini emak berbaik hati menyajikan pisang goreng dan singkong untuk kami. Lumayan menjadi teman pagi, pukul 07:00 gua pergi ke asrama untuk numpang tidur. Kantuk yang datang langsung melelapkan gua saat tubuh baru saja rebah dikasur.

"Jadi ke depok kaga lu, ayo jalan sekarang. Afwan udah jalan tuh." Bang Itur datang membangunkan gua.

Waktu pukul 10:30, gua sudah janji pada temon akan hadir pada pernikahan dia. Nikah! Nikah! Nikah! Bahasan diatas sebelumnya sebenarnya tidak penting tapi teman-teman gua seluruhnya adalah yang terpenting. Bahasan tentang pernikahan adalah point penting dalam tulisan gua kali ini.  Gua memang belum terlalu tua tapi kata nikah cepat sekali menanjap dihati. Hampir semua teman seangkatan di SMK sudah menikah. Kali ini temon memecahkan rekor sebagai teman sekelas laki-laki pertama yang menikah. Padahal dulu dia paling kecil juga masih muda, tak pernah berkoar tentang pernikahan. Lebih terlihat hanya bermain-main pada cinta, tapi jodoh itu siapa yang tahu.

Lebaran kemarin gua berjumpa dengan andika yang mengeluarkan biaya pernikahan yang cukup besar untuk melangsungkan pernikahan. Tapi setelah menikah baru dia menyadari walau tidak menyesali akan acara yang terlalu meriah pada pernikahannya.

"Satu hal penting sebelum nikah, kau harus mempersiapkan hal-hal kecil dulu untuk hidupmu setelah pernikahan. Sebab apa, yang dulu aku kira mudah macam perkakas rumah dan lain-lain itu ternyata setelah menikah menyiapkan semua itu jadi terasa berat. Sekarang nih liat aku, kesulitan menyiapkannya. Pesan aku pada kau, kalau menikah jangan terlalu mewah juga, kalau memang mau mewah siapkan saja hal-hal sepele untuk hidup setelah pernikahan." Pesan andhika pada gua dengan gayanya yang tegap dan bijak seperti para politikus. Dia memang seorang kawab yang hebat dalam berorganisasi sejak SMP sampai perguruan tinggi selalu jadi ketua organisasi di tempatnya berada. Kini dia masih menjadi orang penting untuk organisasi pemuda sebatan F2U, organisasi bagi pemuda yang melakukan banyak kegiatan sosial untuk bencana dan sebagainya.

"nikah itu ga perlu mahal, kalau yakin dan ada jodohnya nikah aja. Kalau nunggu supaya bisa bikin mewah gajadi-jadi ntar nikahnya. Rejeki itukan bakal dikalilipatkan setelah nikah." Pesan bang Yud kala kami dalam perjalanan ke Sumedang.

Banyak sekali sebenarnya wejangan dari orang-orang tentang pernikahan namun dikepala gua terus saja menekankan sebuah pernyataan,

'lu harus punya rumah dulu, punya usaha yang bisa menyokong ekonomi keluarga, bila perlu punya mobil sebagai kendaraan keluarga nanti baru lu nikah. Emang lu mau liat anak-istri lu ntar susah. Jangan sampai mereka kayak lu, hidup susah.' bisikan ini terus terngiang setiap kali memikirkan sebuah pernikahan. Mungkin karena pemikiran yang seperti inilah yang buat gua terus-terusan gagal menjalin percintaan. Hati gua sebenarnya cuma ingin mengenal satu wanita kemudian langsung menikah tapi, perjalanan telah buat gua terjebak untuk mudah jatuh hati lalu pergi atau ditinggalkan. Layaknya lagu The Rain gua jadi terlatih patah hati.

Setelah mandi dan bersiap, hari ini gua terpaksa salah kostum datang ke pernikahan temon. Batik atau kemeja gua lupa bawa, jadi gua datang hanya dengan kaos reglan yang gua buat bersama teman-teman warung pojok. Sesampai di tanjung lengkong dengan sedikit mencari gua sampai ke lokasi pernikahan temon. Sampai di pagar ayu, banyak orang yang datang tapi kenapa buku tamu belum terisi. Gua jadi orang pertama yang mengisi buku tamu.

Dipelaminan belum ada temon ataupun istrinya, gua memperhatikan sekeliling. Banyak orang sedang menyantap hidangan.

"Woy ngapain lu pagi-pagi amat dateng kemari." Seorang pria dengan wajah baby face menyapa gua dari belakang. Mungkin karena menatap gua yang seperti sedang mencari sesuatu.

"Lah ngapain lu disini bukannya keatas, gua cariin juga lu." Si pemilik hajatan ternyata belum naik ke pelaminan.

"duduk depan situ aja, ayo duduk situ aja. Gua baru selesai ini. Makan dulu ayo nyendok ndiri dah. Duduk situ aja." Temon menarik tangan gua. Ada beberapa tatapan dari tamu lainnya mungki karena melihat gua yang terlalu santai datang ke pernikahan temon. Hari ini dia tampak gagah dengan pakaian adat jawa serta keris dipinggang. Gua belum sempat membayangkan jika suatu saat akan tampil demikian. Target yang gua canangkan dalam kepala belum juga tercapai, jadi bayangan pernikahan belum tampak juga.

"rajin banget lu jam segini udah sampe aja. Acaranya kan belum dimulai. " sambung temon lagi.

"Iya mon gua mau balik ke depok jadi gua dateng awal aja biar bisa balik cepet. Lah itu rame undangan, tapi kenapa buku tamu kagak ada yang ngisi. " sudah beberapa hari gua belum pulang.

"itu keluarga semua mad, undangan belum pada dateng. Lu orang pertama yang ngisi buku. " gua mengangguk, salah kostum buat gua risih, memperhatikan sekeliling lalu risih lagi.

"jadi terpukul gua mon dateng ke nikahan lu.' Sambil tertawa gua sampaikan.

"Kenapa emangnya mad?" Tanya temon dengan ciri khasnya yang selalu tersenyum sambil bicara.

"Jelaslah, dulukan! lu paling kecil, paling muda, gonta-ganti cewek mulu lagi. Bikin ga percaya aja lu malah ngeduluin yang laen." Setengah nada kesal, setengah bercanda. Tapi sedikit serius gua bergumam.

"Jodohnya udah dapet mad." Anak ini selalu tampil cool, seperti penyanyi favoritnya bondan prakoso, menariknya lagi wajah serta postur tubuh juga mirip.
Gua dipanggil mamad ketika SMK ini semua karena iwe, dia yang pertama kali memanggil gua dengan nama mamad.

"iyan, diatas kamu. Tamu udah pada dateng. " Salah seorang anggota keluarga mengingatkan temon yang asyik bicara dengan gua, benar juga. Pengantin malah dibawah,

"Oke mon gua mau balik juga selamat ya. Teh selamat ya. " Gua menyalami temon serta istrinya kemudian berpaling. Gua harus mengejar cita-cita gua untuk sebuah pernikahan nanti. Semoga gua berhasil, padahal syarat nikah tidak pernah memberatkan gua hanya saja target pribadi memaksa gua.

Gua akan menikah pada waktu dan jodoh yang tepat, membina rumah tangga yang menuntun gua ke syurga. Gua tidak ingin keluarga menderita, menderita karena harga menderita karena ketidaktahuan akan pemahaman agama. Gua harus memperbaiki keduanya. Menikah mudah, menjalani kehidupan selepas pernikahanlah episode sebenarnya. Gas motor gua kencangkan lagi kembali ke asrama untuk melanjutkan tidur bersantai sekedar menunggu kedatangan adji yang membawa motor untuk pulang ke depok.