Sabtu, 08 Oktober 2016

Penguasa yang Terpeleset Lidahnya

Kesalahan Seorang pemimpin yang tidak mengerti Al-Quran kemudian membantahnya dengan kata-kata "bodoh",  penguasa tersebut menganggap jika ayat Al-Quran yang menjadi kewajiban untuk ditaati bagi muslim itu layaknya ucapan manusia yang dituliskan ke media untuk memprotes dirinya. Berulangkali kata-kata lawan politik berhasil dia patahkan, dia kalahkan, dia buat bertekuk lutut. Sebuah prestasi yang luar biasa, tapi satu hal yang telah membuat dia tenggelam dalam lubang yang beliau gali sendiri, keangkuhan, kesombongan, merasa paling benar sendiri diantara yang lainnya telah mencelakakan dirinya sendiri. Pada akhirnya beliau terpeleset juga oleh lidah yang sepanjang dirinya berkuasa banyak mengeluarkan kata-kata kotor, menyalahkan orang lain, tidak pernah sekalipun kita mendengar pengakuan akan kesalahan dirinya.

Al-Maidah ayat 51, akhirnya blunder yang dilakukan seorang penguasa telah membukakan mata ummat muslim tanah air untuk mempelajari Al-Quran walau hanya satu ayat, penulis pun merasakan hal yang sama. Sadarilah jika sudah terlalu banyak perbuatan yang melenceng dari aturan maka akan ada peringatan yang datang dengan berbagai cara dan beginilah salah satu cara Allah mengingatkan kita,

"Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang Yahudi dan Nasrani menjadi pemimpin-pemimpin (mu); sebahagian mereka adalah pemimpin bagi sebahagian yang lain. Barang siapa di antara kamu mengambil mereka menjadi pemimpin, maka sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang lalim." Ayat ini telah menjadi tembok besar yang menghalangi jalan akan hausnya si penguasa terhadap kekuasaan. Mungkin dia berpikir bisa melawan tembok besar tersebut dengan lidahnya, sayangnya manusia itu hanya hamba yang diperintahkan untuk bersujud dan meminta. Dia lupa bila dirinya hanya manusia biasa, dia lupa akan kodratnya.

Kita diingatkan karena telah lama jauh dari Al-Quran, maka blunder penguasa itu memaksa kita untuk mengkajinya. Jika masih ada ummat muslim yang memilih penguasa tersebut nantinya, maka patut dipertanyakan dimana ketaatannya kepada Allah Subhana Wata'ala, Allah yang telah memberikan kesempatan kita untuk bernafas sepanjang hari, menyediakan rezeki-rezeki dimuka bumi dengan bebas kita memetiknya sepanjang waktu. Kita pertanyakan hati-hati mereka?

Beberapa hal yang bisa kita pelajari dari surat Al-Maidah ayat 51 yang belakangan jadi perbincangan khalayak dan menyebabkan tertimbunnya sebuah kesombongan seorang penguasa, dia salah mengira dan terlalu menganggap remeh firman Allah Subhana Wata'ala.

Yang pertama, hapus kesombongan dalam diri kita. Sombong akan memberikan kita akhirnya yang pahit, dihindari banyak orang, bahkan dimusuhi manusia lain. Murka Tuhan juga akan turun, kesombongan pada titik akhirnya juga akan menjadikan si pemiliknya merasa lebih tinggi dari Tuhan, seperti yang telah Fir'aun perbuat di masa lalu.

Yang kedua, kita yang perlahan menjauh dari Al-Quran diingatkan untuk kembali membacanya, mengkajinya, menjadikannya kembali sebagai pedoman hidup. Al-Quran seringkali sampai lusuh dan berdebu di dalam rumah-rumah kita, akibat lama tidak tersentuh. Bahkan ada juga rumah-rumah yang didalamnya tidak kita temui Al-Quran, miris rasanya. Kini anak-anak kita lebih gemar melafalkan nyanyian daripada mengucapkan ayat-ayat suci Al-Quran. Mereka terlena dengan segala kegiatan yang berleha-leha, padahal ujungnya hanya sebuah kesia-siaan.

Yang ketiga, kita jadi faham tatacara memilih pemimpin dalam Islam. Selama ini banyak tukang ojek, pedagang kaki lima yang tidak mengerti agama saling berdebat tentang si penguasa yang lidahnya baru saja terpeleset. Mereka yang membela berkobar-kobar membeberkan prestasi-prestasi tanpa menengok kesalahan pujaannya, sedangkan orang yang membantah tidak begitu kuat dengan argumen-argumennya, sehingga tidak ada penyelesaian dari perdebatan yang berakhir dengan kesia-siaan.

Seringkali diantara mereka terjadi pertengkaran, dan hari ini sudah seharusnya perdebatan dan pertengkaran mereka berakhir karena Allah Subhana Wata'ala telah menunjukkan kebenaran. Menunjukkan cara memilih pemimpin yang benar. Syaratnya yang jelas sudah dibuka sendiri orang si penguasa yang baru saja terpeleset lidahnya, jangan kita memilih pemimpin dari golongan yang lain selain Islam, karena mereka adalah pemimpin untuk golongannya. Kalau masih ada yang mendukung maka hati mereka benar-benar telah digelapkan oleh tipu daya dunia.

Maka pantaslah kain kafan disematkan pada tubuh mereka seperti ucapan Buya Hamka,

"Jika GHIRAH telah hilang dari hati, gantinya hanya satu, yaitu KAIN KAFAN tiga lapis. Sebab hilangnya GHIRAH sama dengan mati." begitulah yang Buya Hamka sampaikan, sekarang marilah kita mulai berpikir dan merenungi bagaimana hati kita tidak tersentuh sedikitpun saat kitab suci kita, agama kita, keyakinan kita dilecehkan. Mari cerdas, mari kembali kepada Al-Quran sebagai pedoman. Mari munculkan kembali GHIRAH dalam hati kita.



Tidak ada komentar: