Rabu, 21 September 2016

Cara Melawan Kebencian Orang Lain

Seorang teman datang, kemudian kami duduk bersama. Berbicara banyak hal ditemani dengan berbagai canda-tawa. Sampai pada tema dimana suasana jadi serius tak ada lagi tawa,

"Hei kemarin ada yang ngomongin lu kaya gini, bla bla bla...." Gua menanggapi dingin meski sedikit terpancing. Memang gua butuh mendengar kritik orang lain disatu sisi orang lain terlalu keras dalam mengkritik membuat gua seringkali terpancing untuk meluapkan balik kritikan tersebut, dulu memang namun sekarang gua sudah berusaha untuk mengambil keputusan cerdas dari kritikan serta omongan dibelakang yang seringkali menghancurkan optimisme yang telah gua bangun.

Beberapa hal yang akan gua lakukan untuk membalas kritikan serta omongan buruk dibelakang,

Pertama, ketika berjumpa gua selalu memberikan senyuman termanis, wajah terakrab. Setiap perjumpaan gua lakukan hal tersebut agar mereka melakukan hal sama meskipun dalam sandiwara. Mudah-mudahan mereka lupa jika sedang bersandiwara baik ke gua, sehingga muncul kebaikan yang tulus.

Kedua, awalnya memang gua terpancing untuk marah namun sesaat setelahnya gua berpikir jika gua marah kemudian membongkar balik atau menebarkan kebencian serta mengajak lawan bicara untuk membencinya juga. Lalu apa bedanya gua dengan dia yang membenci gua mungkin juga membenci orang lain? Kalahkan kebencian mereka dengan prestasi terbaik. Gua terus membangun diri, merubah diri jadi lebih baik dan lebih baik. Bungkam mulut-mulut mereka dengan apa yang mereka takutkan, yaitu salah dalam menyampaikan keburukan kepada banyak orang. Perlahan jika kita sudah sukses mereka akan datang mengendap berpura lupa lalu menjilat. Kamu akan paham jika suatu saat mencapainya nanti, gua pernah melihat beberapa kejadian pada orang-orang sukses. Apa yang orang bilang jika benar maka gua harus insropeksi diri jika salah biarkan itu terhitung fitnah, yakinlah jika kebenaran akan terlihat jika tidak sekarang maka besok, tidak besok maka lusa.

Ketiga, jika memang omongan tersebut sudah benar-benar membuat gua gerah. Gua hanya perlu menghampiri si pembaca berita keburukan diri gua. Lalu berbicara empat mata permasahannya, maka yakin 100% dia akan jadi salah tingkah lalu pergi menjauh dari peredaran. Menjaga jarak karena rasa bersalahnya sampai waktu yang tidak ditentukan. Biarkan saja, gua tidak perlu meminta maaf telah membuat dia menjauh. Tapi dia tidak akan pernah minta maaf karena gengsi yang digenggam erat. Gengsilah yang menghancurkan diri. Maka benar kata Alm. Bob sadino, bergayalah sesuai isi kantong.

Keempat, acuhkan saja omongan mereka karena ketika kita menanggapinya berapa banyak waktu yang bisa kita gunakan untuk menggapai sebuah kesuksesan terbuang percuma meladeni mereka yang tidak penting. Biarkan mereka asyik dengan kedengkiannya, perlahan akan tenggelam pada kegagalan, penyesalan, kekecewaannya sendiri. Biarkan mereka berenang dalam lautan kata kebencian, disaat yang sama kita sedang meniti tangga yang melelahkan. Biarkan tetesan keringat menjawab lautan kata yang percuma.

Pada intinya mereka yang terlalu banyak membicarakan orang lain adalah mereka yang kurang aktivitas sehingga mengisi waktu luang dengan menebarkan kebencian. Salahnya disini, seharusnya waktu luangnya diisi dengan kebaikan sayangnya jika sekali terjebak hal itu akan menjadi candu asal tahu penyakit ini bisa saja menular. Waspadalah, tahan diri lalu berpikir cerdas.

Tidak ada komentar: