Hei, hei melihat wajah mu
Ada kesepian yang menghujam
Betapa perihnya rongrongan hati yang terusir
Seringkali datang, berjuang kecil, lalu ditendang
Hei, hei wajahmu itu, menyesakkan hembusan nafas
Tiap kali bersua, mengapa denyut nadi tidak biasa?
Mendung hari ini bukan karena cuaca tapi engkau tertawa dengannya
Senyumanmu terlalu banyak engkau semai, buat banyak yang salah sangka
Hei, deruan pagi tidak berembun ini begitu sesak
Aku diibukota yang lega, kau tau betapa mewah dan bergairahnya kota?
Tapi aku lunglai di sekumpulan puntung rokok, Sampah jalanan,
Sesak memang, habis sudah kata-kata, hati sepi, berlari dengan deru kendaraan pagi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar