Minggu, 18 September 2016

Nikah itu Mudah, Syarat Tambahan yang Menyulitkan

Besok hari libur, orang-orang akan bersiap untuk menyusun rencana weekend mereka. Membuat janji, mencari lokasi tujuan, dan persiapan lainnya. Sementara gua masih disini di warung pojok dengan segelas es susu teman terbaik untuk sore penat. Sales-sales masih ramai berkumpul di warung pojok, warung emak begitu kami menyapanya. Sejak kemarin gua berada dicawang, merapikan tempat yang akan dijadikan counter. Counter yang harusnya mulai beroperasi sejak tanggal 10 kemarin sampai tanggal 17 masih belum juga dimulai. Ada banyak uang yang terlewat, sedang tanggal 10 harus dibayar lagi.

Semua mulai berkumpul bang kipot, bang itur, bang olik, bang yud, gading, dan yang lainnya. Jika sudah kumpul maka tidak ada lain yang kami lakukan. Colokan panjang sudah dibawa, laptop sudah dibawa, stick ps juga sudah dibawa. Semua siap,

"Gelar-gelar jangan kelamaan." Bang kipot membuka pembicaraan sore ini ditengah, orang-orang yang sedang asyik dengan gadget mereka. Sales yang masih ramai buat kami bergeser ke bagian bawah warung tempat para calon TKI ngekost menunggu jadwal berangkat.

"yaudah ayo, ding pasang ding. Kita mulai langsung." Gua menyuruh gading menyambungkan colokan kedalam kamar kost untuk mendapatkan aliran listrik. Kami duduk pada tempat yang menampung tiga orang. Gua mengambil posisi untuk memulai pertarungan ini. Real Madrid dengan Ronaldonya ada klub favorit gua ketika main PS, bang kipot dengan PSG nya. Pertarungan sengit dengan sedikit psywar, gua kalah pada masa injury time. Mau tak mau gua harus bergeser meninggalkan singgasana kemudian bang olik mengisinya.

Malam menjelang teman-teman yang lain datang, bang Black yang lama tidak ada kabar muncul lagi dengan dandanan berbeda, keren abis. Tidak berapa lama, ada kawan yang lebih lama lagi tidak berjumpa. Bang Alung dia datang dari lombok lama sekali kami berpisah. Terakhir gua berjumpa saat berangkat ke lombok tahun pertengahan 2012 sedang kini sudah akhir 2016, empat tahun sudah gua tidak bertemu dan lebih 6 tahun kawan-kawan lain tidak berjumpa. Syem, ael, bang ahur, awi, bang enal dan yang lain perlahan merapat. Semakin malam semakin ramai, kami hampir lengkap. Jika semua sudah berkumpul bisa jadi ini reuni akbar.

"Gelar-gelar, sambil nunggu." Bang Itur membuka pembicaraan sekembalinya dia dari warung membeli kartu gaplek. Kali ini ada pemain baru yang mengisi posisi panas panggung gaplek kami, perkenalkan ini dia Bapak pemilik warung. Bapak yang sudah berusia 60 tahunan, denga rambut dan kumis putih. Posisi lainnya disini bang Yud dan Gua sendiri, kami memulai permainan yang berleha-leha dengan waktu. Gua sudah selesai shalat isya jika tidak sampai malam nanti kami tak akan sempat untuk shalat jika sudah duduk ditempat ini.

Bapak warung luar biasa hampir selalu dia yang menang dalam permainan malam ini. Sesekali gua mengisi posisi pemenang, kadang juga jadi pembagi kartu. Sampai pukul 10 bapak main kartu kemudian posisinya digantikan oleh ael,

"pakai helm ya, yang kalah pakai helm biar ada rasanya." bang Yud menantang kami, Bang enal asyik dengan stick ps ditangannya. Jika sudah berjumpa stick sejak bujang hingga saat kini sudah hampir punya anak dua, dia selalu bersemangat. Syem bersama bang Alung dan lainnya sedang bernostalgia tidak selalu mereka ada disini, seramai ini. Pekerjaan juga rumah yang berjauhan buat kami tidak seperti dulu lagi tiap hari bersama.

Bang awid rencana akan datang malam ini dengan proyektor buat nobar bigmatch chelsea lawan liverpool. Sejak tadi katanya OTW tapi sampai jam segini belum muncul juga. Dia pasti belajar dari bang kipot buat janji tapi selalu datang telat. Kami melanjutkan lagi permainan serta ngobrol ngalur-ngidul diwarung yang sudah tutup. Ael baru saja wisuda dia mengeluarkan uang selembar lalu. Menyuruh gading yang sedang menganggur untuk beli martabak, teh, dan kopi untuk menemani malam kami.

Gading sampai bersamaan dengan kak awid yang menggunakan Grab untuk sampai ke pojok. Waktu sudah hampir pagi, sahel dan afwan sudah menyiapkan tv tabung untuk disambungkan ke nextmedia dan ditampilkan ke proyektor nanti. Sayangnya saat akan dicoba ternyata colokan penghubung tv sudah rusak dan tidak bisa digunakan lagi. Jadilah kak awid mencari cara agar rencana nobar tetap berlanjut karena pertandingan akan segera dimulai. Kebetulan kak awid ada bolt yang digunakan untuk streaming pertandingan. Berhasil pertandingan juga sudah dimulai, pertandingan berjalan dengan sengit ael yang fans liverpool begitu berkobar. Apalagi kala lovren membawa liverpool unggul. Sayangnya ditengah babak kuota abis, gua jual pulsa coba mengirim pulsa bolt kak awid tapi jaringan kurang bagus. Akhirnya gua rebahan dibangku warung. Bang olik sudah lelap lebih dulu begitu juga dengan ael. Gua juga terlelap!! Selamat malam jakarta.

Tidur asal-asalan malam tadi buat gua tidak puas, mata masih menahan kantuk namun pukul 05:00 warung sudah mulai buka. Gua dan yang lainnya numpang subuh dikamar emak, kemudian kami kembali duduk dimeja yang sudah dirapikan. Pesan teh, susu, kopi pagi ini emak berbaik hati menyajikan pisang goreng dan singkong untuk kami. Lumayan menjadi teman pagi, pukul 07:00 gua pergi ke asrama untuk numpang tidur. Kantuk yang datang langsung melelapkan gua saat tubuh baru saja rebah dikasur.

"Jadi ke depok kaga lu, ayo jalan sekarang. Afwan udah jalan tuh." Bang Itur datang membangunkan gua.

Waktu pukul 10:30, gua sudah janji pada temon akan hadir pada pernikahan dia. Nikah! Nikah! Nikah! Bahasan diatas sebelumnya sebenarnya tidak penting tapi teman-teman gua seluruhnya adalah yang terpenting. Bahasan tentang pernikahan adalah point penting dalam tulisan gua kali ini.  Gua memang belum terlalu tua tapi kata nikah cepat sekali menanjap dihati. Hampir semua teman seangkatan di SMK sudah menikah. Kali ini temon memecahkan rekor sebagai teman sekelas laki-laki pertama yang menikah. Padahal dulu dia paling kecil juga masih muda, tak pernah berkoar tentang pernikahan. Lebih terlihat hanya bermain-main pada cinta, tapi jodoh itu siapa yang tahu.

Lebaran kemarin gua berjumpa dengan andika yang mengeluarkan biaya pernikahan yang cukup besar untuk melangsungkan pernikahan. Tapi setelah menikah baru dia menyadari walau tidak menyesali akan acara yang terlalu meriah pada pernikahannya.

"Satu hal penting sebelum nikah, kau harus mempersiapkan hal-hal kecil dulu untuk hidupmu setelah pernikahan. Sebab apa, yang dulu aku kira mudah macam perkakas rumah dan lain-lain itu ternyata setelah menikah menyiapkan semua itu jadi terasa berat. Sekarang nih liat aku, kesulitan menyiapkannya. Pesan aku pada kau, kalau menikah jangan terlalu mewah juga, kalau memang mau mewah siapkan saja hal-hal sepele untuk hidup setelah pernikahan." Pesan andhika pada gua dengan gayanya yang tegap dan bijak seperti para politikus. Dia memang seorang kawab yang hebat dalam berorganisasi sejak SMP sampai perguruan tinggi selalu jadi ketua organisasi di tempatnya berada. Kini dia masih menjadi orang penting untuk organisasi pemuda sebatan F2U, organisasi bagi pemuda yang melakukan banyak kegiatan sosial untuk bencana dan sebagainya.

"nikah itu ga perlu mahal, kalau yakin dan ada jodohnya nikah aja. Kalau nunggu supaya bisa bikin mewah gajadi-jadi ntar nikahnya. Rejeki itukan bakal dikalilipatkan setelah nikah." Pesan bang Yud kala kami dalam perjalanan ke Sumedang.

Banyak sekali sebenarnya wejangan dari orang-orang tentang pernikahan namun dikepala gua terus saja menekankan sebuah pernyataan,

'lu harus punya rumah dulu, punya usaha yang bisa menyokong ekonomi keluarga, bila perlu punya mobil sebagai kendaraan keluarga nanti baru lu nikah. Emang lu mau liat anak-istri lu ntar susah. Jangan sampai mereka kayak lu, hidup susah.' bisikan ini terus terngiang setiap kali memikirkan sebuah pernikahan. Mungkin karena pemikiran yang seperti inilah yang buat gua terus-terusan gagal menjalin percintaan. Hati gua sebenarnya cuma ingin mengenal satu wanita kemudian langsung menikah tapi, perjalanan telah buat gua terjebak untuk mudah jatuh hati lalu pergi atau ditinggalkan. Layaknya lagu The Rain gua jadi terlatih patah hati.

Setelah mandi dan bersiap, hari ini gua terpaksa salah kostum datang ke pernikahan temon. Batik atau kemeja gua lupa bawa, jadi gua datang hanya dengan kaos reglan yang gua buat bersama teman-teman warung pojok. Sesampai di tanjung lengkong dengan sedikit mencari gua sampai ke lokasi pernikahan temon. Sampai di pagar ayu, banyak orang yang datang tapi kenapa buku tamu belum terisi. Gua jadi orang pertama yang mengisi buku tamu.

Dipelaminan belum ada temon ataupun istrinya, gua memperhatikan sekeliling. Banyak orang sedang menyantap hidangan.

"Woy ngapain lu pagi-pagi amat dateng kemari." Seorang pria dengan wajah baby face menyapa gua dari belakang. Mungkin karena menatap gua yang seperti sedang mencari sesuatu.

"Lah ngapain lu disini bukannya keatas, gua cariin juga lu." Si pemilik hajatan ternyata belum naik ke pelaminan.

"duduk depan situ aja, ayo duduk situ aja. Gua baru selesai ini. Makan dulu ayo nyendok ndiri dah. Duduk situ aja." Temon menarik tangan gua. Ada beberapa tatapan dari tamu lainnya mungki karena melihat gua yang terlalu santai datang ke pernikahan temon. Hari ini dia tampak gagah dengan pakaian adat jawa serta keris dipinggang. Gua belum sempat membayangkan jika suatu saat akan tampil demikian. Target yang gua canangkan dalam kepala belum juga tercapai, jadi bayangan pernikahan belum tampak juga.

"rajin banget lu jam segini udah sampe aja. Acaranya kan belum dimulai. " sambung temon lagi.

"Iya mon gua mau balik ke depok jadi gua dateng awal aja biar bisa balik cepet. Lah itu rame undangan, tapi kenapa buku tamu kagak ada yang ngisi. " sudah beberapa hari gua belum pulang.

"itu keluarga semua mad, undangan belum pada dateng. Lu orang pertama yang ngisi buku. " gua mengangguk, salah kostum buat gua risih, memperhatikan sekeliling lalu risih lagi.

"jadi terpukul gua mon dateng ke nikahan lu.' Sambil tertawa gua sampaikan.

"Kenapa emangnya mad?" Tanya temon dengan ciri khasnya yang selalu tersenyum sambil bicara.

"Jelaslah, dulukan! lu paling kecil, paling muda, gonta-ganti cewek mulu lagi. Bikin ga percaya aja lu malah ngeduluin yang laen." Setengah nada kesal, setengah bercanda. Tapi sedikit serius gua bergumam.

"Jodohnya udah dapet mad." Anak ini selalu tampil cool, seperti penyanyi favoritnya bondan prakoso, menariknya lagi wajah serta postur tubuh juga mirip.
Gua dipanggil mamad ketika SMK ini semua karena iwe, dia yang pertama kali memanggil gua dengan nama mamad.

"iyan, diatas kamu. Tamu udah pada dateng. " Salah seorang anggota keluarga mengingatkan temon yang asyik bicara dengan gua, benar juga. Pengantin malah dibawah,

"Oke mon gua mau balik juga selamat ya. Teh selamat ya. " Gua menyalami temon serta istrinya kemudian berpaling. Gua harus mengejar cita-cita gua untuk sebuah pernikahan nanti. Semoga gua berhasil, padahal syarat nikah tidak pernah memberatkan gua hanya saja target pribadi memaksa gua.

Gua akan menikah pada waktu dan jodoh yang tepat, membina rumah tangga yang menuntun gua ke syurga. Gua tidak ingin keluarga menderita, menderita karena harga menderita karena ketidaktahuan akan pemahaman agama. Gua harus memperbaiki keduanya. Menikah mudah, menjalani kehidupan selepas pernikahanlah episode sebenarnya. Gas motor gua kencangkan lagi kembali ke asrama untuk melanjutkan tidur bersantai sekedar menunggu kedatangan adji yang membawa motor untuk pulang ke depok.

Tidak ada komentar: