Rabu, 05 September 2012

KISAH BERSAMAMU


KISAH BERSAMA-MU (MATEMATIKA)_putra afriansyah

Matematika, aku sangat mencintai pelajaran ini. Semua teman sekelas dan guru-guru di SD-tempat sekolahku tahu jika aku adalah anak yang cerdas dipelajaran ini. Saat kelas 3 SD aku sudah bisa menjawab dengan pasti perkalian satu sampai sepuluh, kelas 4 SD aku sudah bisa menghafal rumus bangun ruang, kelas 5 aku benar-benar menguasai semua hal yang menyangkut matematika SD. Bahkan aku sempat dijadikan asisten guru saat pulang sekolah untuk mengajarkan perkalian kepada teman-teman yang belum lancar dalam pelajaran ini. Aku begitu bangga dengan pencapaian ini, sebenarnya aku bukan termasuk anak yang rajin, guru-guru lebih mengenal aku dengan anak yang jail dan pemalas tapi beruntung aku mendapatkan kecerdasan jadi mereka tidak terlalu fokus pada kenakalanku.
Itu dulu saat aku SD bisa menjadi bintang dikelas, tapi ketika pertama kali memegang buku matematika SMP. Rasa pesimis hadir, entah matematika apa ini, tak ada angka sama sekali yang ada hanya sekumpulan huruf yang harus dijadikan apa? Pertama kali belajar aku tak yakin aku bisa, ternyata aku bisa. Rasa cinta pada matematika kembali bersemi, guru menerangkan kemudian memberikan soal aku langsung bisa menjawab dengan benar. Aku suka berlama-lama mempelajari al-jabar, aku senang bermain-main dengan persamaan linier, dan rumus-rumus lainnya. Sampai hari dimana aku begitu memusuhi matematika karena dihari itu guru yang mengajari aku dengan gaya dan ciri yang orang lain tidak memiliki, menerangkan dengan santai mudah dicerna, dengan candaan tapi menghasilkan makna, dengan rumus singkat tapi jadikan kami berpredikat. Setelah dia pergi aku lebih suka tidur saat ada jam pelajaran matematika, aku lebih suka bercanda dengan teman-teman memaksimalkan kejahilanku dikelas daripada belajar, aku menjadi 180 derajat yang bukan diriku.
Aku lulus SMP dengan nilai matematika secukupnya sebagai syarat kelulusan saja. Permusuhan aku dengan matematika semakin menjadi saat beranjak ke SMA. Yang pertama membuat aku benci tingkah gurunya yang “tong kosong nyaring bunyinya”, menjelaskan rumus panjang lebar tak dimengerti hasilnya, salah sedikit marah membabibuta. Daripada terus mendengarkan rumus-rumus yang tak penting aku mencari teman yang se-faham dengan aku,
“woii, mending kita nongkrong dikantin biasanya banyak cewe-cewe nongkrong juga! Ayolah dari pada dengerin dia bisa-bisa pecah kepala kita” ajakku pada mereka. Kami tinggalkan ruangan kelas lalu nongkrong dikantin, hilangkan penat dengan menggoda gadis-gadis cantik lebih baik daripada bergurau dengan rumus yang membotakkan kepala. Seringkali aku dan kawan-kawan mendapatkan peringatan tapi kami sama sekali tak menggubrisnya. Sampai mereka mengancam akan menskorsing kami tapi tetap saja tidak menghasilkan apapun, rasa dalam hati kami sepertinya ‘kami akan berjuang memerangi matematika dengan gurunya sampai titik darah penghabisan’.
Ternyata tak selamanya aku membenci matematika, ketika datang seorang guru yang kembali membangkitkan kecintaanku pada matematika. Rasanya aku kembali bernostalgia pada matematika yang kucinta dulu. Memang benar tak selamanya kawan menjadi kawan, dan tak selamanya musuh menjadi musuh. Ada saatnya kawan menjadi lawan dan musuh menjadi teman. Guru muda, cantik, menjelaskan dengan singkat tapi masuk ke-otak, berbicara lembut tapi mengeraskan semangat kami untuk belajar, membuktikan jika matematika bukanlah musuh tapi kawan. Aku jatuh cinta lagi....
Namaku Putra Afriansyah lahir di Tembilahan, Riau 12 juli 1992. Aku memiliki hobi bermain Futsal (alhamdulillah udah ada hasilnya sedikit), membaca buku berlama-lama juga merupakan hobiku dan berpetualang (semoga bisa keliling Indonesia). Akun Fb aku Van Poetra Nyamuk dan Alamat e-mail putra.afriansyah@gmail.com, Motto : hidupku adalah simpan semua rasa dengan tulisan.

Tidak ada komentar: