Rabu, 05 September 2012

PEMILU DKI JAKARTA


Sebelas juli tepat hari dimana semua orang sibuk mencoblos para calon gubernur DKI Jakarta, Semua berbondong-bondong mendukung calon yang mereka pilih. Semua optimis calon masing-masing akan menang, jika kalah mereka akan menyalahkan pertama kesalahan penghitungan suara, kedua politik uang, ketika kecurangan ditiap TPS, dan banyak lagi alasan yang dilontarkan. Pantas saja negeri kita tidak pernah bisa maju karena kita tidak pernah memiliki orang-orang yang siap untuk mengakui yang menang dan siap untuk kalah. Berkali-kali sudah terjadi pemilu dan berkali-kali juga alasan klasik digunakan bahkan untuk beberapa daerah terkadang anarkis diutamakan karena tak rela calon yang disokong teryata kalah. Alasan dibalik semua itu tetap saja uang. Lirik ke Amerika serikat saat pemilihan presiden antara barrack obama dan john McCain mereka berperang kata-kata disaat kampanye, setelah obama terpilih apa ada kekacauan antara mereka. McCain mau mengaku keunggulan obama, terang saja amerika bisa menjadi Negara maju. Hal lainnya lihat Amerika pejabat mereka adalah orang-orang kaya yang sudah tidak lagi mencari uang dari dunia politik mereka, sedangkan dinegeri ini kita berusaha mencari utangan kesana-kemari untuk bisa menjadi dewan setelah itu baru menguras uang Negara untuk menggantinya dan mencari kekayaan itulah kenapa Negara kita begitu banyak terjadi korupsi karena orang-orang miskin yang mencari penghidupan yang berdiri disana. Sebelum menjadi pejabat hitung dulu kekayaan mereka, jika bisa dijamin mereka tidak akan korupsi maka pilihlah untuk menjadi pejabat.
Kali ini pemilihan gubernur untuk DKI Jakarta, kalian pilih mana? Dari yang tua sampai para anak narsis dumay-dunia maya membicarakan pemilu kali ini. Untuk saya sendiri mungkin sudah tidak lagi ada percaya dalam politik walau sedikit bangga pada beberapa calon tapi tetap saja banyak alasan untuk tidak percaya. Semua diawali dengan lima puluh ribu, maka dia akan terpilih, begitulah saat ini adanya. Hati nurani sebelah mana yang memilih uang lima puluh ribu bukan calon gubernur, hah! Pantas saja ada judul film alangkah lucunya negeri ini, karena memang lucu. Mereka memilih karena kertas biru yang berharga itu, setelah calon mereka terpilih dan tak berhasil mensejahterakan hidup mereka maka semua caci-maki akan keluar dipangkalan-pangkalan ojek, diterminal-terminal, dipasar-pasar, dimanapun ada tempat berkumpul caci maki akan menjadi santapan.
Ini negeri lucu bagaimana tidak sudah tahu setiap yang berjanji itu bohong tapi masih senang percaya, yang menang mereka yang berkuasa, karena mereka punya uang tuhan dinegeri ini. Urusan penyesalan mereka pikirkan saat mereka telah menjadi sampah terbuang dipinggir-pinggir jalan kota ini, tapi hebatnya mereka masih banyak orang-orang yang menanamkan kepercayaannya hingga ke awan saat jatuh mereka gila. Siapa yang akan terpilih itu adalah hak setiap warga. Mereka tahu mana yang baik yang bisa memimpin dan mana yang salah. Apa yang diharapkan dari janji-janji yang tidak pernah real, dari janji-janji yang sekian tahun, yang setiap pemilu diucapkan tapi realitas mana kita tidak merasakan, begitulah kata-kata orang kecil karena mereka hanya menilik dari kehidupan pribadinya. Tapi satu hal yang saya sadari berhasil dilingkungan saya adalah hilangnya banjir dibeberapa titik ditimur jakarta karena dibentuknya banjir kanal timur atau yang lebih dikenal dengan BKT, entah siapa yang punya ide itu tapi itu sudah berhasil, yang sangat membuat kecewa adalah monorel yang gagal sudah berapa uang yang dihabiskan untuk membangun tiang-tiang itu tapi diberhentikan ditengah jalan, coba disadari dari awal bila tidak yakin maka uang bisa digunakan untuk yang lebih penting dari sekedar berujicoba. Keputusan yang diambil oleh pejabat kita kenapa seperti sepak bola, harus ada ujicoba dulu berkali-kali baru mereka akan mengambil satu keputusan. Hitung berkali-kali ujicoba itu menghabiskan berapa dan sudah jadi apa yang diseriuskan. Jadi sekarang Pilih mana????????

Tidak ada komentar: