Kamis, 06 September 2012

TRADISI BURUK


Tradisi dalam pengertian yang paling sederhana adalah sesuatu yang telah dilakukan untuk sejak lama dan menjadi bagian dari kehidupan suatu kelompok masyarakat, biasanya dari suatu negara, kebuadayaan, waktu atau agama yang sama. Hal yang paling mendasar dari tradisi adalah adanya informasi yang diteruskan dari generasi ke generasi baik tertulis maupun lisan, karena tanpa adanya ini, suatu tradisi dapat punah. Jadi tradisi adalah sesuatu yang sudah mendarah daging. Saya Cuma mau bertanya tentang mengapa negara kita menjadi negara yang paling korup? Mengapa negara kita menjadi negara yang sulit bersatu? Jawabannya adalah karena tradisi, tradisi yang sudah menjamur. Kenapa harus menyalahkan tradisi karena memang karena tradisilah semua itu menjadi sulit hilang dan generasi penerus ini begitu mencintai tradisi ini dan tidak pernah ingin merubah tradisi ini bahkan mereka melestarikannya.
Jika tidak percaya liriklah napak tilas negara ini sejak beratus-ratus tahun yang lalu, dua tradisi buruk yang terus dipertahankan oleh negara ini. Jika bukan korup maka mereka berontak dalam segala hal. Kedua hal itu selalu berjalan seiring dan seirama selalu bersama untuk mencapai kehancuran yang diinginkan. Kita kembali ingat sejarah kemerdekaan negara ini, kita akan selalu bangga pada para hero negara ini yang telah memerdekakan negara kita dengan bambu runcing tapi nampaknya kita tidak pernah ingin membangun negara ini menjadi lebih baik bahkan senang dan masih tetap percaya pada bambu runcing sekalipun dunia sudah menuhankan tehknologi. Itu bukan masalahnya tapi saya selalu ingin mengatakan jika boleh saya iri dengan negara-negara tetangga yang mereka mendapatkan kemerdekaan hasil pemberian dari inggris mereka semua menjadi negara persemakmuran negara persaudaraan dengan inggris. Mereka dijajah secara cerdas bukan seperti kita dijajah dengan pembodohan yang sangat jelas. Setiap negara jajahan inggris selalu bisa bangkit dan mampu untuk maju. Sedangkan kita negara yang dijajah secara bodoh lihat saja hingga kini bekal itu masih ada dan tidak bisa hilang kita masih suka menggunakan kebodohan itu.
Belanda menjajah kita dengan cara membodohi bagaimana tidak sepasang saudara bisa bertengkar, ayah dan anak bisa menjadi musuh, kerajaan yang damai bisa rusuh, lihat cara politik mereka yang membodohi. Saya tidak pernah menyalahkan belanda namun generasi kita yang salah sudah sadar namun tidak pernah ingin menyadarkan diri kita akan semua kesalahan itu. Karena tradisi yang ditanamkan belanda itulah negara kita terbentuk, meskipun kita sudah merdeka dari penjajahan sadarkah bila kita belum bersih dari bayang-bayang sisa kotoran masa suram itu. Coba kita tilik ke masa kini tentang korupsi dan anarkisme yang ada dinegeri ini merupakan bekal lama yang abadi. Kenapa begitu? Tengoklah kebelakang bagaimana kerajaan-kerajaan yang ada dinegeri kita ini hancur karena perilaku belanda, dengan mudahnya mereka mengimingi kita dengan tahta dan harta lalu menghancurkan kerajaan-kerajaan yang ada. Demi tahta bunuh ayah sendiri, demi harta lakukan perang terhadap saudara sendiri. Kebersamaan, persaudaraan, peratuan bukanlah hal terpenting sejak dulu disini, yang paling penting adalah ambisi pribadi, nafsu pribadilah yang menjadi penguasa jadi apa bedanya dengan apa yang ada sekarang.
Sejak dulu hingga sekarang bukankah korupsi itu sudah ada? Untuk apa kita pusingkan bukankah kita terbiasa dengan hal itu, kenapa sekarang kita harus gusar dan panas dengan semua itu. Lihatlah dari bawah, seorang anak diperintahkan untuk membeli sebungkus gula, harga gula lima ribu karena si anak sedang tidak punya uang dia katakanlah harga gula enam ribu dia mendapat uang seribu. Saat ibunya bertanya bukankah harga gula lima ribu, jawabannya mudah ia diwarung yang itu diwarung yang sana enam ribu setelah itu ibunya dengan mudah percaya pada anaknya. Sama cara kerjanya dengan yang diatas setiap ada lebihan uang selalu hilang entah kemana saat ditanya maka mereka selalu bisa berkelit dengan jawaban yang simple dan kita mudah percaya. Sejak dari kecil kita sudah terbiasa dengan yang namanya korupsi bahkan menjadi hal yang biasa itu lumrah bahkan dianggap sebagai strategi yang jitu untuk mengeruk kekayaan.
Apakah kita sadar cara-cara penjajahan masih sering kita gunakan terhadap negeri sendiri? Jika kita sadar akan kepentingan bersama maka kita akan bisa bangkit untuk sama-sama memajukan negara ini. Selain korupsi yang menjadi tradisi negara ini adalah anarkisme, tengok saja banyak hal sepele yang menjadi sangat berharga. Di negara kita jika boleh bertanya mahal mana antara membuat spanduk dengan satu nyawa? maka jawaban adalah mahal membuat satu spanduk, mahal mana uang parkir dengan satu nyawa? maka lebih mahal uang parkir. Itulah dari hal sepele sudah tampak jika kita tidak pernah bisa menggunakan kepala untuk menyelesaikan masalah. Cara-cara kekerasan merupakan solusi handal dinegara kita. Jika dari bawah saja dari hal kecil saja sudah tampak perpecahan bagaimana dengan hal besar.
“berbeda tetap satu” itu tidak berarti untuk kita. Mungkin banyak yang sadar akan hal itu tapi lebih banyak lagi dan sangat banyak lagi yang tidak sadar. Sudah jelas dalam sila kita diperintah untuk bermusyawarah tapi kenapa kita lebih senang dengan memilih. Karena memilih itu tidak pernah menjamin sebuah kesatuan, memilih itu selalu ada dua atau lebih pilihan yang masing-masing akan terus mendukung pilihannya. Sebenarnya memilih itu tidak salah andai semua berpikir dewasa hanya saja 67 tahun tidak pernah membuat kita semakin dewasa. Kita lihat dalam memilih dinegeri ini kita tidak pernah menemukan kedewasaan didalamnya setiap orang selalu ingin pilihannya yang menjadi terbaik. Disaat gagal kita tidak pernah memiliki jiwa pemenang, kita selalu berusaha untuk menang setelah semuanya gagal. Cara paling utama untuk mempertahankan pilihan kita adalah dengan kekerasan, dengan semua itu kita pikir semuanya bisa kita miliki. Membuat orang lain takut dengan kita adalah cara kita untuk menangkan pilihan, tapi sadarkah karena hal itu kita tidak pernah bisa bersatu.
Mudah saja untuk siapapun yang ingin menghancurkan kita, dengan hal sepele saja kita bisa berantakan. Contohnya saja Cuma dengan kata-kata kita bisa membunuh, bukankah kata-kata itu bisa diluruskan, bisa diperjelas, kadang banyak kesalahpahaman didalamnya hanya saja kita tidak pernah bisa menahan dan mengatur temperatur emosi kita. Kenapa kita mudah marah? Berpulang lagi dengan tradisi kita, saat politik adu domba belanda kita bisa dihancurkan dengan kata-kata, karena sejak dulu jiwa kita sudah terkurung dalam emosi yang berlebihan. Kita tidak pernah bisa mendengarkan kata-kata dengan kepala dingin. Kita mudah panas sejak dulu, jadi kenapa sekarang kita masih seperti ini. Karena tradisi yang tidak pernah hilang, tradisi yang terus dipertahankan. Saya tidak pernah bisa menjawab cara menangulanginya. Saya hanya bisa terus bertanya? Terlalu banyak kepentingan didalam semuanya!

Tidak ada komentar: