Rabu, 05 September 2012

SAAT TERAKHIR(4)


Setahun sudah gua menjalani kehidupan disekolah tapi tanpa hasil, gua lebih sering menjalani sekolah dengan perasaan gundah. Apa yang gua rasakan selama setahun ini sangat membosankan datang ke sekolah mendapatkan ejekan dan olokan sebagai anak bodoh, dicap sebagai anak nakal, dan anak miskin yang tidak berguna. Selama sekolah gua enggak pernah punya sepatu, jangankan sepatu sendal aja gua enggak punya. Buku tulis Cuma punya satu-satunya, apapun pelajaran disekolah hanya dicatat dalam buku itu saja. Aku memang bodoh tapi aku butuh orang-orang yang membantu aku agar jadi lebih cerdas bukan semakin menenggelamkan aku kedalam kebodohan yang lebih lagi. Gua sudah bosan dengan kehidupan yang seperti ini, satu-satunya teman gua Cuma pohon mangga mungil yang ada didepan rumah gua itu aja. Saat gua menaiki dahannya lalu terhempas hembusan angin maka disitulah gua bisa bercerita dengan keluhan-keluhan. Walau tak sepuas bercerita dengan manusia setidaknya ada tempat berbagi tentang rasa sakit yang gua rasakan. Siapa yang tahu tentang rasa gua ini, tidak ada.

Hari ini atong mengajak gua pergi kepelabuhan kecil bersama ayahnya untuk pergi memancing dilaut, gua sudah siap dengan semua peralatan untuk memancing.
"ian ayo sudah ditunggu ayahku" gua langsung loncat dari rumah panggung ini walaupun ada tangga, gua sangat bersemangat karena sangat jarang kami bisa pergi memancing ke laut. Menggunakan sampan ayah atong kami mulai berangkat, ayah atong sangat kuat dalam urusan dayung mendayung. 

sampai juga akhirnya, gua dan atong sangat bersemangat langsung turun dari sampan mencari posisi. Menaruh umpan dikail lalu melemparkan kailnya ke laut. Selama menunggu  hasilnya aku lebih suka diam menatap ke air laut yang sangat banyak terdapat ikan julung-julung yang sangat besar. Dan beberapa jenis ikan lainnya. Kami hanya memancing dipinggir pelabuhan saja. Kalau ayah atong dia memilih memancing ditengah laut dengan sampannya tak jarang dia terganggu dengan banyak kapal feri yang lalu lalang. Setengah hari memancing perut terasa sangat lapar, untunglah tadi mama memberikan bekal untuk kami. Lebih baik istirahat dulu baru lanjutkan lagi.
"ayah makan dulu!" teriak atong sangat kencang karena ayahnya berada lumayan jauh. karena berkali -kali berteriak tak juga didengar oleh ayahnya atong menggunakan gerakan tubuh. Dengan gerakan seperti orang makan ayah langsung mengerti lalu menganggukkan kepala.

"gimana yan-tong sudah banyak tangkapan kalian?"
"ya cuma segitu kita dapatnya"
"ya sudah nanti cari lagi yang banyak biar nanti malam kita bisa bakar-bakar ikan" udang sambal buatan mama memang sangat enak, apalagi jengkol baladonya ini tak ada duanya. Dengan lahap kami semua makan bersama.

Sudah hampir seharian kami duduk mencari ikan, gua dan atong tak banyak mendapat ikan Tapi ayah atong mendapatkan banyak sekali ikan. Kami memutuskan untuk menyudahi hari ini, dan segera untuk pulang sebelum matahari benar-benar tenggelam. Lumayanlah tangkapan malam ini.

Malam sudah tiba, keluarga gua dan keluarga atong berkumpul. Sesuai rencana kami akan bakar ikan tangkapan siang tadi. Api sudah siap tusukan untuk ikan juga sudah siap, bumbu juga sudah mama siapkan. Tinggal yang membakarnya abang-abang gualah yang punya tugas kadang juga bergantian dengan ayahnya atong. Banyak sekali lelucon yang dibicarakan sambil menunggu ikan-ikan itu selesai dibakar. Malam ini kami isi dengan canda dan tawa yang sangat lepas, satu waktu memang kami perlu waktu seperti ini, waktu dimana kami bisa menikmati tertawa lepas. Setelah semuanya matang dengan tikar pandan yang sudah disediakan kami makan bersama. 

Kenyangnya perut ini, malam sudah larut perlahan kami menyudahi malam ini. Gua juga sudah tak bisa lagi menahan kantuk karena perut yang sangat kenyang. Gua langsung masuk rumah lalu ke kamar masuk dalam kelambu melepas semua pakaian, inilah kebiasaan gua tidur tanpa sehelaipun pakaian. Kalau ada pakaian ditubuh rasanya sangat gerah jadi gua tak pernah mengenakan pakaian saat tidur.

**************************

“ian renang yuk!” atong datang mengajak aku pergi berenang disungai. Dengan segera gua turun dari pohon mangga mungil ini. Satu lagi sahabat terbaik gua dialah atong, sahabat yang selalu ada bersama gua, seorang yang tidak pernah memandang aku sebagai anak tak berguna. Dengan gembira dan riangnya kami berlari menuju sungai menanggalkan baju dan celana kami lalu byyyurrr mungkin ini salah satu obat untuk menghilangkan rasa bosan yang menggelayuti gua. Gua dan atong biasa berlomba siapa yang lebih cepat menyelam untuk melewati gerombolan kelapa yang terapung yang disanggah dengan bambu-bambu, tak tahu untuk apa? Aku selalu menjadi pemenang, aku tak pernah kalah, mungkin inilah satu-satunya kemenangan gua dari satu orang, kemenangan dari seorang atong, kemenangan berenang sambil menyelam tercepat melawan satu orang saja gua juaranya. Tidak masalah dengan begitu gua tetap bahagia! Disaat kami tengah asyik berenang para warga berkumpul, hari ini mereka semua akan menangkap udang dan ikan-ikan bersama-sama disungai. Kalau sudah seperti ini banyak sekali warga dari berbagai kampung berkumpul, mungkin Cuma saat inilah mereka semua bisa berkumpul tanpa ada halangan oleh kesibukan masing-masing. Pertama-tama beberapa orang dewasa menggunakan sampan akan mengeruhkan air sungai setelah air keruh maka udang-udang akan muncul ke permukaan saat itulah mereka bisa ditangkap hanya menggunakan tangan saja udang bisa ditangkap, para petugas pengeruh air dengan sampan akan melangkah perlahan. Sepanjang sungai akan ditelusuri oleh seluruh warga untuk mencari udang sebanyak-banyaknya.
“hei ada ikan haruan besar cepat tangkap!” seorang warga berteriak, beberapa orang dengan serokan berusaha menangkapnya tapi tak ada yang kunjung dapat. Semua warga ribut ingin menangkap ikan itu tapi masih saja tidak dapat. Sampai akhirnya kakak perempuan gua yang sedang mencari udang dengan serokannya tanpa sengaja menangkap ikan itu. Dengan sekuat tenaga kakak perempuan gua menahan ikan itu, ikan terus meronta-ronta, beberapa orang datang membantu menjaga ikan itu agar tidak lepas kembali, berhasil juga ikan dibawa ke darat. Kami dapat ikan haruan besar yang panjangnya mungkin selengan orang dewasa. Ukuran yang sangat besar.
“akhirnya aku yang dapatkan” kata kakak gua dengan bangganya, sebagai adiknya gua juga bangga walaupun dia mendapatkannya tanpa sengaja. Setelah itu aku tidak tahu ikan besar itu dijadikan apa, mungkin dijadikan lauk oleh mama.
Hari sudah senja, matahari mulai menguap dia ingin berpindah ke ufuk lain. Kami menyudahi renang hari ini dan kembali kerumah masing-masing, gua berjalan dengan perasaan yang sedikit lega. Sesampainya dirumah gua lihat ada sebuah sepatu orang dewasa sangat bagus bentuknya gua tidak pernah melihat sepatu seperti ini ada yang punya disini atau disekolah. Ada tamu rupanya dirumah ini, gua menaiki tangga rumah panggung ini. Rumah melayu tempat gua berteduh, rumah dari susunan papan yang beratapkan tumpukkan daun kelapa, rumah tradisional orang melayu. Didalam rumah gua melihat semua anggota keluarga sudah berkumpul, tiga kakak dan dua abang gua sudah duduk dengan rapi begitu juga mama gua, tampak masih ada sisa airmata bahagia diwajahnya. Siapa yang membuat mama menangis bahagia seperti itu? Ternyata ada satu tamu dirumah ini, siapa dia gua enggak pernah ngeliat dia sebelumnya atau bertemu.
“sini nak duduk sama mama” gua yang polos masih sedikit takut bertemu dengan orang baru langsung berlari menuju kepangkuan mama. Sambil memeluk dan mencium kepala gua mama bicara tentang siapa orang itu.
“nak ini abang engkaulah, abang sam kau ini.” Oh iya aku ingat. Ternyata dia yang mengirimi mama surat terus menerus setiap waktu hingga menumpuk dikamar mama, dia mama tunggu terus kepulangannya, dia abang tertua gua yang baru datang dari perantauannya. Dia tersenyum lalu mencubit pipi gua dengan gemasnya, tetap saja gua belum terbiasa dengan orang baru. Walaupun dia abang gua tapi dia tidak pernah ada disini bersama kami.
Sudah seminggu abang gua tiba dari perantauannya, dia banyak bercerita tentang ibukota jakarta, tentang pulau jawa, tentang perjalanannya. Menurut cerita yang pernah gua dengar, mungkin ini seperti dongeng yang tak pernah ada yang menjamin kebenaran termasuk gua sendiri, begini cerita tentang abang gua

‘ dia pergi dari rumah dengan ijin ingin kerumah kakek kami, berhari-hari dia sudah pergi tapi tak pulang juga. Setelah dicari-cari ternyata dia tidak ada dirumah kakek kami. Semua keluarga mencarinya tapi tidak juga ada, setelah lama tidak ada kabar akhirnya dia menuliskan surat untuk mama. Dia bilang kini dia sudah lumayan bisa cari uang sendiri untuk hidupnya walaupun hanya menjadi penjaga toko baju pinggir jalan, atau pelayan toko, ceritanya terus berlanjut dari tempat satu ketempat yang lain dia bertualang, jambi, bengkulu, lampung, banten, sampai akhirnya didepok apapun dia lakukan untuk bisa bertahan hidup tanpa modal apapun. Setelah bertahun-tahun merantai dan merasakan asam-garamnya perantauan baru lah dia pulang saat ini’ gua juga tidak tahu benar tidaknya tapi gua yakin cerita ini benar.’ Selamaya perantauannya dia terus memberi kabar ke mama dari waktu ke waktu.
Gua sudah mulai akrab dengan dia, dia sering menceritakan tentang sepeda, sepeda motor, mobil, kapal, kereta, pesawat, dan banyak hal, semua itu seperti mimpi buat gua untuk bisa melihatnya. Gua disini tak pernah bisa melihat semua itu, jika pun ada paling hanya pesawat yang lewat. Gua sangat bermimpi untuk bisa menikmati semua itu tapi mana mungkin gua sudah tercipta untuk terus menjadi anak hutan seperti ini, tidak mungkin gua bisa mencapai semua itu. Keluarga kami silih berganti mendatangi rumah untuk berjumpa dengan bujang yang baru pulang dari perantauan. Rumah ini jadi terasa ramai setelah kepulangan abang sam. Kita semua menjadi lebih sibuk untuk menyiapkan makanan untuk tamu-tamu yang datang.

Dua minggu sudah abang sam ada disini, kami sudah akrab apalagi dia sering membelikan aku mainan-mainan yang bagus-bagus. Tanpa disangka ternyata beberapa hari lagi akan datang bulan ramadhan, bulan yang dirindukan semua ummat muslim diseluruh dunia, abang sam pulang mungkin untuk menikmati bulan ramadhan bersama keluarga disini.
Kami menjalani hari-hari yang lebih berwarna setelah abang sam pulang, dia menjadi imam kami sekarang, dia sering mengajak kami shalat berjamaah, padahal sebelumnya hanya mama seorang yang menjalankan shalat lima waktu sedangkan yang lain asyik dengan dunia masing-masing apalagi gua, gerakan shalat aja gua engga tahu. Gua puasa hanya setengah hari tapi abang sam dan mama selalu memberikan pujian, katanya gua hebat bisa puasa setengah hari. Saat berbuka kami semua duduk bersama berkumpul lalu disediakan hidangan-hidangan yang sangat nikmat. Gua paling suka es sirup yang ditambahkan kelapa muda dan timun suri, oh iya untuk mendapatkan es saja kami harus berjalan berkilo-kilo kerumah penjualnya. Semuanya sangat sulit dipedalaman seperti ini, makanan ringan seperti indomie atau jajanan ciki dan yang lainnya tidak pernah ada disini, gua aja menjumpai jajanan seperti itu hanya disekolah. Tapi semua tetap terasa nikmat karena kita semua masih bisa merasakannya walau tidak setiap waktu.
Sebulan sudah kami berpuasa maka akan tiba saatnya hari idul fitri, dimalam idul fitri mama memberikan gua pakaian baru, dan mainan ‘selamat ulang tahun katanya’ gua lahir tepat pada malam idul fitri. Jadi mama selalu mengingat ulang tahun gua diidul fitri saja. Semua orang begitu semangat pada malam ini, semua anak-anak dikampung ini kata berkumpul disatu mesjid yang sangat jauh jaraknya, atong juga mengajak aku untuk pergi. Dia sudah datang dengan pelitanya dan beberapa anak perempuan tetangga atong,

“ian ayo kita jalan takbiran” mendengar suara atong aku melihat ke mama lalu dia tersenyum memberikan izin memperbolehkan aku pergi dimalam ulang tahun gua. Gua akan selalu bangga jika idul fitri tiba karena semua orang akan merayakan hari ulang tahun gua dengan gembira. Pada hari ulang tahun gua enggak pernah ada orang yang bersedih, semua menyambutnya dengan gembira. Kami sampai juga disebuah mesjid disini sudah berkumpul banyak orang , dari anak-anak, remaja, bahkan ada juga orang tua. Para remaja sudah menyiapkan bedug untuk digunakan sebagai pelengkap takbir kami nanti. Malam ini kami akan berkeliling ke perkampungan-perkampungan yang ramai untuk bertakbir bersama.

Hari ini gua merasa sangat bahagia, ini hari ulang tahun gua yang keenam. Tidak ada umat muslim yang bersedih hari ini semua merasakan kebagiaan dihari kemenangan ini, hari idul fitri. Gua paling suka dengan hari ini karena mama membuat banyak kue untuk dinikmati sanak keluarga atau tetangga yang datang untuk saling bermaaf-maafan. Kue yang paling aku suka adalah kue bolu dilapis kulit telur khas buatan mama, kue ini sangat nikmat, ada juga kue semut gua kasih namanya begitu soalnya kue itu berlubang-lubang kecil seperti lubang semut. Kami sekeluarga berjalan bersama mengunjungi rumah atong, dan beberapa rumah didekat kami, lalu bersama-sama berjalan setengah kilo lebih untuk mencapai perkampungan lain, begitulah seterusnya kami tidak pernah merasa lelah berjalan sangat jauh karena sudah terbiasa dengan kehidupan yang seperti ini. Jika kami ingin kerumah sanak keluarga yang sangat jauh, sampan menjadi kendaraan paling berharga disini.

Dengan sampan gua dan keluarga juga pergi ke sebuah pelabuhan tempat salah satu saudara kami tinggal, rumah-rumah mereka berdiri diatas kayu-kayu yang tersusun rapi diatas lumpur laut jika air laut pasang maka rumah mereka terlihat seperti berdiri diatas laut. Disekitar rumah ini juga sekali terdapat pepohonan tidak tahu pohon apa namanya tapi mereka berdiri dengan sangat rapi seperti sudah disusun dengan baris-baris yang sama.
“ian mau lihat monyet ga ?” tanya seorang sepupuku yang sudah duduk dibangku SMA
“memangnya ada kak?” aku sudah sering melihat monyet tapi menarik saja ditempat seperti ini ada monyet.
“ayo ikut!” dia mengajak aku kepinggir susunan papan yang menjadi daratan untuk mereka. Aku lihat banyak sekali monyet-monyet bergelayutan dipepohonan yang tersusun rapi itu, mereka tak merasa takut dengan ada perkampungan diatas laut ini, mereka tetap hidup biasa.
“lihatnya nanti monyet-monyet itu bisa berkumpul disini” dia membawa sesisir pisang lalu melemparkannya ke arah monyet-monyet yang ada dipepohonan itu. Jarak antara pohon dan daratan papan ini hanya sekitar lima meter. Setelah itu dia meletakkan pisang-pisang itu dilantai dengan cara disebar. Benar saja banyak sekali monyet yang datang untuk mendapatkan makanan favorit mereka. Aku tertawa riang bisa menyaksikan monyet yang sangat banyak datang untuk mendapatkan pisang-pisang itu, mereka semua tampak sangat lucu.
Lebaran memang menjadi momen yang paling membahagiakan untuk anak-anak seperti gua, hari ini gua mendapatkan banyak THR dari para orang tua yang rumahnya gua kunjungi. Mungkin hanya setahun sekali gua bisa memiliki uang sebanyak ini, bahagianya hati ini. Sudah kenyang dapat uang pula, belum lagi pakaian baru yang dibelikan mama dan kakek-nenek.
                                                                ************************
Sudah dua minggu lebaran berlalu semua kembali seperti biasa, gua kembali sekolah seperti biasa menjadi anak nakal dan bodoh lagi. Semua jadi seperti biasa gua sangat benci menjalaninya tapi inilah hidup, hidup mereka bukan hidup gua yang tidak punya hak yang sama.
Hidup dicong-cong perkampungan yang dikelilingi hutan dan perkebunan serta dialiri sungai-sungai dan parit-parit. Lingkungan yang masih alami tanpa cedera sedikitpun. Pohon-pohon kelapa yang diatasnya banyak sarang burut pipit, hutan pandan-pandan besar yang dijadikan bahan untuk anyaman tikar, perkebunan pisang yang didalamnya banyak sekali binatang yang berkunjung jika tidak monyet, ada burung-burung dari berbagai jenis, seringkali juga ada ular, dan binatang-binatang lainnya. Jika ingin bertualang melalui sungai dengan sampan kita akan sampai dilaut disana kita bisa melihat beberapa jenis burung pemangsa ikan sedang mencari kehidupannya, ingin melihat pemandangan yang indah lihat danau yang sedang berdiri diatas akar-akar pepohonan dipinggir laut. Ada juga pohon-pohon yang akarnya berada didalam air disana akan banyak terdapat siput-siput yang menempel, bisa juga dijadikan sebagai makanan yang sangat enak.
“de sini abang mau kasih tau ade” abang sam memanggil aku yang baru saja tiba dirumah usai sekolah.
“kenapa bang”
“ ade mau lihat mobil ga?”
“yang bener bang. Bisa lihat mobil?”
“bener ade ian mau ga?”
“mau bang, mau banget. Kapan kita liat mobil?” gua udah ga sabar mau lihat mobil secara langsung tak melulu melalui tv hitam putih milik nenek.
“oke kalau begitu besok kita lihat mobil ya.” Kata abang sam. Gua langsung loncat-loncatan kegirangan sangking senangnya. Sepertinya gua bakalan mewujudkan mimpi gua untuk bisa ngeliat mobil secara langsung. Semoga saja ini bukan sekedar mimpi, ya tuhan semoga ini menjadi kenyataan. Abang lalu tersenyum, tapi saat abang tersenyum gua liat mama tampak sangat sedih menatap gua yang sedang sangat senang akan bisa mewujudkan impian gua. Kali ini wajah sedih mama tidak seperti pertama kali abang datang sedihnya saat ini bukan sedih bahagia tapi sedih duka.
Malam ini gua enggak bisa tidur, sepertinya gua ingin mata ini tetap terbuka. Anehnya malam ini sepertinya gua merasa sangat ingin terus berada didekat mama, malam ini gua tidur tepat dipelukan mama dia memeluk gua sangat erat sepertinya dia sangat menyayangi gua dan tak ingin berpisah. Gua juga merasakan hal yang sama gua enggak ingin berpisah dengan mama.

BERSAMBUNG...........

Tidak ada komentar: