Kamis, 10 Januari 2013

AKHLAK, SIKAP MANA YANG KITA PILIH?

Ada seorang wanita yang begitu baik shalatnya, begitu baik mengajinya, begitu baik ibadahnya semua orang mengakui akan semua itu namun dia tetap saja ditempatkan dineraka, mengapa? Karena dia menyakiti tetangga! Dia memiliki akhlak yang buruk. Bila kita memiliki akhlak yang buruk sebaik apapun shalat kita, sebaik apapun ibadah kita itu semua akan jadi percuma. Dari hal tersebut maka begitu pentingnya berakhlak mulia. Dengan shalat yang baik, dengan ibadah yang baik, dan jangan lupa dengan akhlak yang baik maka kita akan mudah menggenggam dunia dan mendapatkan akhirat yang terbaik.

Akhlak merupakan sikap yang harus kita jaga, kita rawat, selalu kita beri wewangian agar dia tetap tampak indah. Akhlak juga harus kita tanam, kita pupuk, dan kita rawat agar dia bisa tumbuh dengan baik pada diir kita, pada anak-anak kita, pada keluarga kita, pada masyarakat kita, pada bangsa dan negara kita. Bila akhlak yang kita tanamkan tumbuh dengan baik maka negara yang kita rindukan, yang kita impikan bukan tidak mungkin akan mudah kita dapat.

Ketika seorang siswa atau mahasiswa hilang ketulusannya, hilang keikhlasannya, hilang keinginannya untuk menuntut ilmu maka apa yang akan terjadi? mereka hanya akan menjalani segala sesuai dengan sistem yang sudah tertata kini bukan lagi demi ketulusan, keihklasan dan keinginan. Maka mereka akan berangkat ke sekolahnya, ke perguruan tingginya hanya sekedar berangkat, hanya sekedar berkumpul dengan temannya, hanya sekedar hadir untuk memperlihatkan bila tempat itu adalah sekolah, bila tempat itu sebagai perguruan tinggi. Ada guru ada siswa, ada dosen ada mahasiswa hanya sekedar itu saja. Apa yang dikejar hanya sekedar nilai yang tertulis diatas selembar kertas yang akan menjadi bekal untuk melanjutkan mengejar nilai lainnya, menjadi bekal untuk mencari kerja, mencari jabatan, menggapai cita-cita yang diinginkan untuk menghidupi diri sayangnya ilmu yang semestinya ada pada diri mereka itu tidak bisa kita temui didalamnya. Karena mereka tadi hanya sekedar mengejar sebuah titiel untuk melanjutkan keinginan dan melengkapi hidup mereka sebagaimana dengan sistem yang telah ada.

Ketika seorang pemimpin hilang ketulusannya, hilang keihklasannya maka kita tidak akan menemui dia menjadi seorang pemimpin yang memimpin namun kita hanya akan mendapati seorang pemimpin yang memimpin untuk sebuah kepentingan yang dia mau, untuk mendapatkan target yang ingin dia capai seperti jabatan yang lebih tinggi atau untuk mempertahankan kepemimpinan. Dia akan bergerak bergantung apa keuntungan yang dia dapat, apa hasil yang dia terima bila dia melaksanakan semua itu. Pemimpin yang hilang ketulusannya, hilang keikhlasannya tidak akan pernah menjadi abdi rakyat, wajar bila kita merindukan seorang yang tulus dan ikhlas untuk memimpin, karena mereka begitu langka di masa kini, karena mereka tidak pernah menampakkan dirinya namun kita juga tidak pernah menyadarinya. Ketulusan dan keihklasan juga merupakan bagian dari sebuah akhlak.

Bila kita menatap, melihat, dan menjumpai akhlak pemuda-pemuda kita secara umum. Kita akan menggeleng-gelengkan kepala karena betapa akhlaknya jauh dari yang kita harapkan. Siapa yang ingin kita salahkan? Tidak bijak bila kita ingin menyalah para pemuda kita, karena para pemuda kita masa kini lebih senang mencontoh, mengikuti, dan meniru sifat para orang tua mereka, para guru mereka, para pendahulu mereka. Bila akhlak para pemuda kita semakin hari semakin bobrok saja maka siapa yang harus kita salahkan jelas adalah orang yang ditiru oleh para pemuda, jadi nampak jelas siapa yang salah. Jangan salah bila seringkali terjadi perkelahian anatar pelajar atau mahasiswa dan mereka tidak pernah ingin menggunakan jalan tengah untuk menyelesaikan masalah mereka walaupun sepele mengapa? Karena orang-orang yang terhormat bahkan mungkin para orang yang ditiru dan dibanggakan oleh pemuda-pemuda kita itu melakukan hal yang kurang lebih sama apakah pantas bila didalam sebuah ruang yang terhormat tempat berbagai keputusan keluar dan tercipta dari sana para orang yang dibanggakan saling melempar barang, saling berpukulan demi memperjuangkan apa yang mereka anggap benar padahal tidak pasti benar. Mereka disediakan tempat duduk yang begitu nyaman namun lebih suka berdiri dan menantang. Salahkah bila pemuda melakukan hal sama itulah mengapa tidak bijak bila kita meyalahkan mereka.

Bila kita berharap dan ingin melihat serta memiliki kebanggaan untuk menjumpai akhlak pemuda kita yang membanggakan. Bila kita ingin tersenyum melihat akhlak pemuda kita yang indah dan mulia maka sejak kini dan dari saat ini kita para orang tua harus menunjukkan dan menampilkan akhlak dan sikap terbaik agar mereka yang mengikuti dan menirunya dengan baik juga. Inilah buktinya pentingnya sebuah ahklak yang mulia,

"dari Abu Hurairah R.A Bahawa Rasulullah Saw bertanya : tahukah kalian siapakah orang yang bangkrut itu? maka mereka menjawab : orang yang bangkrut diantara kita adalah orang yang tidak mempunyai uang dan harta. Maka Rasulullah Saw menerangkan : orang yang bangkrut dari ummatku adalah orang yang datang pada hari kiamat dengan pahala shalat, puasa, dan zakatnya, namun dia datang dan (dahulunya didunia) dia telah mencela si ini, menuduh si ini, memakan harta si ini, menumpahkan darah si ini dan telah memukul orang lain ( dengan tidak hak ), maka si fulan diberikan kepadanya kebaikan orang yang membawa banyak pahala ini, dan si itu diberikan sedemikian juga, maka apabila kebaikannya sudah habis sebelum dia melunasi segala dosanya ( kepada orang lain), maka kesalahan orang yang dizhalimi di dunia itu dibebankan kepadanya, kemudian dia dilemparkan ke api neraka." HR Muslim.


#inspirasi khutbah jum'at

Tidak ada komentar: