Jumat, 25 Januari 2013

Kediri, Lombok

Saya sudah sampai di rumah teman di daerah kediri, Menurut cerita sang kawan kediri ini merupakan daerah yang banyak terdapat pondok pesantrennya. Ditempat ini pondok pesantren berdiri bagaikan jamur dimana-mana saja ada bahkan letak antara yang satu dengan yang lainnya tidak jarang saling berdekatan, apalagi mesjid-mesjidnya, dikediri ini mesjid dan mushala bagaikan rambutan yang sedang berbuah, semua itu jelas menandakan jika kediri merupakan daerah yang memegang teguh ajaran islam, dan menjalankan islam tidak sekedarnya saja. Kediri merupakan kecamatan di lombok barat, Nusa Tenggara Barat.

Rencananya saya akan menumpang beristirahat disini selama seminggu atau mungkin lebih. Ketika sampai saya berkenalan dulu dengan keluarga kawan yang ada dirumahnya dari ayah, ibu. kakak, adiknya, saya harus akrab dengan mereka karena saya akan lama berada disini. Setelah beberapa jam berbincang dengan keluarga kawan saya dipersilahkan masuk ke dalam kamar yang sudah disediakan dan saya tidak membuang waktu, langsung saja saya merebahkan tubuh, karena cukup lelah setelah beberapa jam berada dikapal dengan cuaca yang cukup panas. 

Sore hari saya bangun, waktu sudah hampir gelap. Di ruang tamu rumah sudah disiapkan berbagai hidangan untuk berbuka puasa. Kalau dijakarta saya biasanya berbuka lebih dahulu dengan berbagai menu bukaan yang manis lalu diselingi dengan shalat maghrib barulah kita makan hidangan nasi, tidak disini kita berbuka dengan minuman yang manis dan memakan sedikit hidangan bukaan langsung dilanjutkan dengan makan nasi. Jadi saya tidak lagi menyelingi dengan shalat maghrib, saya senang berada disini, orang-orang yang ada didalam rumah ini sangat ramah dan baik hati. Hari pertama berbuka dirumah kawan, sangat menyenangkan!

Sehari berlalu ini hari kedua saya berada di pulau lombok, pada hari ini ada satu pengalaman yang tidak menyenangkan, pada malam hari saya dan kawan ingin berkunjung kerumah nenek sang kawan, di daerah sayang-sayang. Dengan menggunakan sepeda motor pinjaman dari saudara kawan, kami berangkat. Perdana berjalan dilombok pada malam hari, Ketika berjalan dengan motor inilah saya memperhatikan sekeliling saya benar saja apa yang diceritakan oleh teman, memang terdapat banyak pondok pesantren dikediri bahkan ada juga yang hanya berseberangan jalan. Para santrinya rata-rata berasal dari luar lombok bahkan katanya ada juga yang berasal dari malaysia dan beberapa negara lain, mereka semua mempercayai kualitas pondok-pondok yang ada di kediri ini. Selain pesantren yang saya lihat malam ini, ada juga terdapat sebuah tempat yang mungkin seperti pasar, dengan banyak ruko-ruko yang berdiri ditempat ini masih banyak orang-orang melakukan transaksi jual beli atau ada juga tempat-tempat makan ditepi jalan yang ramai dikunjungi pembeli.

Saya terus berjalan setelah melalui keramaian, tibalah saya pada jalan yang kiri dan kanannya hanya terdapat sawah yang gelap karena malam hari disekitar sawah ini tidak ada lampu penerangan, jikapun ada lampu jalan hanya saja jarak saling berjauhan antara satu sama lain dan kurang membantu melalui jalan yang gelap. Saya berjalan dengan perlahan takut ada hal-hal yang tidak diinginkan, setelah sekitar lima belas menit melalui jalan yang gelap dan sepi saya kembali menemui kerumunan orang yang ramai dan melalui jalan utama yang dipenuhi oleh kendaraan yang lalu lalang. Ketika menemui sebuah pertigaan inilah awal kesialan saya, saya sempat berhenti dan bertanya pada teman kemana kita akan berjalan tapi dia menyuruh saya untuk lurus saja, saya sudah punya firasat buruk akan hal itu karena saya tidak melihat satupun kendaraan yang lurus dijalan pertigaan ini tapi karena teman adalah orang daerah ini saya mempercayainya dan saya tetap berjalan lurus.  Dari pertigaan ini untuk sampai ke ujung yang jalan yang terdapat perempatan untuk sampai ke sayang-sayang hanya sekitar 100 meter, ketika hampir sampai ke perempatan tiba-tiba saja saya melihat seoran polisi melihat kami dan meneriaki, dia juga sudah siap dengan sepeda motornya, saya langsung tancap gas melarikan diri dengan melawan arah, ketika saya pikir aman, kami berhenti disebuah toko penjual aksesoris kacamata duduk sejenak menenangkan diri dari kejaran polisi. Tapi memang sial nampaknya, polisi tadi ternyata tidak menyerah dia menemukan kami yang sedang beristirahat dan seperti biasa menanyakan hal yang sama. Semua polisi sama saja, kami digelandang ke kantornya. 

Ternyata jalur pendek yang kami lalui tadi adalah jalan satu arah, akhirnya kami kena tilang, dengan berat hati saya mengeluarkan uang Rp 74.000 untuk ngopi polisi malam ini. itu adalah uang terakhir yang ada dikantong polisi yang cukup tega, empat ribunya saja diambil, yasudahlah! saya mengikhlaskannya daripada saya harus sidang, saya kesini untuk berlibur bukan mengurusi sidang yang merumitkan. Dari pos ini hanya beberapa menit kami sudah sampai dirumah nenek sang kawan, kami langsung masuk dan bercerita panjang, kawan juga melepaskan rindunya pada neneknya karena hampir dua tahun tidak bertemu. 

Disayang-sayang ini dari sang teman mengatakan ada satu pasar yang merupakan sebuah tempat yang menjual kerajian khas lombok, ini merupakan pasar seni yang menyediakan berbagai macam kerajinan khas lombok, seperti cukli, mutiara, kerang, kain tenun, kaos, gantungan kunci, perhiasan, hiasan dinding, replika rumah sasak, mainan khas lombok, dan banyak lagi hasil kerajinan yang lainnya yang disediakn dipasar seni ini.

Setelah malam semakin larut kami memutuskan untuk kembali pulang. Pada perjalanan pulang semua tampak menyeramkan karena selain lampu yang penerangannya tidak merata disepanjang jalan juga kami jarang menemui kendaraan yang lalu lalang, Ditengah malam yang gelap kami tetap melaju dengan kecepatan yang sedang saja, sebenarnya kami ingin cepat sampai namun karena keadaan jalan tidak mendukung maka kami berjalan dengan apa adanya!

Tidak ada komentar: