Selasa, 15 Januari 2013

BANJIR JAKARTA

JALAN BUNTU

Memasuki tahun 2013, harusnya kita bersuka ria dengan tidak lupa merenungkan tahun yang baru dengan kehidupan yang baru. Semua rencana baru sudah kita bentuk dan kita siapkan untuk menyongsong tahun 2013 ini, namun apa daya jika banyak hal yang menghalangi niatan kita dan rencana-rencana yang sudah kita bentuk. Kita boleh berencana tetap satu yang pasti kita semua tahu tuhan yang menentukan. 

Tahun yang kita harapkan memperbaiki hari-hari kita nyatanya diawali dengan januari yang cukup membuat banyak orang susah terutama mereka yang ada diibukota. Memang tidak ada yang pernah tahu jika januari ini akan membuat susah banyak orang. Terkadang kita sering menemukan banyak orang yang berkata disaat musim panas "hujan dong panas banget, neraka bocor apa. Ga ujan-ujan". Nah! setelah banyak perkataan seperti itu maka tuhan selalu mendengar apa yang kita ucapkan. Tuhan dengan segera menurunkan apa yang dipinta banyak orang? Apa yang diinginkan semua orang disaat musim panas? Tuhan berikan hujan, diawal turun hujan semua bersorak karena bahagia apa yang diinginkan akhirnya terwujud. 

Hujan terus-menerus turun di ibukota, kini banyak lagi orang yang berkata-kata dan menggerutu seperti ini "hujan terus kapan berhentinya sih. Kan banjir nih bikin susah aja" Lalu dimana lagi letak syukur yang kita punya? Sampai kapan kita terus menyalahkan cuaca? Sampai kapan kita menyalahkan alam? Jika kita menyalahkan alam dan cuaca maka kita juga menyalahkan tuhan. Bukankah harusnya kita juga menyadarinya jika banjir itu datang bukan karena tuhan yang memberikan namun manusia sendiri yang menciptakannya. Sejak SD hingga kita lulus perguruan tinggi jika menemukan sebuah pertanyaan mengapa banjir terjadi maka jawaban yang paling umum adalah karena membuang sampah sembarangan. Jadi siapa yang membuang sampah sembarangan? 'kita' dan kita itu siapa? kita itu manusia, manusia yang membuang sampah sembarangan hingga membuat kali yang seharusnya mengalirkan air jadi tidak lancar, kita manusia yang membuang sampah sembarangan yang membuat selokan-selokan menjadi terhambat dan tidak berjalan dengan fungsinya. Kemudian siapa yang harus disalahkan? Kita kembali mencari kambing hitam dari jakarta yang tidak pernah lepas dari banjir. Maka semua orang yang berada dibawah dan merasakan banjir akan menuntut pemerintah bertanggung jawab atas banjir yang terjadi. Apakah masuk dilogika jika orang yang terkena banjir menuntut pemerintah? saya rasa tidak! Kenapa? karena, mari kita tanyakan lagi, siapa yang membuang sampah sembarangan? masyarakat! Siapa yang membuang sampah di kali? masyarakat! dan siapa yang merasakan banjir? Masyarakat? jadi kenapa harus pemerintah yang bertanggung jawab. 

Pemerintah memang memiliki tugas untuk membenahi jakarta yang semwarut ini dengan beribu masalahnya. Tapi bukan pemerintah yang salah atas banjir yang terjadi. Wajar jika kita menuntut pejabat yang korupsi karena dia menyebabkan uang rakyat yang harusnya bisa digunakan untuk membangun negara habis untuk dirinya sendiri. Namun apakah kita juga harus menuntut pemerintah yang tidak membuang sampah sembarangan? apakah pantas kita menuntut pemerintah yang tidak membuang sampah dikali? apakah pantas kita yang membuang sampah menyalahkan pemerintah saat banjir datang? Harusnya kita berpikir jika kita ingin tidak lagi ada banjir maka jangan membuang sampah sembarangan lagi dan berusaha memperbaiki banyak kebiasaan bruuk yang tanpa kita sadari sudah tertanam dan sulit untuk dihiangkan tersebut. Seharusnya yang kita bisa adalah meminta tolong pada pemerintah untuk mengatur jakarta ini lebih baik lagi agar tidak terjadi banjir bukan menyalahkan, yang kita bisa adalah mengikuti tuntutan pemerintah untuk mengatasi banjir. Ketika ditemukan jalan keluar untuk mengatasi banjir namun tidak menguntungkan sebagian kecil masyarakat keputusan itu diprotes dan tidak bisa berjalan. Nah! lalu bagaimana cara mengatasi banjir? ketika banjir datang meminta cara agar banjir tidak datang lagi namun ketika cara ditemukan diprotes karena dianggap merugikan. Bukankah itu menandakan kita masyarakat yang labil dan tidak pernah bisa menentukan keputusan untuk masalah ini. Dan selamanya akan seperti inilah jakarta.

Bukan menyudutkan salah satu pihak, tapi marilah kita berpikir cerdas. Saya juga merasakan apa yang dirasakan mereka yang terkena banjir. Disaat tengah malam tertidur lelap lalu air tiba-tiba saja meninggi dan merendam rumah, banyak yang terhalang dalam kegiatan sehari-hari kita dari anak-anak yang ingin bersekolah, para orang tua yang akan berangkat ketempat kerja, dan banyak kegiatan lainnya. Ketika pemerintah memberikan jalan keluar, pemerintah tidak semena-mena saja tapi mereka juga bertanggung jawab atas jalan keluar yang mereka buat. Jadi sebenarnya tidak ada yang dirugikan, entah apa yang ditakutkan dari keputusan pemerintah? Mari kita berpikir dengan kepala dingin untuk mengatasi ibukota yang berantakan ini. Jika banjir terus-menerus terjadi hitung berapa kerugian yang ditimbulkan, bukan hanya para korban yang dirugikan namun seluruh jakarta dirugikan karena saat banjir datang jakarta seperti lumpuh, semua yang ada tidak berjalan maksimal. 

Jadi mari kita semua berpikir dengan kepala dingin, masyarakat lakukan apa yang bisa memberikan kebaikan dan pemerintah dengarkan apa yang rakyat katakan selama itu membawa kepada kebaikan. Kita semua menuju kepada jalan yang sama yaitu membentuk jakarta yang tertata rapi, aman, nyaman, dan sejahtera. Jadi mulai saat ini marilah kita saling bahu-membahu demi jakarta, demi kita, demi kehidupan yang lebih baik!!!

2 komentar:

Unknown mengatakan...

Semoga Tuhan memberikan jalan keluar dari setiap masalah alam di sekitar kita ini...
Kunjungi blog saya juga ya di evaanindhita.blogspot.com

heavencellindonesia.blogspot.com mengatakan...

amien, kita sama2 berdoa untuk kebaikan jakarta!

oke!!